Reset Ekonomi Global
AMERIKA Serikat sebagai kampium global semakin memperlihatkan tabiat sekaluralisme secara radikal. Hal itu dipertontokan secara vulgar oleh Presiden Donald Trump melalui perang tarif.
Oleh: Abu Jihad FS
IndonesiaNeo, OPINI - AKHIRNYA tabiat asli sekularisme dipertunjukan secara telanjang oleh Donald Trump. Seperti diketahui, thariqah atau metode sistem politik luar negeri sekularisme adalah isti’mar atau penjajahan.
Perang tarif adalah bentuk nyata dari penjajahan ekonomi. Salah satu uslub penjajahan, selain penjajaran secara fisik dan kebudayaan.
Menariknya, perang dagang yang dilancarkan Trump tidak hanya menyasar negara kompetitornya seperti Rusia, Korut, atau China, tapi juga aliansinya. Misalnya Jepang, Singapura, Korsel, Inggris, dan sejumlah negara Eropa lainnya.
Tak pelak, tindakan Trump sontak menimbulkan kegaduhan. Dari negara tetangganya di Amerika Latin hingga negara lainnya.
Sejak dilantik Senin, 20 Januari 2025 lalu, banyak kebijakan nyeleneh yang diambil oleh Donald Trump. Akibatnya, tepat pada 100 hari pemerintahan Trump, Rabu (30/4) pasar saham AS memasuki masa-masa terburuk.
Pasar Saham AS Terburuk
100 hari masa pemerintahan Trump pada, pasar saham AS, Wall Street, memasuki masa-masa terburuk. Hal ini terlihat dari data CFRA Research, yang dimuat CNBC International, Selasa.
Dalam laporan tersebut, Indeks S&P 500 misalnya mencatat kinerja terburuk kedua sepanjang sejarah 100 hari presiden AS.
S&P 500 turun hingga 7,9% sejak Trump dilantik pada tanggal 20 Januari hingga penutupan pada tanggal 25 April. Ini menjadi terburuk kedua setelah Presiden Richard Nixon tahun 1973 di mana S&P 500 jatuh 9,9%.
S&P 500 'terbakar' setelah serangkaian langkah ekonomi diambil Nixon kala itu untuk memerangi inflasi, yang mengakibatkan resesi tahun 1973 hingga 1975. Nixon kemudian mengundurkan diri pada tahun 1974 karena skandal Watergate.
Ini berbeda dengan rata-rata dalam data pascapemilu mulai dari 1944 hingga 2020. S&P 500 naik 2,1% dalam 100 hari pertama untuk setiap presiden.
"Tingkat keparahan penurunan saham untuk memulai masa jabatan kepresidenan Trump sangat kontras dengan euforia awal setelah kemenangannya dalam pemilihan umum November, ketika S&P 500 melonjak ke titik tertinggi sepanjang masa di tengah keyakinan bahwa mantan pengusaha itu akan membawa banyak harapan untuk pemotongan pajak dan deregulasi," muat data CFRA.
Ini berbeda dari hari pemilihan hingga hari pelantikan Trump. Di mana, S&P 500 naik 3,7%. Reli itu tersendat dan kemudian menukik tajam saat Trump menggunakan hari-hari awalnya menjabat untuk mendorong janji-janji kampanye. Salah satunya kebijakan imigrasi dan tarif.
Petaka di Sektor Ritel
Tarif impor yang diterapkan pemerintah AS mulai menuai petaka di sektor ritel. Pegatron, pemasok utama Apple dan Dell, mengatakan bahwa tarif yang diberlakukan oleh Trump telah membingungkan para konsumen AS.
Mereka juga memperingatkan bahwa kebijakan tersebut berisiko mengakibatkan kelangkaan barang-barang elektronik konsumen di AS.
Chairman Pegatron, T.H. Tung, mengatakan pemberlakuan tarif yang naik-turun secara tiba-tiba telah membingungkan pelanggan di AS. Tung mengungkapkan bahwa kekacauan ini berisiko besar menyebabkan kelangkaan produk elektronik konsumen.
"Dalam dua bulan ke depan, rak di Amerika Serikat bisa menyerupai negara dunia ketiga, di mana orang datang ke toko atau pasar hanya untuk menemukan rak-rak kosong, semua karena semua pihak memilih menunggu dan melihat," kata Tung, dikutip dari laporan Reuters, Senin.
Bulan lalu, Trump sempat mendadak menunda sebagian tarif untuk beberapa negara mitra dagang seperti Vietnam, Indonesia, dan India, tempat Pegatron memiliki basis produksi. Namun, tarif 10% untuk hampir semua barang impor ke AS tetap diberlakukan.
