Penggiringan Opini Publik Dibalik Kemenangan Taliban
Oleh: Funarno Juriadin P
(Aktivis Gema Pembebasan Kota Baubau)
Sejak tahun 2001, setelah Amerika
Serikat (AS) melakukan invasi militer ke Afghanistan, pasukan Taliban terus
melakukan perlawanan.
Isu 911 menjadi kekuatan bagi Amerika
untuk mengusir paksa Taliban. Meski, banyak pihak yang meragukan peristiwa 911,
namun AS dan bala tentaranya tetap menduduki wilayah itu.
Dilansir dari Detik.com, Taliban
berhasil mengambil alih Ibu Kota Afghanistan, Kabul. Taliban telah menguasai
Istana Kepresidenan setelah Presiden Ashraf Ghani melarikan diri ke Tajikistan,
(16/08/21).
Kemenangan Taliban menarik respon
publik. Ada yang mengecam dan ada pula yang merasa bahagia.
Sekaligus mengkonfirmasi kemenangan
Taliban di Afghanistan akan mendorong penggiringan opini publik yang luar
biasa.
Sejak Osama Bin Laden dituduh sebagai
teroris, hingga saat ini upaya kebangkitan Islam akan senantiasa dilekatkan
pada aksi terorisme.
Sayangnya, publik di Indonesia ada juga
justru ikut-ikutan mengomentari kemenangan Taliban punya hubungan dengan
terorisme.
Sementara itu, jika umat Islam dalam
posisi dibantai atau dijajah, maka opini publik memberi narasi nasionalisme.
Artinya, jika umat Islam terjajah, itu
urusan negaranya atau internalnya saja. Tapi jika Islam bangkit, langsung dicap
Teroris.
Hal ini terjadi di Palestina, ketika
Israel melakukan invasi, Myanmar, Xinjiang China dan dinegara-negara liberal
lainnya.
Kondisi ini semakin menguatkan
keyakinan bahwa, ketika demokasi Kapitalisme diterapkan, maka tidak ubahnya
seperti penjajahan. Penjajahan gaya baru. (**)
Post a Comment