Header Ads


Yang sudah Divaksin Siap-siap Mati, Absahkah?

 

Oleh: Jamil Ade


Ungkapan Mike Yeadon yang merupakan Ketua Saintis di Firma Vaksin pFizer yang menyatakan bahwa kini sudah terlambat untuk menyelamatkan siapa yang sudah divaksin Covid-19. 


Bahkan beliau menyeru kepada semua orang yang belum divaksin, untuk tidak divaksin karena bisa membunuh manusia dan nyawa anak-anak.


Intinya, menurut beliau vaksin yang disuntikkan akan menyebabkan kemerosotan fungsi organ jantung, paru-paru, dan otak. Dan akan menemui kematian sebelum waktunya, diperkirakan paling lama hidup tiga tahun.


Ungkapan di atas seolah-olah dibenarkan dengaan adanya beberapa kasus kematian setelah divaksin. Ambil saja contoh kematian seorang guru di SMPN 1 Baubau, meninggal setelah divaksin atau beberapa kasus lain yang mirip. 


Dalam pandangan keimanan, apa yang dikemukakan oleh Mike Yeadon di atas merupakan opini yang meresahkan. Bahkan bisa melemahkan keimanan seseorang yang menganggap bahwa orang yang divaksin bisa meninggal dalam waktu tiga tahun. 


Ketika ditanya orang yang mengatakan bahwa vaksin itu adalah mesin pembunuh? Jawabnya dari berita. Padahal berita itu juga belum tentu benar dan absah, apalagi dari media sosial yang tidak jelas sumbernya.


Mengenai kematian, semua adalah hak Pencipta yakni Allah SWT. Apakah para dokter dan ahli dapat mengetahui kematian seseorang? Itu semua hanya prediksi dan perkiraan, tidak ada yang pasti. Dan kalaupun kematian terjadi bagi orang yang sudah divaksin, itu adalah memang sudah waktu datangnya ajal. 


Jadi, menurut pandangan kami, pertentangan Para Pakar dari Barat yang selalu mengemukakan vaksin itu berbahaya dan tidak, adalah semata-mata urusan bisnis. 


Keraguan mengenai mau divaksin atau tidak, itu sebuah kewajaran, tetapi menganggap vaksin bisa membunuh dan menyebabkan kematian adalah kesalahan berpikir.(*)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.