Header Ads


Tundukkan Akalmu di Hadapan Syari'ah

Oleh: Zayyan Abdurrahman*)


"Apabila kita bertekad menginvestasikan waktu hidup kita untuk kebaikan, sesungguhnya risiko penderitaan yang mungkin kita alami sangat sebentar. Kita hanya akan menderita di dunia ini, sedangkan keberuntungan di akhirat sungguh tiada batasnya."


Kondisi Ekonomi Indonesia

Bank Indonesia menaikkan bunga acuan BI-7 day reverse repo rate sebesar 25 basis points menjadi 6% pada 19 Oktober 2023. Kondisi ini berpotensi memperlambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kenaikan suku bunga acuan tentu akan mengerek bunga kredit masyarakat. Membuat beban pengeluaran atau belanja semakin tinggi di tengah stagnannya pendapatan masyarakat.

"Pasti lebih mahal. Sementara wallet kamu kan tetap, duit tabungan tetap. Kalau beban dari household-nya naik, maka akibatnya apa, konsumsinya akan slowdown," kata mantan menteri keuangan, Chatib Basri.

Bank Indonesia mencatat, untuk kelompok pengeluaran di atas Rp 5 juta rasio tabungannya telah turun dari 18,6 menjadi 18,3. Penurunan terdalam kelompok pengeluaran Rp 4,1-5 juta dari 17,9 menjadi 16,6, dan kelompok Rp 1-2 juta turun dari 15,5 ke 15,1.

"Bayangin konsumsinya naik, sementara pendapatannya tetap, berarti yang dia lakuin apa, dia makan tabungan kan. Nah kalau dia makan tabungan seberapa lama akan tahan. Pilihannya cuma dua, dia ngutang atau nanti setelah quarter ke depan, konsumsinya akan turun," ujar Chatib.

Dampak langsung dari tren suku bunga tinggi saat ini akan lebih berdampak pada kinerja sektor riil. Sebab, sumber pembiayaan mereka akan semakin tinggi.

Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, harga sejumlah bahan pangan sudah melonjak lebih 10% sejak awal tahun 2023. Data diakses pukul 8.20 WIB.

Harga beras medium meroket 20,35% pada 2 November 2023 dibandingkan 2 Januari 2023. Lalu harga beras premium sudah naik 15,27%, harga gula konsumsi sudah melonjak 11,89%.

Harga tepung terigu dan minyak curah bergerak naik, masing-masing sebesar 1,53% dan 1,41%.

Di saat bersamaan, harga cabai merah keriting meroket 37,86%, harga cabai rawit merah naik 11,88%, dan harga bawang putih Honan naik 34,18%.


Riba Merusak Perekonomian

Negara saat ini sedang bermasalah dengan ekonomi diakui atau tidak karena riba masih menjadi bagian dari hidup kita. Pemerintah sendiri masih menjadikan bank-bank konvensional sebagai mediator dana-dana pembangunan. Oleh karena itu keberkahan dan keberhasilan pembangunan sulit didapatkan. Hal ini sesuai dengan Al-quran surah ar-ruum (30) :39

Suatu transaksi yang mengandung keuntungan besar atau memberi manfaat, bagi orang yang menganggap riba bukanlah sesuatu yang haram, maka mereka akan menabrak hukum syari'ah dengan berlandaskan asas manfaat. Masyarakat akan tumbuh sesuai dengan nilai-nilai dan ideologi dan lingkungan dia hidup.

Kita lihat bagaimana Demokrasi kapitalis menjadikan kumulasi kapital sebagai goals dan keinginan tertinggi. Riba adalah tindakan kemaksiatan dan pembangkangan terhadap perintah Allah. 

Banyak yang ingin mati secara Islam tapi enggan hidup secara Islam

Tidak mungkin maksiat bersatu dengan taat, karena maksiat hanya akan memanggil maksiat lainnya dan kesengsaraan hidup lainnya seperti yang dirasakan hari ini. Taat hanya akan bersatu dengan ketaatan lainnya. 

Nasihat Al-Imam Hasan Al-Bashri, "Ketika dirimu sibuk menunaikan perintah Allah, maka engkau akan terjauhkan dari yang dilarang Allah." (Al-Igd Al-Farîd, dalam Hikmah Hasan Al-Bashri, hlm. 170) 74

Artinya, kalau kita pengen terhidar dari kemaksiatan, atau tidak kesia-siaan dalam hidup, maka perbanyaklah melakukan ketaatan dan mengambil Islam sebagai aturan hidup.


*) Aktivis Gema Pembebasan Kota Baubau

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.