My Pertamina, Cara Paksa Konsumsi BBM Mahal
Siombiwishin (Aktivis Dakwah)
Masalah bahan bakar minyak (BBM) kembali dipersoalkan, rakyat lagi-lagi
dibuat tercengang dengan rencana kebijakan yang membingungkan. Kebijakan yang
diupayakan dapat memastikan subsidi BBM Pertalite dan solar tepat sasaran,
yakni tepat dinikmati oleh rakyat yang kurang mampu. Kebijakan yang
mengharuskan masyarakat melakukan registrasi pada aplikasi MyPertamina, atau di
website https://subsiditepat.mypertamina.id/. Namun, benarkah kebijakan ini akan tepat
sasaran?
PT Pertamina melalui Pertamina Patra Niaga menyatakan, mulai 01 Juli
2022 uji coba rencana pembelian BBM subsidi menggunakan aplikasi diterapkan di
beberapa daerah. Bukannya meringankan, hal ini justru akan membuat resah
masyarakat ketika mekanisme tersebut benar-benar diterapkan secara merata di
seluruh daerah di Indonesia. Seperti kita ketahui bersama, bahwa rakyat tentu
akan makin sulit mengakses BBM subsidi karena harus menggunakan aplikasi yang
belum tentu di pahami oleh rakyat kecil kebanyakan.
Selain itu, sebagian masyarakat yang tidak menggunakan ponsel pintar
seakan didorong untuk memilikinya demi bisa membeli BBM subsidi, dorongan ini
tentu akan menambah anggaran pengeluaran mereka yang penghasilannya tidak
seberapa, belum lagi pembelian kuota internet yang terbilang mahal bagi rakyat
kecil. Ditambah permasalahan mengenai sinyal yang tidak selalu ada di
daerah-daerah tertentu, kemudian adanya permasalahan teknis seperti kesulitan
mendaftar, mengunduh aplikasi, hingga terkait barcode. Semua persoalan ini jelas makin menyulitkan rakyat
mengakses BBM subsidi, khususnya Pertalite yang mulai langka.
Di satu sisi, BBM nonsubsidi Pertamax justru semakin mudah diakses,
menjadi lumrah jika masyarakat berpendapat bahwa ini adalah modus pemerintah
untuk menghilangkan Pertalite. Mengingat hal yang sama pernah terjadi pada
Premium, awalnya langka kemudian hilang. Alhasil, bagi masyarakat yang merasa
sulit dan direpotkan terpaksa memilih menggunakan Pertamax, walaupun pilihan
tersebut akan lebih menguras kantong mereka.
Kepada CNN Indonesia, pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Direktur Center of Economics and Law Srudies
(Celios) Bhima Yudhistira yang mengkritik keras kebijakan yang disusun
pemerintah dan pertamina. “Menurut saya tidak tepat dan sekarang pasti banyak
yang keberatan karena ini seperti dipaksa beli Pertamax, terutama kelas
menengah yang rentan. Jangan pelit subsidi, karena pemulihan ekonomi masih
butuh support pemerintah, lagipula
APBN masih surplus”.
Selain itu, ia menekankan sebelum menerapkan kebijakan tersebut, harus
ada perbaikan data penerima subsidi BBM. Karena jika data tidak akurat, maka
berpeluang membuka kesempatan bagi orang kaya makin besar menikmati subsidi.
Dan secara otomatis kebijakan akan menjadi tidak tepat sasaran. (CNN Indonesia,
29/06/2022)
Sistem ekonomi kapitalisme manganggap bahwa subsidi merupakan beban APBN
yang jika terus dialokasikan kepada rakyat, maka APBN akan makin berkurang.
Padahal jika dilihat dari pernyataan Menkeu Sri Mulyani, jumlah alokasi subsidi
pada BBM dan LPG masih lebih kecil dibandingkan bunga utang dan biaya
pembangunan infrastruktur. Selain itu, sistem ini memiliki standar negara
ideal, yaitu negara tanpa subsidi. Ketergantungan rakyat pada subsidi dianggap
bentuk ketidakmandirian dan menghambat kemajuan suatu negara.
(muslimahnews.net, 02/07/2022)
Miris, pengalokasian APBN seperti salah sasaran. Bukan mementingkan
kemaslahatan umat terlebih dahulu, pihak berkuasa malah sibuk mengadakan
pembangunan-pembangunan infrastuktur megah yang sama sekali tidak meringankan
beban hidup rakyat. Sekarang subsidi pada rakyat bukan hanya disunat, namun
sedikit demi sedikit dengan cara yang halus subsidi akan dihilangkan. Negara
seakan ingin lepas tangan mengenai masalah yang cukup krusial bagi rakyat yang
terkena impas, rakyat dengan ekonomi menengah kebawah khususnya.
Hal ini tentu saja akan berbeda jika negara menerapkan APBN yang
dilandasi aturan Islam yang paripurna (baitulmal), segala kebutuhan pokok
rakyat akan dimudahkan oleh negara. Negara akan menjamin kesejahteraan ummat,
mulai dari sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Sumber
dana sistem ekonomi yang diatur dalam baitulmal, insyaallah tidak akan
membebani rakyatnya. Adanya pengaturan terkait kekayaan alam milik negara yang
tidak diperbolehkan dikuasai oleh pihak swasta dapat mendorong terjadinya
pemerataan kebutuhan hidup bagi rakyat.
Kemudian adanya pengaturan terkait skala prioritas dalam pembangunan
infrastruktur dan fasilitas umum, dapat membuat negara lebih bijak dalam
memutuskan pembangunan-pembangunan seperti apa yang harus diutamakan. Sehingga
sangat kecil kemungkinan terjadinya pembelanjaan yang tidak tepat sasaran.
Seluruh kebijakan yang diambil, selalu mengedepankan kemaslahatan ummat. Subsidi untuk rakyat tidak dianggap
sebagai beban, melainkan sebuah kewajiban negara dalam meningkatkat kualitas
hidup dan kesejahteraan warga negaranya. Wallahu’alam.
Post a Comment