Header Ads


ADAKAH TANDA TAQWA PADA KITA, PASCA PUASA RAMADHAN?


_(Catatan Khutbah Idul Fitri 1441 H, Jakarta, 24 Mei 2020)_
*Oleh: Wahyudi al Maroky*
Hari Raya Idul Fitri kali ini sangatlah luar biasa. Banyak bermunculan Imam dan Khatib baru di tengah keluarga masing-masing. Ya, banyak diantara kita yang suka atau tak suka tetap harus melakukan itu. Inilah sisi lain dari dampak wabah Corona.
Puasa Ramadhan kali ini pun sangat istimewa. Kita diuji dengan musibah Wabah Corona yang melumpuhkan sektor ekonomi. Banyak perusahaan tutup. Banyak karyawan dirumahkan. Banyak pula yang di-PHK. Banyak Pengangguran. Banyak yang kehilangan pendapatan. Makin banyak yang kesulitan hidup.
Di tengah kesulitan itu justru pemerintah tega keluarkan Perpres naikkan iuran BPJS. Malah harga BBM tak diturunkan padahal harga minyak dunia sedang turun. Ditambah ada kebijakan PSBB. Melengkapi beban Rakyat yang kian berat. Beban akibat wabah corona dan beban akibat kebijakan pemerintah. Jika rakyat tak dibekali dengan IMAN dan TAQWA maka bisa gelap mata dan bertindak kriminal.
Bersyukur Ramadhan Hadir membentengi masyarakat dengan iman dan taqwa. Dengan MODAL TAQWA, masyarakat menghadapi kesulitan itu dengan sabar dan tidak GELAP MATA. Memang ada kriminalitas (pencurian, perampasan, perampokan, dll). Tapi kita bersyukur, sebagian besar mayarakat ini masih SABAR dan TAQWA. Dapat dibayangkan jika mereka gelap mata, melakukan penjarahan dan kriminal lainnya.
Disinilah pentingnya membentuk pribadi dan masyarakat yang TAQWA. Ramadhan hadir untuk menempa manusia agar menjadi taqwa. Taqwa dalam segala hal.
Adapun ciri orang taqwa, menurut Sayidina Ali bin Abi Thalib ra., ditandai dengan empat hal: (1) _al-khawf min al-jalîl_ (memiliki rasa takut kepada Allah Yang Mahaagung); (2) _al-‘amalu bi at-tanzîl_ (mengamalkan al-Quran); (3) _ar-ridhâ bi al-qalîl_ (ridha dengan yang halal walau sedikit); (4) _al-istidâd li yawm ar-rahîl_ (mempersiapkan bekal untuk [menghadapi] hari penggiringan [Hari Kiamat] *(Ibn Yusuf ash-Shalihi asy-Syami, _Subul al-Huda wa ar-Rasyad_, 1/421).*
PERTAMA; al-khawf min al-jalîl (Takut kepada Allah Yang Mahaagung); orang yang taqwa tentu akan takut kepada Allah karena yakin akan ada hari akhir. Orang taqwa selalu merasa diawasi oleh Allah dalam semua gerak geriknya. Ia Takut tidak melaksanakan apa yang diperintahkan. Takut melanggar apa yang dilarangNYA.
Ketika Allah perintahkan bulan Ramadhan perbanyak baca Quran, maka hamba yang taqwa akan melaksanakannya bukan malah ngajak bikin konser. Sebab orang taqwa yakin bahwa setiap amal akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah SWT.
KEDUA; al-‘amalu bi at-tanzîl (mengamalkan al-Quran). Orang taqwa akan Menjadikan Al Qur’an sebagai Pedoman Hidupnya. Tak ada istilah konstitusi diatas kitab suci. Sebaliknya al Quran menjadi panduan dalam membuat konstitusi dan hukum lainnya.
Banyak perintah dan larangan dalam Al-Quran yang harus dilaksanakan. Ada yang bisa diaksanakan oleh individu, ada juga yang mesti dilaksanakan oleh negara.

