Negara Bangkrut Dalam Jerat Kapitalisme
Jihan (Pemerhati Masalah Sosial)
Krisis
di Sri Lanka, negara tetangga India itu diambang kebangkrutan. Ekonomi
negaranya telah “ambruk” karena kekurangan uang tunai untuk membayar impor
kebutuhan pokok rakyatnya dan kegagalan membayar utang luar negeri sebelumnya.
TRIBUNBANTEN.COM
- Sri Lanka bangkrut. Sri Lanka dihadapkan pada masalah gagal bayar utang
luar negeri sebesar US$ 51 miliar atau setara dengan Rp 729 triliun (asumsi
kurs Rp 14.300). Negara tersebut telah gagal dalam membayar semua utang luar
negeri, termasuk pinjaman dari pemerintah asing serta dana talangan IMF.
(15/04/2022).
Kapitalisme
Akar Masalahnya
Ada
beberapa hal negara Sri Lanka tidak mampu membayar utang maupun bunga dari
pinjaman asing diantaranya, sektor pariwisata yang jadi tulang punggung ekonomi
Sri Lanka, kolaps sejak aksi bom gereja di Kolombo tahun 2019, dan akibat
pembatasan selama pandemi covid 19.
Mata
uang Sri Lanka pun mengalami inflasi dan terperosok hingga 80 persen. Sehingga
nilai tukar yang lemah menyebabkan biaya impor semakin mahal dan membuat harga
makanan melonjak mencapai 57 persen.
Bahkan
negara tersebut sampai tidak memiliki uang untuk mengimpor bahan bakar minyak,
susu, gas LPG, hingga kertas toilet. Ditambah masalah korupsi yang semakin
membuat rumit masalah ekonomi, dengan memperkaya diri sendiri sehingga
memperburuk perekonomian negaranya.
Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa kondisi Indonesia jauh
berbeda dengan Sri Lanka yang sedang mengalami krisis utang.
Menurutnya, pembiayaan utang Indonesia justru menurun dari tahun lalu.
Sri
Mulyani menjelaskan bahwa hingga Maret 2022, pembiayaan utang dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN) mencapai Rp149,6 triliun. Jumlahnya
terdiri dari penerbitan surat berharga negara (SBN) Rp133,6 triliun dan
pinjaman Rp16 triliun.
Total
pembiayaan utang itu turun 55,6 persen dari posisi Maret 2022. Menurutnya, hal
tersebut menunjukkan bahwa kondisi Indonesia berbeda dengan Sri Lanka.
Indonesia kerap dibandingkan dengan kondisi Sri Lanka, di antaranya karena
adanya utang terhadap China.
Dia
menjelaskan bahwa kondisi pasar SBN dan pasar uang cenderung tertekan oleh
inflasi, dampak konflik geopolitik, dan capital outflow. Namun, dalam kondisi
itu Indonesia mampu menciptakan ketahanan APBN dengan kondisi kas yang cukup
(Bisnis.com, 20 Apr 2022).
Meski
demikian, Indonesia tetap harus mewaspadai lonjakan utangnya. Diketahui, Utang
pemerintah RI sudah tembus Rp 7.000 triliun di akhir Februari 2022. Dikutip
dari APBN kita, data per 28 Februari menyebut utang negara tercatat sebesar Rp
7.014,58 T. Gagal bayarnya Sri Lanka seharusnya menjadi sorotan bagi negara
Indonesia.
Utang
luar negeri menjadi sesuatu yang berbahaya, hal tersebut sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh Abdurrahman al-Maliki (1963) dalam kitab As-Siayasah al-
Iqtishadiyah al- Mutsla/Politik Ekonomi Ideal, h. 200-207). Mengungkap empat
bahaya besar utang luar negeri.
Pertama,
membahayakan eksistensi negara. Pasalnya, utang adalah metode baru
negara-negara kapitalis untuk menjajah suatu negara.
Kedua,
sebelum utang diberikan, negara-negara pemberi utang biasanya mengirimkan
pakar-pakar ekonominya untuk memata-matai rahasia kekuatan/kelemahan ekonomi
negara tersebut dengan dalih bantuan konsultan teknis atau konsultan ekonomi.
