Header Ads


Dialah Ulama Mujadid Yang Disebutkan Oleh Rasulullah

 
Oleh : Syahril Abu Khalid


Kebaikan dan kebenaran itu selalu dibertentangan dengan keburukan dan kesalahan. Mengapa? Karena hal itu merupakan perkara Sunnatullah. Perseteruan dan pertentangan antara perkara yang Haq dan yang bathil akan senantiasa ada sampai hari kiamat.

Maka orang-orang jahil, hasad dan dengki akan senantiasa berada pada posisi yang selalu berlawanan dengan perkara Al-Haq. Mereka akan selalu berpijak pada kebatilan, yang terkadang mereka tidak menyadarinya.

Mereka akan selalu melihat segala sesuatu bukan pada Al-Haq, akan tetapi sandarannya selalu pada kepentingan dan nafsu dunia. Mereka beretorika seolah berada pada jalan kebenaran, padahal pada saat yang sama mereka menentang Islam dan ajarannya.

Sementara mereka adalah seorang Muslim, namun keawaman tentang agama menjadikan mereka tidak akan berpihak pada agama mereka. Mereka hanya terus melihatnya dalam sudut pandang kepentingan dan duniawi. Begitulah sejatinya para pengekor kebatilan.

Bahkan kebatilan itu terbentuk secara terstruktur dan masif melalui sebuah pemikiran yang tersistematis melalui aturan kehidupan yang bertentangan dengan fitrah manusia, bahkan bertentangan dengan kehidupan Islam.

Karenanya pada kondisi tertentu dunia akan diliputi oleh kerusakan dan kejahilan, bahkan manusia menganggapnya sebagai kebenaran yang justru dibangun diatas pemikiran yang batil lagi rusak.

Maka disinilah Allah SWT senantiasa memperbaharui agama-Nya melalui hamba-hamba-Nya yang Muhlis dan berilmu untuk mengubah kondisi yang rusak itu menjadi baik dengan mengembalikan kembali cahaya Islam, sehingga terwujudlah kehidupan Islam yaitu kehidupan yang dipenuhi dengan Nur ilahiyah.

Rasulullah SAW telah mengabarkan dalam sabdanya :

إن الله يبعث لهذه الأمة على رأس كل مائة سنة من يجدد لها دينها

"Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini, pada setiap akhir seratus tahun, orang yang memperbaharui untuk umat agama mereka. (HR. Abu Dawud no. 4291).

Sebagiamana disebutkan dalam risalah فتاوى فضيلة الشيخ عطاء بن خليل أبو رشتة, (Fatwa Syaikh Atha bin Khalil Abu Rusytah) yakni paling tidak ada tiga perkara penting yang mesti diungkapkan didalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud tersebut yaitu :

Pertama : dari tahun mana dimulainya abad itu?
Imam Al-Munawi didalam "Muqaddimah Fath al-Qadir" mengatakan :

إنها محل خلاف في مقصد (رأس كل مائة) سواء حكمت بمولد النبي صلى الله عليه وسلم ، أو سنة بعثه ، أو الهجرة ، أو سنة وفاته..

"Diperselisihkan tersebut maksud (setiap akhir seratus tahun), apakah dinilai dari kelahiran Nabi shalallahu alaihi wasallam, tahun beliau diutus, hijrah, atau tahun beliau wafat.."

Adapun yang rajih (kuat) menurut Syaikh Atha bin Khalil Abu Rushtah hafidzahullah adalah bahwa penilaian tersebut diambil dari hijrahnya Nabi SAW. Karena penanggalan tahun dalam Islam dimulai dari momentum hijrahnya Nabi SAW. Peradaban Islam pun dimulai ketika Nabi SAW telah berhijrah.

Kedua : sesungguhnya makna ra's al-mi'ah adalah pada bagian akhirnya.

Maksudnya, bahwa mujadid itu ada pada akhir abad; yaitu seorang yang alim, terkenal, bertakwa dan bersih. Dan wafatnya pada akhir abad itu.

