Header Ads


Pelulusan dengan Corat-Coret bukan Ahlak Islam

 

Oleh: Jamil Ade SPd MPd (Praktisi Pendidikan)  


SUATAU kebanggaan tersendiri bagi peserta didik setiap adanya pelulusan tingkat satuan pendidikan, baik itu tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). 

Begitulah yang terjadi pada siswa-siswi SMK Kamis, 3 Juni 2021 di seluruh Nusantara. Fenomena coret mencoret usai pelulusan kembali mewarnai aktifitas para generasi penerus bangsa ini. Mulai dari mengecat baju dan celana bagi siswa laki-laki, maupun baju dan rok bagi siswa perempuan. 

Bahkan ada yang lebih vatal lagi, rambut dan wajah pun tidak luput dari coretan cat atau semprotan pewarna. Dibeberapa tempat, pelulusan seperti ini dijadikan sebagai ajang pesta Miras, bahkan pesta seks.

Kondisi saat ini yang masih dalam pandemi Covid-19, tidak memberikan pengaruh kepada mereka dan tetap melakukan iring-iringan sepeda motor, saling berboncengan antara siswa dan siswi (bukan mahram). Jangankan mau jaga jarak dan pakai masker, cuci tangan saja tidak dilakukan. 

Kampanye tentang ingat pesan ibu masa pandemi untuk tiga M yakni mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak hanya sebatas isapan jempol. Dengan berbagai alasan, “Kan lagi merayakan hasil ujian”, atau “Kan lagi bersuka cita” atau “kan lagi momen, kapan lagi...” atau dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal lainnya. Siswa-siswi melakukan aktifitas yang sangat tidak terpuji tersebut. 

Ada hal yang sangat memalukan dan memilukan, ternyata pelaku dari aktivitas tidak terpuji tersebut banyak dari kalangan siswa-siswi muslim. Mereka turut menikmati pelulusan dengan corat-coret, tanpa menyadari ternyata aktivitas tersebut bukan contoh yang baik bagi generasi muda muslim khususnya remaja-remaja muslim yang lagi masa tumbuh kembang.

Jika ini terus terjadi, maka ke depan akan lebih parah lagi dan bukan tidak mungkin kerusakan dan kehancuran generasi muda muslim akan menjadi tontonan yang sangat mengkhawatirkan. Ironisnya, budaya ini akan dianggap sebagai sesuatu hal yang baik karena tidak ada teguran hingga membuat jera atau ogah mengulangi perbuatan tidak terpuji tersebut.

Mereka juga tidak sadar aktivitas tersebut bukan berasal dari akhlak orang-orang Islam. Jika paham tentang ajaran agamanya, mereka pasti tidak melakukannya. Karena aktivitas corat-coret adalah budaya Barat yang jauh dari Islam. Barat telah berhasil meracuni pemikiran generasi muda muslim dengan aktivitas-aktivitas yang tidak terpuji. 

Bukankah Rasulullah SAW telah mengingatkan kita sebagai kaum muslimin untuk tidak mencontoh atau mengambil budaya-budaya dari Barat yang bertentangan dengan Islam? Tidak boleh menyerupai orang-orang kafir. 

Sebagaimana dalam salah satu haditsnya.

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqtidho‘ 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid/bagus. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Irwa’ul Gholil no. 1269).

Jika ingin merayakan kelulusan sebagai bentuk suka cita atau kebanggaan karena telah menyelesaikan jenjang pendidikan menengah, cukup dengan sholat dua rakaan, Yasinan, atau syukuran, agar kelulusan bisa mendapat berkah dari Allah SWT.

Wallahualam bissawab.(*)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.