Header Ads


Kelaparan Gaza, Siapa Bertanggungjawab?

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih*)


IndonesiaNeo, OPINI - Program Pangan Dunia (World Food Program/WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)   mengatakan  pihaknya telah kehabisan stok makanan di Jalur Gaza karena perlintasan perbatasan masih ditutup (antaranews.com,23-4-2025).

Dapur umum telah menjadi satu-satunya sumber bantuan makanan yang konsisten bagi orang-orang di Gaza selama berpekan-pekan. Meskipun hanya menjangkau separuh populasi dengan hanya 25 persen dari kebutuhan makanan sehari-hari. Dapur umum sangatlah penting,  karena  satu-satunya yang telah memberikan harapan hidup. 

Program Pangan Dunia telah kehabisan persediaan, sementara seluruh Strip, dengan populasi dua juta orang, mungkin berada di ambang kelaparan. Setidaknya 13 warga Palestina telah tewas sejak fajar dan puluhan lainnya tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza. Warga terpaksa menggali tanah dengan tangan kosong untuk mencapai orang yang tertimbun di reruntuhan.

Mahmoud Basal, juru bicara agensi pemadam kebakaran Gaza, mengatakan kurangnya peralatan penyelamatan telah mencegah petugas darurat untuk mencapai mereka yang tertimbun di bawah bangunan yang runtuh akibat bom Israel sebelum fajar (bisnisupdate.com, 26-4-2025). 

Michael Fakhri, juru bicara PBB tentang hak atas pangan, mengatakan Israel “melaksanakan kampanye kelaparan ini tanpa konsekuensi”. Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan situasinya tidak berbeda untuk pasokan medis, dengan kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memohon agar blokade bantuan berakhir. Setidaknya 2.062 orang telah tewas di Gaza sejak Israel melanjutkan kampanye mematikan terhadap Hamas pada 18 Maret, dan lebih dari 50.000 sejak 7 Oktober 2023. 


Kelaparan Gaza: Kebutuhan Jihad Dan Khilafah Makin Mendesak

Gaza semakin mengerikan. Makanan tidak tersedia, yang ada hanya pasta dan nasi yang jumlahnya sangat sedikit (tidak mencukupi meski hanya untuk setengah penduduk). Apalagi setelah pengeboman satu-satunya pabrik roti yang masih berdiri. 

Demikian pula dengan obat-obatan dan alat berat yang semestinya bisa sedikit meringankan penderitaan penduduk Gaza. Harga bahan-bahan di pasaran sangat tinggi dan itu pun hampir habis. Ketersediaan air juga makin langka. Dan dapur-dapur umum sudah tidak bisa beroperasi karena habisnya bahan. 

Sampai kapan kita terus “ memantau” keadaan saudara kita di Gaza tanpa melakukan apapun? Mungkin ada yang mengatakan kami sudah boikot seluruh produk Israel dan AS selama berbulan-bulan, pemimpin negeri kami pun telah melayangkan hujatan dan kecaman, bahkan sudah melakukan konferensi berpuluh-puluh kali, lantas apalagi?

Solusi yang ditetapkan Allah atas penjajahan Palestina, yaitu jihad, sebagaimana perintah Allah dalam Al Baqarah 190 yang artinya,”Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (TQS Al-Baqarah:190). Namun sayangnya tidak kunjung dilakukan sehingga kondisi Gaza makin mengerikan.  Apalagi jika bukan karena penguasa negeri-negeri muslim yang  justru berkhianat pada umat. 

Mereka tak lebih dari boneka barat, lebih takut kehilangan perhatian dari penjajah, daripada perintah Allah yang akan memberi mereka konsekwensi dunia akhirat. Sungguh, sistem Kapitalisme yang diterapkan di negeri-negeri kaum muslim hanya melahirkan pemimpin penjilat dan bukan negarawan. 

Rasûlullâh Saw. bersabda, “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari). Artinya , Khilafahlah kini tumpuan perubahan terakhir dunia, tidak akan yang lain. 


Khilafah Ajaran Islam 

Solusi tuntas Palestina membutuhkan upaya untuk mengakhiri pengkhianatan para pemimpin muslim dan curangnya para penjajah Barat mengartikan perang. Mereka sedang mengadakan genosida, yaitu dengan persatuan umat dalam naungan Khilafah. Sebagaimana dulu  Rasulullah saw menghadapi Yahudi, maupun perang Hittin yang termasuk  dalam rangkaian Perang Salib. Melibatkan tentara Kerjaan Yerusalem dan tentara Salahuddin Al Ayyubi, pendiri Dinasti Ayyubiyah.   Perang Hittin terjadi pada 3-4 Juli 1187 di dekat Hittin, tepatnya Horns of Hattin, Israel sekarang.

Demikian pun hari ini, Palestina hanya bisa diselamatkan dengan jihad aan Khilafah.  Umat harus berjuang untuk mewujudkannya, sebab Khilafah adalah ajaran Islam sekaligus Tajul Furudh (mahkota kewajiban). Al-‘Allamah Taqiyuddin an-Nabhani menyatakan, “Khilafah adalah kepemimpinan umum atas seluruh kaum muslim di dunia untuk menerapkan syariat dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.” (Nizham al-Hukmi fi al-Islam).

Karena menjadi bagian dari ajaran Islam, maka Khilafah tak beda dengan kewajiban menegakkan salat, menunaikan zakat dan lainnya. Allah SWT. berfirman yang artinya,  “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul, dan ululamri di antara kalian.” (QS An-Nisa’: 59). Allah memerintahkan kita untuk menaati ululamri. 

Berdasarkan dalalah al-iltizam (dalil yang mewajibakannya)  perintah menaati ululamri pun merupakan perintah mewujudkannya agar semua kewajiban tersebut terlaksana. Dengan demikian, ayat tersebut pun mengandung petunjuk mengenai wajibnya mengadakan ululamri (khalifah) dan sistem syar’i-nya (Khilafah).

Sebagaimana kita pahami bersama, perjunangan menegakkan kembali junnah kaum muslimin itu berat dan sangat mulia, maka tentu membutuhkan adanya dakwah yang dipimpin oleh jamaah dakwah ideologis yang istikamah menyerukan  jihad dan tegaknya Khilafah. Bukan jamaah yang hanya mengambil manfaat dari kebutuhan umat sesaat. Bukan pula jamaah yang masih bergelut mesra dengan Demokrasi, dimana jelas sekali ide Demokrasi lah yang melanggengkan pemimpin abai terhadap syariat Allah. Wallahualam bissawab.[]

*) Institut Literasi dan Peradaban

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.