Meski penundaan ini dimaksudkan untuk memberikan sedikit ruang bernafas bagi pelaku pasar selama proses negosiasi dagang, Tung menilai para importir AS belum tentu akan berani meningkatkan pengiriman barang.
"Mereka akan tetap berhati-hati jika merasa tarif 10% ini nantinya akan dibatalkan," ujarnya, menambahkan bahwa aksi Trump telah mengganggu kelancaran logistik global yang menjadi tulang punggung rantai pasok modern.
Pegatron diketahui mulai memindahkan sebagian produksi dari China ke negara-negara Asia Tenggara serta Meksiko sejak periode pertama Trump menjabat.
Ketar-ketir soal Makanan Jelang Resesi
Warga AS bersiap untuk adanya gejolak ekonomi. Hal ini terjadi pasca Negeri Paman Sam berada dalam ancaman resesi akibat kebijakan tarif Presiden Donald Trump.
Mengutip CNBC International, pengumuman tarif yang luas dan tinggi oleh Presiden Trump pada awal April telah meningkatkan kekhawatiran bahwa ekonomi AS akan mengalami resesi dalam beberapa minggu terakhir. Warga kemudian mengingat kembali kiat dan trik yang mereka gunakan untuk bertahan hidup selama masa-masa keuangan yang suram seperti krisis keuangan global yang meledak pada tahun 2008.
Salah satu warga yang mengingat krisis itu dan membandingkannya pada saat ini adalah konsultan video memasak di media sosial, Kiki Rough. Rough mengaku sedang memikirkan bagaimana dirinya dapat menyajikan video memasak makanan di tengah kondisi ekonomi yang tertekan.
"Saya terus melihat lelucon ini berulang-ulang di komentar: Orang miskin yang lama mengajari orang miskin yang baru," kata Rough kepada CNBC. "Kita hanya perlu berbagi pengetahuan sekarang karena semua orang takut, dan pembelajaran akan memberi orang rasa aman untuk menghadapi situasi ini."
Google juga memprediksi lonjakan volume pencarian bulan ini untuk istilah yang terkait dengan resesi yang menjadi ciri khas akhir tahun 2000-an. Pencarian untuk "Krisis Keuangan Global" diperkirakan akan mencapai level yang belum pernah terlihat sejak tahun 2010, sementara pencarian untuk "Resesi Hebat" dijadwalkan akan mencapai tingkat tertinggi sejak dimulainya pandemi Covid.
Di TikTok, sekelompok Generasi Milenial dan Generasi X telah berperan sebagai kakak beradik, menawarkan kilas balik dan nasihat kepada orang yang lebih muda tentang cara berhemat.
Untuk Generasi Z, mereka telah menelepon orang yang lebih tua untuk mendapatkan wawasan tentang seperti apa rasanya resesi pada tahap kehidupan ini, karena mereka terlalu muda untuk merasakan dampak penuh dari krisis keuangan.
China Membantah
Di tengah pernyataan bertubi-tubi dari Trump dan pejabat pemerintahannya yang menyiratkan bahwa negosiasi dagang dengan China sedang berlangsung, Beijing kembali mempertegas sikapnya: tidak ada konsultasi atau pembicaraan terkait tarif yang sedang dilakukan dengan Washington.
"Untuk memperjelas sekali lagi, China dan Amerika Serikat tidak sedang melakukan konsultasi atau negosiasi apapun terkait tarif," tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers pada Senin.
Pernyataan Guo ini juga menepis klaim Trump dalam wawancaranya dengan Time pekan lalu, di mana Trump mengatakan bahwa Presiden China Xi Jinping telah menghubunginya secara langsung.
"Sejauh yang saya ketahui, tidak ada panggilan antara kedua presiden dalam waktu dekat ini," ujar Guo.
Penegasan terbaru ini menunjukkan konsistensi sikap keras Beijing terhadap tarif besar-besaran sebesar 145% yang diberlakukan Trump terhadap impor barang dari China - salah satu pemasok utama produk ke Amerika Serikat.
Di sisi lain, pejabat pemerintahan Trump, termasuk Menteri Keuangan Scott Bessent, tetap bersikeras bahwa Amerika Serikat berada dalam posisi lebih baik untuk memenangkan perang dagang dibandingkan China.
Realitas tersebut menggambarkan AS sudah renta. Tanda-tanda kebangkrutan sekularisme semakin dekat.
Maka itu, umat Islam punya peluang besar untuk mengembalikan peradaban warisan Nabi Muhammad SAW berbasis wahyu kembali mengatur dunia.
