Kejahatan Rasis di AS, Dimana Fungsi HAM?
Oleh: Jihan (Pemerhati Media Sosial)
Negara maju merupakan status yang disematkan
kepada negara-negara yang sudah sejahtera di bidang ekonomi maupun sosial.
Amerika Serikat sendiri merupakan salah satu
negara maju di dunia yang terletak di benua Amerika. Negara ini terdiri dari 50
negara bagian dengan ibu kotanya Washington D.C.
Negara ini juga disebut sebagai negara adikuasa
karena memiliki angkatan perang yang kuat dan hasil industri yang besar
sehingga memiliki tingkat perekonomian yang tinggi. Amerika Serikat sangat
terkenal dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya.
Namun, sayangnya walau demikian negara Amerika
Serikat telah lama pula terkenal sebagai negara paling rasis di dunia, serta
tindak kriminalitas penembakan terbanyak di dunia.
Dikabarkan dari WASHINGTON, Otoritas keamanan
mengatakan 10 orang tewas dan tiga lainnya mengalami luka-luka ketika seorang
pria melepaskan tembakan ke sebuah supermarket di Buffalo, New York, Amerika
Serikat (AS).
Polisi mengatakan pelaku penembakan , yang
sekarang ditahan, akan didakwa dengan pembunuhan dalam apa yang disebut petugas
keamanan sebagai kejahatan rasial dan kasus ekstremisme kekerasan bermotivasi
rasial. dikutip dari CBS News, Minggu (15/5/2022).
Komisaris Polisi Buffalo Joseph Gramaglia pada
konferensi pers mengatakan bahwa sekitar pukul 14:30 waktu setempat, seorang
pria kulit putih berusia 18 tahun yang bukan berasal dari daerah itu keluar
dari kendaraannya di Tops Friendly Market.
Rasisme, Pola Pemikiran Sekularisme
Masih banyak lagi peristiwa penembakan massal
di tempat publik yang terjadi di Amerika Serikat. Tingkat toleransi mereka
dalam menghargai ras dan nyawa orang lain sangat rendah. Negara yang menjunjung
tinggi nilai-nilai HAM tersebut malah menjadi pelanggar HAM.
Nilai-nilai kebebasan yang dijunjung tinggi
rupanya menjadi malapetaka bagi Amerika Serikat sendiri. Amerika Serikat memang
dikenal sebagai negara yang mengizinkan kepemilikan senjata api secara legal
kepada rakyatnya. Bukan hanya warga negaranya, Amerika Serikat juga membolehkan
orang asing memiliki senjata api.
Maka, prinsip kebebasan inilah yang memicu
rasisme di Amerika Serikat. Mereka merasa berhak menghina dan melecehkan warga
kulit hitam karena punya kebebasan berpendapat dan berekspresi.
Kita tentu masih mengingat kejahatan berbasis
ras yang terjadi di sana. Dari kebencian terhadap Asia akibat retorika yang
menyalahkan orang Asia sebagai penyebaran Covid-19, hingga pembunuhan oleh
pelaku berkulit putih atas warga kulit hitam, seperti yang dialami George
Floyd, dan lainnya.
Dengan semua kasus pembunuhan warga kulit hitam
Amerika Serikat kebanyakan dilatarbelakangi motif rasial. Supremasi kulit putih
atas kulit hitam tidak pernah berhenti meski Amerika Serikat mengkampanyekan
kepada dunia bahwa ia menjunjung tinggi toleransi dan HAM. Tapi, nyatanya
Amerika yang kita kenal sebagai pencetus dan pelopor HAM di dunia tidak
menjalankan apa yang mereka buat sendiri.
Mengkampanyekan HAM, justru jadi pelanggar HAM.
Mengakunya menghargai kebebasan, nyatanya gagal menjaga keselamatan nyawa
warganya.
Di Amerika Serikat, sistem yang memengaruhi
perasaan dan pemikiran mereka ialah sekularisme. Agama tidak akan menjadi tolok
ukur dalam perbuatan dan tidak boleh turut campur mengatur kehidupan mereka.
Aturan manusialah yang menjadi standar perbuatan yang melahirkan budaya liberal
dan permisif.
Kebebasan menjadi hal yang wajib dilindungi.
Kehidupan masyarakat Amerika Serikat sangat bebas. Fenomena zina, hamil di luar
nikah, kumpul kebo, LGBT, bunuh diri, tingginya kriminalitas, suburnya rasisme,
dan sebagainya, adalah contoh nyata sistem kehidupan masyarakatnya bermasalah.
