Header Ads


Wabah Covid-19, Tanda Kebangkitan Islam Kedua Sesuai Prediksi NIC Tahun 2020?




Oleh: Asmar, S.H
(Advokat/Pengacara Muda dan Penulis)

PEMERINTAH pusat maupun pemerintah daerah senantiasa masih memikirkan cara ampuh agar penularan corona virus desease (Covid-19) ini bisa terhenti dan kembali normal seperti sedia kala. Jumlah korban Covid-19  terus mengalami peningkatan sehingga aktivitas perekonomian memburuk dan masyarakat berharap musibah ini segèra berakhir dan bisa bekerja di luar rumah.

Sudah ada upaya yang dilakukan pemerintah dalam pencegahan penularan Covid-19. Mulai dari himbauan kepada masyarakat agar tetap tinggal di rumah (Social distancing), tidak berpergian ke luar daerah. Menjauhi kerumunan, menjaga jarak 1,5 meter dengan orang lain, menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan mengonsumsi makanan bergizi.

Walaupun dari segi kesehatan dan keamanan masyarakat bisa saja membentengi diri, namun tidak dari segi ekonomi. Pasalnya, sistem ekonomi yang diterapkan di negeri ini adalah sistem ekonomi liberal. Sehingga gagal melakukan pemerataan ekonomi, kehidupan dan kemiskinan menjadi pemandangan buruk di negeri ini. Lapangan kerja sulit ditambah lagi gelombang PHK semakin meninggkat.

Timbul pertanyaan, apa lagi yang diharapkan oleh pemerintah hari? Bila sebelumnya negara berkiblat kepada Cina terutama penambahan utang, kini Cina yang pertama kali ekonominya hancur akibat wabah Covid-19 ini.

Hal serupa juga dialami negara adidaya  Amerika Serikat (AS). Membuat Sri Mulyani, Mentri Keuangan RI rezim Jokowi dan Ma'ruf Amin bingung. Apalagi hanya berharap pada pendapatan pajak nasional.

Mirisnya lagi, ada usulan agar dana haji digunakan untuk penanganan wabah Covid-19. Padahal beberapa tahun lalu, dana haji diusulkan untuk pembangunan infrastruktur dan terjadi direzim yang sama.

Sangat lucu bila dana umat Islam diincar, namun disisi lain rezim dengan seenaknya menuding umat Islam dengan tuduhan fitnah radikal, anti NKRI, kebhinekaan, intoleran, anti UUD RI 1945, intoleran dan ulama dikriminalisasi bahkan hendak ditangkapi.

Maka dipastikan, penularan Covid-19 di berbagai negara, menunjukan tanda-tanda kebangkitan Islam yang kedua. Apalagi terjadi pada 2020.

 Dengan demikian, sesuai prediksi Dewan Inteligent Nasional Amerika Serikat (National Inteligent Council/NIC) akan terjadi perubahan besar tahun ini. Pada Desember 2004 lalu, NIC merilis laporan dalam bentuk dokumen yang berjudul Mapping The Global Future.

Berikut NIC memperkirakan ada empat hal yang akan terjadi 2020:

1. Kebangkitan ekonomi Asia (Dovod World), yakni Cina dan India bakal menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia.

2. Dunia tetap dipimpin dan dibawah kendali AS (Pax Americana).

3. Munculnya ketakutan atau phobia (Cycle of fear), yakni adanya ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan akan terjadi kekacauan di dunia atau kekerasan akan dibalas kekerasan.

4. Bangkitnya kembali Khilafah Islam (A New Chaliphate), yakni pemerintahan global berupa tegaknya Islam yang akan mampu melawan dan menghadapi tantangan nilai-nilai barat.

Berdasarkan empat perkiraan dari NIC tersebut, bila disesuaikan dengan kondisi dan fakta politik dunia selama mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Maka diprediksikan perkiraan NIC dapat terwujud. Salah satunya, sesuai apa yang diperjuangkan umat Islam yakni kembalinya Islam memimpin dunia. Hal itu dapat dibuktikan dari analisis terhadap keempat prediksi NIC.

Analisis pertama, kebangkitan ekonomi Asia (Dovod World) yakni China dan India menjadi pemeran utama dalam persoalan ekonomi maupun politik dunia? Berdasarkan fakta dan informasi dari mancanegara bahwa Cina saat ini ekonominya ambruk atau menurun akibat wabah Covid-19. Ditambah angka kematian penduduknya begitu banyak.

Dilansir dari Hong Kong Free Press, Pusat Pencegahan dan Kontrol Epidemi Wuhan pada Jumat (17/4/2020) mengumumkan, total korban meninggal 3.869 orang. Angka itu naik 1.290 dari catatan sebelumnya, yakni 2.579 orang. Kemudian, jumlah kasus secara keseluruhan di Wuhan direvisi menjadi 50.333, dengan tambahan 325 kasus.(Kompas.com)

Disamping Cina yang terjangkiti Covid-19 tersebut, juga termasuk India. Lalu bagaimana dengan India saat wabah Covid-19 menular? Dilansir dari Anadolu Agency, korban tewas karena virus Corona Covid-19 di India naik menjadi 109, berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan pada Senin (6/4/2020).