Ya, saatnya melakukan reset atau setel ulang ekonomi global dengan Islam. Islam adalah mabda, Islam adalam Ideologi yang bisa menyelesaikan masalah dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Allah SWT berfirman:
وَمَاۤ اَرۡسَلۡنٰكَ اِلَّا رَحۡمَةً لِّـلۡعٰلَمِيۡنَ
Artinya: Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (QS. Al-Anbiya: 107)
وَمَنۡ يَّبۡتَغِ غَيۡرَ الۡاِسۡلَامِ دِيۡنًا فَلَنۡ يُّقۡبَلَ مِنۡهُ ۚ وَهُوَ فِى الۡاٰخِرَةِ مِنَ الۡخٰسِرِيۡنَ
Artinya: Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi. (QS. Al-Imran: 85)
Dengan melakukan istiqra` (penelahaan induktif) terhadap hukum-hukum syara' yang menyangkut masalah ekonomi, akan dapat disimpulkan bahwa Sistem Ekonomi (an-nizham al-iqtishady) dalam Islam mencakup pembahasan yang menjelaskan bagaimana memperoleh harta kekayaan (barang dan jasa), bagaimana mengelola (mengkonsumsi dan mengembangkan) harta tersebut, serta bagaimana mendistribusikan kekayaan yang ada.
Asas Pertama: Kepemilikan (Al-Milkiyyah)
An-Nabhaniy (1990) mengatakan, kepemilikan adalah izin As-Syari' (Allah SWT) untuk memanfaatkan zat (benda) tertentu. Oleh karena itu, kepemilikan tersebut hanya ditentukan berdasarkan ketetapan dari As-Syari' (Allah SWT) terhadap zat tersebut, serta sebab-sebab pemilikannya. Jika demikian, maka pemilikan atas suatu zat tertentu, tentu bukan semata berasal dari zat itu sendiri, ataupun dan karakter dasarnya yang memberikan manfaat atau tidak. Akan tetapi kepemilikan tersebut berasal dari adanya izin yang diberikan Allah SWT untuk memiliki zat tersebut, sehingga melahirkan akibatnya, yaitu adanya pemilikan atas zat tersebut menjadi sah menurut hukum Islam. Minuman keras dan babi, misalnya, dalam pandangan ekonomi kapitalis memang boleh dimiliki, karena zat bendanya memberikan manfaat-manfaat. Tetapi menurut Islam, minuman keras dan babi tidak boleh dimiliki, karena Allah SWT tidak memberikan izin kepada manusia untuk memilikinya.
Asas Kedua: Pengelolaan Kepemilikan (at-tasharruf fi al milkiyah)
Pengelolaan kepemilikan adalah sekumpulan tatacara (kaifiyah) --yang berupa hukum-hukum syaraâ-- yang wajib dipegang seorang muslim tatkala ia memanfaatkan harta yang dimilikinya (Abdullah, 1990).
Mengapa seorang muslim wajib menggunakan cara-cara yang dibenarkan Asy Syariâ (Allah SWT) dalam mengelola harta miliknya? Sebab, harta dalam pandangan Islam pada hakikatnya adalah milik Allah SWT. Maka dari itu, ketika Allah telah menyerahkan kepada manusia untuk menguasai harta, artinya adalah hanya melalui izin-Nya saja seorang muslim akan dinilai sah memanfaatkan harta tersebut. Izin Allah itu terwujud dalam bentuk sekumpulan hukum-hukum syaraâ.
Asas Ketiga: Distribusi Kekayaan di Tengah-tengah Manusia
Karena distribusi kekayaan termasuk masalah yang sangat penting, maka Islam memberikan juga berbagai ketentuan yang berkaitan dengan hal ini. Mekanisme distribusi kekayaan terwujud dalam sekumpulan hukum syaraâ yang ditetapkan untuk menjamin pemenuhan barang dan jasa bagi setiap individu rakyat. Mekanisme ini dilakukan dengan mengikuti ketentuan sebab-sebab kepemilikan (misalnya, bekerja) serta akad-akad muamalah yang wajar (misalnya jual-beli dan ijarah).
Khatimah
Semua itu memberikan gambaran, bagaimana indahnya sistem ekonomi Islam. Hanya saja, hal tersebut bisa diterapkan secara kaffah melalui institusi negara yakni Khilafah Islamiyah.
Pesona yang ditawarkan China bukan jawaban. Pasalnya, secara fundamental di bangun di atas prinsip sosialisme. Secara historis, pernah diterapkan di bawah institusi Uni Soviet. Ujungnya pun runtuh. Prakteknya mengarah pada dehumanisasi.
Kesalahan mendasar, karena sosialisme dan sekularisme tidak sesuai fitrah manusia. Tidak memuaskan akal dan menentramkan hati.
Walhasil, hanya Khilafah akan mereset ekonomi global agar kembali ke jalan yang benar. Tegak di atas prinsip wahyu, bukan hawa nafsu.(**)
Post a Comment