Sekularisme membuat nilai kebaikan dan moral
makin terkikis. Hal ini yang membuat kehidupan sosial masyarakat Barat sakit
dan rusak. Dari luar tampak maju, tetapi dari dalam masyarakatnya rusak.
Jika kita ingin menilai layakkah ideologi
kapitalisme dan akidah sekulernya diterapkan, lihatlah Amerika Serikat. Apakah
dengan ideologi itu mereka menjadi masyarakat yang beradab? Apakah dengan
ideologi tersebut kehidupan masyarakatnya lebih baik? Tentu saja tidak. Oleh
karenanya, Barat, utamanya Amerika Serikat, sangat tidak layak menjadi kiblat
dan percontohan dalam membangun masyarakat.
Masyarakat Sehat Dengan Sistem Islam
Masyarakat adalah kumpulan individu yang di dalamnya memiliki pemikiran, perasaan, dan aturan yang sama. Sakit dan sehatnya masyarakat bergantung pada perasaan, pemikiran, dan aturan yang diterapkan atas mereka. Jika sistemnya buruk, masyarakat akan ikut buruk, pun sebaliknya.
Mengubah masyarakat tidak cukup hanya mengubah
individu. Jika sistem yang diterapkan rusak, individu yang baik pun juga bisa
rusak. Maka, pentingnya sebuah sistem atau lingkungan yang baik. Oleh karena
itu, upaya membangun masyarakat yang baik, selain memperhatikan aspek individu,
juga harus fokus mengubah sistem yang diterapkan atas mereka.
Islam telah memberikan panduan dalam membangun
masyarakat dalam bernegara.
Pertama, individu bertakwa. Hal ini dilakukan
melalui pembinaan agar setiap muslim berkepribadian Islam, yaitu pola pikir dan
sikapnya sesuai tuntunan Islam.
Kedua, masyarakat taat. Islam mengatur secara
terperinci tata pergaulan dan sistem sosial di masyarakat. Mereka akan terbiasa
beramar makruf nahi mungkar dalam kehidupan bermasyarakat.
Ketiga, negara berdakwah. Peran negara sangat
penting dalam membentuk sistem. Negara akan menerapkan syariat Islam secara
kafah. Mulai sistem pendidikan, sosial, ekonomi, politik, dan hankamnya harus
berdasarkan pandangan Islam.
Islam tidak mengenal perbedaan golongan, suku,
atau ras. Ketika Islam datang, semua manusia diperlakukan sama. Tatkala Islam
menaungi suatu negeri, ia menjadi perekat kuat bangsa-bangsa. Kekuasaan Islam
membentang dari Asia hingga Afrika melintasi batas negara dan bangsa-bangsa.
Peradabannya menjadi mercusuar dunia.
Contoh paling sederhana ialah bagaimana
Rasulullah saw. melepaskan ikatan kebangsaan dan kesukuan yang berlaku saat itu
menjadi ikatan ukhuwah islamiah yang berasaskan akidah Islam.
Beliau mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar.
Layaknya Bilal, mantan budak yang hitam legam, dipersaudarakan dengan Abu
Ruwaihah, salah satu Anshar.
Rasul berhasil membentuk masyarakat Islam yang
khas. Beliau melenyapkan fanatisme kesukuan jahiliah serta meruntuhkan semua
perbedaan yang didasarkan pada keturunan, warna kulit, ras, dan kebangsaan.
Islam hanya mengenal perbedaan pada derajat
takwa setiap hamba. Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Abu Dzar, “Lihatlah,
engkau tidaklah akan baik dari orang yang berkulit merah atau berkulit hitam
sampai engkau mengungguli mereka dengan takwa.” (HR Ahmad)
Perlakuan Islam terhadap sesama manusia inilah
yang menjadikannya sebagai ideologi yang mampu mempersatukan berbagai suku,
ras, dan golongan di antara umat manusia. Penerapan keberagaman ini tecermin
dalam lembaran sejarah peradaban Islam. Khilafah menampilkan diri sebagai
negara yang menerapkan keberagaman yang adil.
Penerapan sistem Khilafah memberi manfaat dan
kebaikan, baik muslim maupun nonmuslim, yang memilih hidup sebagai warga negara
sebagai ahli zimi, maupun yang hidup di luar negara Khilafah sebagai muahid
(yang terikat perjanjian), serta musta’min (kafir yang masuk ke negeri Islam
dengan jaminan).
Jika kita menyelami sejarah dengan benar,
penerapan sistem Islam memiliki banyak keunggulan. Ia menjadi sistem yang mampu
mempersatukan bangsa, meleburkan perbedaan, dan membentuk masyarakat beradab.
Wallahu'alam bishawab.
Post a Comment