Header Ads


Nyawa Digital


Oleh: Abu Jihad FS*


KENAPA kalah dengan digital? Sepintas muncul tanda tanya ini setelah melihat realitas dua bulan terakhir yang terjadi di jazirah Kepulauan Buton (Kepton).

Pertama, LS (14), salah seorang siswa kelas VII disalah satu SMPN Batauga, Buton Selatan (Busel) ditemukan tewas menggantung di atas pohon Lingkungan Pasar Timur, Kelurahan Lakambau, Kecamatan Batauga, Sabtu (27/5/2023) pagi. Pihak keluarga histeris mendapati kenyataan korban sudah tak bernyawa lagi. 

Kapolsek Batauga, Iptu Made Arya menerangkan jasad korban dievakuasi dari atas pohon jambu mete sekitar lima meter oleh warga bersama polisi. Sesuai hasil visum yang dilakukan pihak medis tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban.(www.publiksatu.co)

Menurut perwira dua balak ini, remaja tega mengakhiri hidupnya secara tragis karena kesal tak dipinjamkan handphone milik orang tuanya. Duh.

Kedua, Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kabupaten Buton ditemukan tewas di kediaman, lingkungan Bypass Kelurahan Waruruma Kecamatan Kokalukuna Kota Baubau, Jumat (23/6). Jenazah korban berinisial GR (39) didapati dalam keadaan tergantung dililit kabel listrik di dalam kamarnya sekitar pukul 08.30 Wita.

AKBP Bungin Masokan Misalayuk melalui Kasi Humas, AKP Abdul Rahmad menjelaskan GR suka bermain judi (versi lain menyebutkan investasi) online. 

Dalam permainan online tersebut, korban disebut harus menyelesaikan tiga misi. Pertama, harus membayar Rp 1 juta, kedua membayar Rp 5 juta, dan misi ketiga membayar Rp 10 juta.

“Namun dalam permainan itu, korban tidak pernah menang. Sehingga korban selalu mencari uang pinjaman untuk menutupi kekalahannya serta selalu mengulangi permainan itu,” beber perwira tiga balak ini dirilis www.publiksatu.co.

Dua bulan berturut-turut, Mei dan Juni. 

Melihat fakta tersebut, dunia maya memberikan pengaruh langsung pada dunia nyata. Bahkan sampai nyawa yang melayang. 

Seolah nyawa disetarakan dengan digital. Nyawa dunia maya. Nyawa digital.  

Astaghfirullah.

Dunia digital bila tidak dimanfaatkan secara tepat, akan memberikan dampak negatif. Maka itu, dibutuhkan pemahaman yang tepat untuk memanfaatkannya. Bila tidak, kita akan dijajah.

Jika dunia digital telah mendominasi, maka tanpa sadar kita akan dikendalikannya. Ujungnya kita akan melakukan apa saja. Bahkan hingga nyawa.

Bagaimana cara mengalahkan hegemoni dunia maya? Butuh referensi yang akurat. Paling penting, menanamkan pengetahuan Islam sebagai pondasi keyakinan untuk mengendalikan perbuatan.

Beberapa hal yang mesti dilakukan, pertama: orang tua tidak boleh lepas tangan untuk memberikan pengetahuan Islam yang pertama dan utama. Untuk itu, orang tua mesti memiliki pemahaman yang benar terkait akidahnya. 

Renungkan Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah Ayat 208:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.

Islam sebagai akidah akliyah punya kemampuan untuk menerangi jalan. Islam mampu menjawab semua soal. Termasuk pengetahuan yang tepat soal dunia digital.

Islam tidak anti pada kemajuan, tapi harus dapat membedakan antara ulum (ilmu pengetahuan), hadarah (peradaban), dan madaniyah (kebendaan). Dengan demikian, umat tidak salah kaprah dalam menyikapi kemajuan revolusi teknologi informasi yang sangat dahsyat.   

Kedua, masyarakat sebagai tempat berinteraksi menyediakan lingkungan yang sehat. 

Ketiga, secara personal bila telah memiliki pondasi yang kuat dan lingkungan yang sehat akan membentuk insan yang tangguh.

Keempat, negara tidak boleh lepas tangan untuk meriayah umat agar terlepas dari polusi dunia digital. Penerapan Islam secara kaffah oleh negara akan memberantas seluruh hal negatif yang muncul dari peradaban atau tata nilai dari luar Islam, yakni sekularisme dan sosialisme.

Dua ideologi tersebut terbukti telah menurunkan derajat manusia setara dengan materi atau benda. Bahkan lebih rendah lagi. 

Dengan demikian, kemajuan artificial intelligent (AI) atau kecerdasan buatan yang menjadi unsur utama dari dunia digital  bisa dikendalikan secara tepat. Muaranya, pada kemajuan, bukan kemunduran.[***]


*)Khadim Majelis Nafsiyah Islamiyah di Negeri Khalifatul Khamis

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.