Header Ads


Islam Solusi Alternatif, Tatanan Dunia dalam kondisi Pandemi (Part 3)



Oleh: Syahril Siddik, ST
(Pemerhati Kebijakan Publik)

Pertama, Laporan Cina mengungkap bahwa otoritas Cina menyembunyikan dari orang Cina dan dunia, hakikat penyakit mematikan yang penyebarannya telah diketahui oleh otoritas Cina sebelum pertengahan desember 2019. 

Jurnalis Cina-Amerika Sang Wei Wang menyatakan, “otoritas Cina tidak menutup pasar makanan laut di kota Wuhan yang dari situ tersebar penyakit kecuali pada bulan Januari. 

Laporan lain juga mengungkap bahwa 8 orang warga ditangkap karena menyebarkan berita seputar penyakit ini di awal krisis dan dinilai sebagai pribadi yang melawan hukum karena menyebarkan informasi yang tidak dapat dikonfirmasi. 

Termasuk apa yang dialami oleh Dr Li Wenliang yang “dikunjungi polisi” karena memperingatkan adanya penyakit sejenis sars pada awalnya. 

Bahwa para pejabat Cina tidak memperingatkan rakyat dari bahaya krisis pada Desember hingga 31 Desember dimana Beijing memberitahu WHO. Pemerintah Cina mengatakan pada saat itu kepada WHO bahwa penyakit bisa dibentengi dan dikontrol. 

Perkara pertama inilah seperti yang diungkapkan oleh Mardigu WP dalam tulisannya sebagai sebuah false information yang akhirnya menyebabkan negara-negara lain tidak “aware” terhadap perkara ini. 

Kedua, Keterlambatan Cina dalam melakukan karantina wilayah (lockdown). Karantina wilayah atau di Barat dikenal dengan istilah lockdown merupakan solusi shahih dalam mengatasi wabah yang menular. 

Demikilah yang dinyatakan oleh Al-Alim dengan menyebutkan bahwa solusi yang shahih untuk penyakit ini adalah seperti yang ada dalam Syariah Allah SWT, dengan negara menelusuri penyakit tersebut sejak awal dan bekerja membatasi penyakit di tempat kemunculan sejak awal.

Karantina wilayah yang diajarkan oleh Islam ini telah mendahului solusi yang akhirnya telat diambil oleh Cina sebagai tempat awal munculnya wabah ini. 

Otoritas Cina telah membiarkan virus ini menyebar ke berbagai wilayah bahkan dunia karena rentang Desember sampai akhir januari adalah rentang yang cukup panjang (Cina baru menerapkan lockdown untuk Wuhan dan Provinsi Hubei sekitar 26 Janurari 2020). 

Mobilitas manusia yang cukup tinggi dari dan ke Wuhan telah turut andil menjadikan virus ini jangkauannya cukup luas. Bahkan diperkirakan tidak ada satupun wilayah hari ini yang tidak disinggahi oleh virus ini, termasuk Indonesia. 

Pada akhirnya menjadikan load capacity dari pelayanan rumah sakit di setiap negara menjadi berlebih (over) karena ledakan jumlah korban. 

Dengan demikian, bukanlah faktor teknis semata yang menyebabkan sistem kesehatan negara-negara di dunia hampir collaps dengan serangan mematikan dan brutal dari virus ini. 

Terdapat kesalahan non teknis yang lebih disebabkan oleh penerapan ideologi selain islam termasuk komunis yang diadopsi oleh Cina. Mengapa Cina memberikan false information? Mengapa Cina terlambat untuk melockdown?

Jawabannya adalah karena faktor materi yang ada di seisi kepalanya. Ideologi selain islam hanya akan mementingkan perihal materi dan menomorsekiankan urusan hilangnya nyawa manusia. Cina punya terget ambisius PDB negerinya diangka 6% meskipun harus mengorbankan rakyatnya sekalipun. 

Italia sebagai negara dengan rasio kasus positif corona yang sangat besar mengumumkan ada 100 dokter yang meninggal karena menangani pasien terinfeksi corona. Data ini dilansir oleh Asosiasi Dokter Italia pada Kamis, 09/04/2020. 

Pada hari tersebut, Italia mencatatkan jumlah korban positif corona mencapai 140.000 jiwa dan jumlah penderita yang meninggal mencapai 17.669 (12%). Maka ada 100 dokter gugur untuk menangani pasien sejumlah 140.000 orang atau ada 0,5% jumlah keseluruhan penderita yang meninggal adalah dokter.

Sementara Indonesia berdasarkan data dari katadata.co.id 12/4/2020, Serikat Pekerja Farmasi dan Kesehatan Reformasi (FSP FARKES/R) mencatat ada 44 tenaga medis meninggal dunia akibat terinfeksi covid-19. Rinciannya, 32 dokter dan 12 perawat. Pada hari itu jumlah positif Covid-19 di Indonesia mencapai 4.241 kasus dengan jumlah penderita yang meninggal mencapai 373 jiwa. 

Maka di Indonesia ada 32 dokter gugur hanya untuk menangani pasien sejumlah 4.241 kasus atau 8.5 % jumlah keseluruhan penderita yang meninggal adalah dokter.

Islam Solusi Alternatif, Tatanan Dunia Pasca-pandemi

Dalam perspektif Islam, kesehatan dan keamanan disejajarkan dengan kebutuhan pangan. Ini menunjukan bahwa kesehatan dan keamanan statusnya sama sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Mengatasi pandemi, tak mungkin bisa melepaskan diri dari performa kesehatan itu sendiri. Maka beginilah cara Islam mengatasi pandemi dapat dijelaskan dalam beberapa poin sebagai berikut:

1. Edukasi prefentif  Negara

Islam adalah agama yang sifatnya prefentif dalam melakukan pencegahan. Islam mewajibkan kaum muslim untuk ber-amar makruf nahi mungkar. Yakni menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kemunkaran. 

Pembinaan yang mengarah pada sikap dan perilaku sehat baik fisik maupun mental, pada dasarnya merupakan bagian dari pembinaan Islam. Keimanan yang kuat dan ketakwaan tentu menjadi keniscayaan.

Islam mewajibkan kepada setiap orang untuk mempraktekan gaya hidup sehat, pola makan sehat dan berimbang serta perilaku dan etika makan. Misalnya diawali dengan makanan. Allah SWT telah berfirman:

فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا 

“Makanlah oleh kalian rezeki yang halal lagi baik yang telah Allah karuniakan kepada kalian” (TQS. An-Nahl [16]: 114).

Kebanyakan wabah penyakit menular biasanya ditularkan oleh hewan (zoonosis). Islam telah melarang hewan apa saja yang tidak layak dimakan. Dan hewan apa saja yang halal dimakan. 

Apalagi sampai memakan makanan yang tidak layak dimakan, seperti kelelawar. Makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang, mengisi perut dengan 1/3 makanan, 1/3 air dan 1/3 udara, termasuk kaitannya dengan syariah puasa baik wajib maupun sunnah.(bersambung)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.