Berdasarkan data Kementerian mengatakan bahwa dari 4.067 kasus, 3.666 saat ini masih dirawat, sementara 292 orang telah dikeluarkan dari rumah sakit. Media lokal mengatakan 693 kasus baru dan 32 kematian telah dilaporkan dalam 24 jam terakhir.(Suara.Com)

Analisis kedua, dunia tetap dipimpin dan dibawah kendali Amerika Serikat (Pax Americana). Sebelumnya, Covid-19 ini sudah menyebar ke Kota Wuhan Cina dan 200 lebih negara yang mengonfirmasi terinfeksi Covid-19 termasuk AS. Juga melumpuhkan perputaran ekonomi AS akibat dari wabah Covid-19.

Lumpuhnya perekonomian di AS menuai tanggapan dari Kepala ekonom Goldman Sachs Jan Hatzius mengatakan, pihaknya menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS menjadi nol persen pada kuartal I 2020. Penyebaran virus corona telah membuat pasar saham anjlok. Indeks Dow Jones dan S&P 500 merosot ke level terendah setelah pada bulan lalu mencatat rekor tertinggi.

"Kami mengekspektasikan aktivitas ekonomi AS akan terkontraksi secara tajam pada sisa bulan Maret dan sepanjang April 2020 sejalan dengan kekhawatiran akan virus corona membuat konsumen dan kalangan usaha memangkas belanja, seperti perjalanan, hiburan, dan makan di restoran," kata Hatzius dalam catatannya. Rabu, 18/3/2020.(Kompas.com).

Hingga saat ini, jumlah korban yang meninggal akibat dari pandemik Covid-19 di AS mencapai 2.407 jiwa dalam kurun waktu satu hari atau 24 jam, menurut situs Worldometers. Data tersebut merujuk pada jumlah kasus meninggal pada 14 April 2020.(tirto.id).

Kasus tersebut juga menambah jumlah tingkat kematian di Amerika Serikat akibat virus SARS-CoV-2 yakni menjadi 26.047 jiwa per Rabu (15/4/2020). Bahkan Kota New York menjadi wilayah dengan kasus corona tertinggi di Amerika Serikat. Total kasus yang terkonfirmasi positif mencapai 203.123 dari 514.117 kasus diseluruh Amerika Serikat.

"Itu bukan yang tertinggi sepanjang masa, dan Anda dapat melihat bahwa jumlahnya agak stabil tetapi stabil pada tingkat yang mengerikan," kata Gubernur New York Andrew Cuomo menanggapi banyaknya kasus di wilayahnya, dikutip dari BBC.

Analisis ketiga, munculnya ketakutan atau phobia (Cycle of fear), yakni adanya ancaman terorisme dihadapi dengan cara kekerasan dan akan terjadi kekacauan di dunia atau kekerasan akan dibalas kekerasan? Sebelum 2020 sudah terjadi ketakutan (phobia) di dunia. Isu ancaman terorisme senantiasa terjadi dan ditujukan pada golongan-golongan tertentu.

Tujuannya untuk menjauhkan umat terhadap golongan atau keyakinan yang dianutnya. Mosterisasi terhadap ajaran Islam juga terjadi, seperti adanya ISIS yang memproklamikan terhadap berdirinya Khilafah. Seolah-olah bila Khilafah tegak akan senasib seperti ISIS. Padahal Khilafah yang diperjuangkan umat Islam saat ini sesuai tuntutan nabi yakni dakwah tanpa kekerasan.

Demikian juga konflik yang masih berlangung hingga saat ini di dunia. Seperti konflik antara Israel dan Palestina,  Korea Utara dan Korea Selatan, konflik di Afghanistan. Konflik Somalia melawan Al-Qaeda, konflik internal Kolombia, Indonesia dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM), konflik Kashmir di India, Uiyghur di China dan konflik lainnya dibeberapa negara.

Analisis keempat, bangkitnya kembali Khilafah Islam (A New Chaliphate), yakni pemerintahan global berupa tegaknya Islam yang akan mampu melawan dan menghadapi tantangan nilai-nilai barat? Saat ini kebangkitan Islam telah memunculkan tanda-tandanya. Ada banyak penduduk yang berbondong-bondong masuk Islam di negara-negara barat, seperti AS, Brazil, Rusia, Prancis, Inggris, Jepang, China dan negara-negara lainnya.

Perkembangan Islam di dunia barat menandakan bahwa kebangkitan Islam mulai nampak. Di negara minoritas penduduknya muslim khususnya saat terjadi penularan wabah Covid-19 ini telah banyak yang berbondong-bondong masuk Islam. Sehingga menandakan tidak akan lama lagi Islam  akan segera bangkit. Sebagaimana keterangan dari Rasulullah SAW berikut:

“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Kemudian Ia akan mengangkatnya jika Ia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim, ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan, ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian,” kemudian beliau diam. (HR. Ahmad dan al-Bazar)

Allah SWT berfirman:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam). Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur; 24:55)

Wallahualam bissawab(*)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.