Header Ads


Solidaritas Islam dan Tanggung Jawab Pemimpin Muslim Terhadap Pengungsi Rohingya

Ilustrasi eksodus dari Rohingya


Indonesia Neo - NASIONAL - Pejabat Indonesia dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), Munawaratul Makhya, menginformasikan bahwa pada bulan November 2023, sudah terjadi pendaratan lima kapal pengungsi Rohingya di Aceh.

Secara rinci, tiga kapal mendarat di Kabupaten Pidie, satu di Bireun, dan satu di Sabang. Totalnya, lebih dari seribu pengungsi telah tiba di Aceh.

Pada malam Selasa, tanggal 21 November 2023, perahu kelima yang membawa 219 pengungsi Rohingya mendarat di Ujungkarang, Pulau Sabang, Aceh, pada pukul 23.00 WIB.

Sebagian warga lokal menolak kedatangan pengungsi Rohingya. Mereka mengklaim bahwa alasan penolakan ini bukan hanya karena para pengungsi sering berkelana dan melarikan diri dari tempat penampungan, tetapi juga karena ketidakpatuhan mereka terhadap aturan lokal.

Budi Mulyana, seorang pengamat hubungan internasional, menilai bahwa penanganan pengungsi merupakan tanggung jawab pemerintah. 

Ia menekankan pentingnya koordinasi antara pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan lembaga internasional seperti UNHCR.

Meskipun demikian, Budi menyadari bahwa koordinasi ini memerlukan waktu dan terlihat kurang sigap, menyebabkan respons terhadap kasus pengungsian menjadi terlambat. 

Ia berharap agar kerjasama antarinstansi pemerintah dan lembaga internasional dapat berjalan lebih efisien.

Pengamat politik, Iffah Ainur Rochmah, berpendapat bahwa pemimpin Muslim seharusnya bertanggung jawab terhadap nasib pengungsi ini. 

Namun, ia juga menyoroti bahwa sekat nasionalisme dapat menghambat solidaritas Islam. Iffah menekankan perlunya memiliki sistem Khilafah sebagai tempat perlindungan bagi seluruh umat Muslim, agar tidak ada satu pun Muslim yang menjadi stateless seperti yang dialami oleh jutaan Muslim Rohingya.[]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.