Header Ads


Ambruknya Bisnis Retail Akibat Kegagalan Kapitalisme

 

Oleh: Djumarno Djunuhi (Pengusaha Muslim Baubau)


VIRUS Corona tak kasat mata. Namun kehadirannya mampu merobohkan perekonomian suatu negara. Tak hanya menggoncang sektor keuangan dan perbankan. Kini  dampak pandemi Covid-19 telah menyentuh sektor riil. 

Beberapa perusahaan retail terbesar di Indonesia terpaksa gulung tikar akibat mengalami kerugian cukup besar karena terdampak pandemi. PT Hero Supermarket terbaik (Hero Tbk) memutuskan untuk menutup seluruh gerai Giant pada akhir Juli 2021, (liputan6.com, 25/5/21).

Hal senada telah lebih dulu dilakukan PT Matahari Department Store yang menutup 25 gerai pada 2020 dan berencana akan kembali menutup 13 gerainya pada tahun ini. Selain itu, ada Fashion Centro Department Store dan PT. Ramayana Lestari Sentosa Tbk yang juga telah menutup gerai mereka karena tidak sanggup menghadapi kerugian akibat pandemi, (Kompas.com, 21/5/21).

Siapa Tanggung Jawab

Kolapsnya industri ritel tentu tidak hanya akan ditanggung perusahaan ritel saja, akan tetapi akan berdampak buruk bagi perekonomian negeri. Ancaman gelombang PHK besar- besaran sudah di depan mata. Bahkan menurut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey tutupnya gerai ritel modern bisa menyebabkan hilangnya pendapatan negara berupa pajak reklame, pajak tanah, air  dan lainnya karena sudah ditutup. (Kompas.com, 21/5/21)

Di tengah peliknya beban para pengusaha ritel. Janji pemberian stimulus dari pemerintah pun tak kunjung tertunaikan. Roy menyayangkan lambannya pemerintah dalam realisasi stimulus ini.

Roy menambahkan penyebab tutupnya gerai ritel modern akibat terdampak pandemi karena rendahnya tingkat konsumsi masyarakat. Pembatasan menjadikan perubahan pola konsumsi dan belanja masyarakat. 

Tak dapat dipungkiri perubahan zaman ke era digital menuntut terjadinya perubahan pola hidup masyarakat menuju ekosustem online (e-commerce). ditambah lagi dampak pandemi mengharuskan semua dikerjakan dari rumah termasuk belanja. 

Namun, tumbangnya ritel bukan hanya sekedar masalah teknis semata, akan tetapi lebih pada perkara sistemik. Karena sistem ekonomi hari ini, bertumpu pada basis ekonomi kapitalisme.

Tersendatnya aliran uang ke masyarakat disektor riil akibat pandemi menjadikan kondisi rupiah terus menurun. Masyarakat lebih cenderung melakukan investasi dengan pembelian sukuk dan surat berharga dibanding bisnis riil. Meningkatnya transaksi di pasar uang yang bersifat semu, menjadikan penggelembungan ketersediaan uang, sementara nilai nominalnya tidak didukung nilai intrinsiknya akibat penggunaan flat money yang tidak disokong emas.

Penggelembungan menjadikan pertumbuhan di sektor moneter lebih diutamakan dibanding sektor riil, bahkan nyaris terabaikan. Badai pandemi menambah beban berat bagi sektor riil. Menurunnya daya beli masyarakat seakan menghantam industri ritel. Ditambah lagi banjirnya produk impor menjadikan daya saing semakin ketat. Belum lagi pemberlakukan pajak ppn, listrik dsbnya menjadikan industri ritel terpaksa gulung tikar.

Permasalahan ekonomi dalam sistem ekonomi kapitalisme sangat komplek. Maka, sudah seharusnya bangsa ini, sebagai negeri muslim terbesar di dunia mencampakkan sistem ekonomi kapitalisme berbasis ribawi yang menyengsarakan umat manusia.

Ekonomi Islam Solusi Tuntas

Dalam pandangan Islam sistem ekonomi harus disokong sektor riil. Karena hanya dengan sektor riil perdagangan barang dan jasa bisa berjalan semestinya dan perputaran uang berjalan setiap harinya.

Islam akan memastikan perputaran harta tidak hanya berputar pada orang-orang kaya saja. Karena itu, Islam melarang berbagai praktik riba, perjudian, penimbunan dan sebagainya. Islam melarang sikap bakhil, kikir dan menumpuk-numpuk harta sehingga harta bisa terdistribusi secara adil dan merata di tengah masyarakat. 

Islam juga menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup masyarakat baik langsung maupun tidak langsung dengan memaksimalkan pengelolaan harta negara dan harta milik umum. Sehingga masyarakat bisa merasakan kesejahteraan. Jika masyarakat sejahtera, maka daya beli juga akan ikut naik. Sehingga tak akan ada cerita bisnis ritel yang dibangun puluhan tahun rontok hanya karena wabah melanda. Wallahualam bissawab.(*)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.