Ketiga,
membuat negara pengutang tetap miskin karena terus-menerus terjerat utang yang
makin menumpuk dari waktu ke waktu. Keempat, utang luar negeri pada dasarnya
merupakan senjata politik negara-negara kapitalis Barat terhadap negara-negara
lain, yang kebanyakan merupakan negeri-negeri muslim.
Pertumbuhan
ekonomi kapitalisme hanyalah tipuan. Berkutat pada uang, utang, dan saham yang
mewujud dalam kertas-kertas transaksi yang tidak riil. Akibat ditopang sektor
nonriil menyebabkan kapitalisme sangat rentan dengan krisis.
Sedikit
saja suku bunga dinaikkan, inflasi meluas. Negara-negara yang menggantungkan
kehidupannya pada utang dan impor bahan baku pada akhirnya menjadi tidak
stabil.
Menimbulkan
kenaikan diberbagai komoditas pangan maupun BBM yang banyak terjadi di negara-negara
berkembang. Salah satunya Indonesia yang belakangan rajin menaikkan harga di
tengah ekonomi rakyat yang makin sulit. Kali ini, wacana kenaikan BBM juga
mengemuka dengan alasan harga minyak dunia juga ikut naik.
Tata
Kelola Perekonomian Negara Dalam Sistem Islam
Jika
persoalannya adalah sistem dan ideologi kapitalisme maka Islam sebagai sistem
kehidupan juga memiliki solusi sistemis dalam menghadapi krisis. Sistem ekonomi
Islam memberikan pengaturan dasar tata kelola perekonomian sebuah negara.
Pertama,
pembagian kepemilikan secara benar. Pembagian kepemilikan dalam ekonomi Islam
itu ada tiga, yaitu: kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan
negara.
Pembagian
ini sangat penting agar tidak terjadi dominasi ekonomi, yakni hegemoni pihak yang
kuat menindas yang lemah. Dominasi itu terjadi karena penguasaan sektor
kepemilikan umum yang tidak semestinya dimiliki perseorangan atau perusahaan
swasta.
Semisal,
penguasaan individu atau swasta atas barang tambang, gas, minyak bumi,
kehutanan, sumber daya air, jalan umum, pelabuhan, bandara, dan sebagainya yang
menjadikan ekonomi mereka kuat, meluas, hingga mendominasi kekayaan.
Kedua,
pengaturan pembangunan dan pengembangan ekonomi yang benar, yaitu bertumpu pada
pembangunan sektor ekonomi riil, bukan nonriil. Dengan begitu, krisis ekonomi
tidak akan terulang lagi.
Ketiga,
distribusi harta kekayaan oleh individu,
masyarakat, dan negara. Sistem ekonomi Islam akan menjamin bahwa seluruh
rakyat Indonesia akan terpenuhi semua kebutuhan asasinya (primer). Sistem
ekonomi Islam juga menjamin bagi seluruh rakyatnya untuk dapat meraih pemenuhan
kebutuhan sekunder maupun tersiernya.
Itulah
gambaran global sistem Islam sangat tahan dengan krisis. Selain itu, sistem
ekonomi Islam juga ditopang dengan mata uang emas dan perak yang telah terbukti
stabil dan anti inflasi.
Kemiskinan
buruk hanya terjadi dalam ideologi kapitalisme. Sementara, dalam sistem Islam,
masalah kemiskinan sangat minim terjadi. Itu pun cenderung menimpa individu
rakyat saja, tidak sampai menjadikan sebuah negara bisa bangkrut dan bergantung
pada belas kasih negara lain melalui mekanisme utang berikut bunganya yang
menjerat.
Dalam
sistem Islam, perputaran harta tidak akan beredar di kalangan orang kaya saja.
Sebab, ada kewajiban mengeluarkan zakat bagi harta yang dimilikinya sesuai
ketentuan syariat. Sistem Islam akan mengoptimalkan segala potensi sumber daya
alam di negeri-negeri Islam untuk menghidupi rakyatnya.
Wallahu'alam
bishawab.
Post a Comment