Cara terbaik mengamalkan al quran adalah dengan mencontoh orang terbaik dimuka bumi ini yaitu, Nabi Muhammad SAW. Beliau mengamalkan Al Quran dalam segala aspek kehidupan. Beliau mencontohkan mengamalkan al Quran dalam tataran individual, juga dalam kehidupan berjamaah, juga dalam bernegara dan hubungan luar negeri.
Ketika Nabi SAW dan para shahabat mendirikan negara di Madinah, terwujud masyarakat yang taqwa dan unggul. Wilayahnya terus meluas hingga seluruh jazirah Arab. Negara yang diwariskan Beliau ini dilanjutkan oleh Khalifah Abu Bakar dan para khalifah sesudahnya. Bahkan bisa menguasai dua pertiga dunia sebagai negara adidaya yang unggul di berbagai bidang.
KETIGA; ar-ridhâ bi al-qalîl (ridha dengan yang halal walau sedikit). Orang taqwa tak kan mengeluh atas takdir yang terjadi padanya. Semua dijadikan jalan menuju surga, bukan ke neraka. Jika ia diuji dengan Kesulitan hidup maka ia SABAR. Sebaliknya jika Ia diuji dengan kenikmatan hidup maka ia BERSYUKUR.
KEEMPAT; al-istidâd li yawm ar-rahîl (mempersiapkan bekal untuk [menghadapi] hari akahir penggiringan. Orang taqwa mempersiapkan Bekal terbaik dalam hidup dengan melakukan AMAL SHOLIH. Bagi orang taqwa, dunia bukanlah tujuan. Baginya Dunia sekedar alat mencapai kebahagian di dunia dan akhirat.
Orang taqwa memandang harta hanya di genggamannya, tidak sampai masuk di hatinya. Harta baginya, hanyalah alat untuk membantu yang miskin dan memperjuangkan agamanya. Sedangkan JABATAN baginya, hanyalah alat untuk menghilangkan kesulitan rakyat dan perjuangan agamanya.
Jika orang kaya kini jadi TAQWA, lalu memandang hartanya hanyalah alat untuk membantu si Miskin maka tak ada orang kaya Sombong dan rakus. Sedangkan jika PEJABAT menjadi TAQWA, lalu mamandang jabatannya hanyalah alat untuk mengholangkan kesulitan rakyat, maka tak ada lagi rakyat yang akan susah.
Di sisi lain, Allah SWT akan memberi hadiah bagi hamba yang taqwa, setidaknya tiga jaminan: (1) jalan keluar atas segala kesulitan; (2) rejeki dari arah yang tak diduga; (3) kemudahan dalam segala urusan. Ketiganya itu Allah SWT jelaskan dalam al-Quran: _Siapa saja yang bertakwa kepada Allah, Dia pasti akan memberikan jalan keluar bagi dirinya dan akan memberi dia rejeki dari arah yang tidak dia sangka_ *(TQS ath-Thalaq [65]: 2-3).*
Maknanya, orang yang bertakwa akan diberi jalan keluar dari ragam kesulitan dunia dan akhirat, juga akan diberi rejeki dari jalan yang sebelumnya tidak pernah diharap-harapkan dan tidak diangan-angankan *(Al-Jaza’iri, _Aysar at-Tafasir_, 4/274).*
Orang taqwa pun akan dimudahkan urusannya oleh Allah SWT, berfirman: _Siapa saja yang bertakwa kepada Allah, Dia pasti akan menjadikan urusannya mudah_ *(TQS ath-Thalaq [65]: 4).* Maknanya, orang yang bertakwa akan diberi kemudahan dalam segala urusan dunia dan akhiratnya *(Ibnu al-Jauzi, _Zad al-Ma’ad_, 6/41).*
Walhasil, di tengah ragam kesulitan dan wabah Corona yang melanda, kuncinya hanyalah satu: TAQWA. Dengan taqwa, Allah SWT akan memberi kita jalan keluar.
Orang MISKIN yang TAQWA ia bersabar dan tetap berupaya.
Orang KAYA yang kini jadi TAQWA, menjadikan hartanya hanyalah alat untuk membantu si Miskin. Ia tak lagi Sombong dan rakus.
Sedangkan PEJABAT yang menjadi TAQWA, menjadikan jabatannya hanyalah alat untuk menghilangkan kesulitan bagi rakyat. Ia tak lagi Zalim. Jika ini terjadi maka tak ada lagi rakyat yang akan susah.

Dengan taqwa pula, Allah SWT pasti akan memberi kita kemudahan dalam segala urusan. Bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Semoga…

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.