Di antara hujjah Syaikhuna Atha Abu Rushtah hafidzahullah adalah telah ditetapkan riwayat-riwayat sahih bahwa mereka para Ulama menilai Umar bin Abdul Aziz pada penghujung abad pertama. Beliau wafat pada tahun 101 H, dan usianya 40 tahun. Para Ulama juga menilai Imam asy-Syafi'i pada penghujung abad kedua, dan beliau wafat pada tahun 204 H diusianya 54 tahun.

Jika diambil penafsiran "ra's kulli mi'ah sanah" itu selain ini, yakni penafsiran pada awal abad, maka Umar bin Abdul Aziz bukanlah mujadid abad pertama, sebab beliau dilahirkan pada tahun 61 H. Begitu pula Imam asy-Syafi'i rahimahullah bukan mujadid abad kedua, sebab beliau dilahirkan pada tahun 150 H.

Jadi, makna "ra's kulli mi'ah sanah" yang dinyatakan didalam hadist tersebut, diartikan pada akhir abad, dan bukan pada bagian awalnya. Maka Mujadid itu dilahirkan sepanjang abad itu, kemudian menjadi seorang Alim yang terkenal dan menjadi Mujadid pada akhir abad itu, lalu diwafatkan pada akhir abad itu pula.

Sedangkan dalil bahwa Umar bin Abdul Aziz rahimahullah adalah Mujadid abad pertama, dan Imam asy-Syafi'i rahimahullah adalah Mujadid abad kedua, adalah apa yang sudah terkenal ditengah para Ulama dan para Imam umat ini.

Imam Az-Zuhri, Imam Ahmad bin Hanbal dan selain keduanya diantara para imam terdahulu dan yang belakangan, mereka telah sepakat bahwa Mujadid abad pertama adalah Umar bin Abdul Aziz rahimahullah dan akhir abad kedua adalah Imam asy-Syafi'i rahimahullah.

Al-Hafidz Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani rahimahullahu didalam kitab at-Tawaali at-Ta'siis mengatakan:

قال أبو بكر البزار ، سمعت عبد الملك بن عبد الحميد الميموني يقول: كنت مع أحمد بن حنبل ، ثم استمرت في ذكر الشافعي ، ثم رأيت أحمد يرفعه قائلًا. : عن النبي صلى الله عليه وسلم قال عليه السلام: (إن الله تعالى يقيض في رأس كل مائة سنة من يعلم الناس دينهم). قال أحمد: عمر بن عبد العزيز آخر القرن الأول ، وأتمنى الشافعي في قرن آخر.

"Berkata Abu Bakar al-Bazzar, aku mendengar Abdul Malik bin Abdul Humaid al-Maymuni berkata : aku bersama Ahmad bin Hanbal, lalu berlangsung (masa) mengingat asy-Syafi'i, lalu aku melihat Ahmad mengangkatnya, seraya berkata : Diriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda : "Sesungguhnya Allah membatasi pada penghujung setiap seratus tahun, orang yang mengajarkan masyarakat agama mereka". Ahmad berkata: Umar bin Abdul Aziz pada penghujung abad pertama, dan saya berharap asy-Syafi'i pada abad yang lain (kedua).

Ketiga : kata "man" bisa berarti satu orang ataukah jamaah?

Didalam hadist tersebut dinyatakan : من يجدد لها دينها (orang yang memperbaharui untuk umat agama mereka), seandainya kata "man"   menunjukkan pada jamak, niscaya fi'ilnya juga dalam bentuk jamak, yaitu dengan من يجددون, akan tetapi disitu dinyatakan dalam bentuk mufrad (tunggal) yaitu يجدد. Meski dilalah kata man bisa berimplikasi jamak juga, walaupun setelahnya fi'il mufrad.

Dan pendapat yang rajih (kuat) menurut Syaikh Atha Abu Rushtah hafidzahullah adalah apa yang ditunjukkan dalam hadist itu dalam bentuk mufrad (tunggal). Jadi, pendapat yang kuat adalah menunjukkan pada satu orang yakni bahwa Mujadid pada hadits tersebut adalah satu orang yang Alim, bertakwa dan bersih.

Oleh karena itu pendapat yang mengatakan bahwa kata "man" dengan dilalah jamaah dengan meletakkan hadist itu pada kondisi menghitung ulama yang ada dalam kurun waktu seratus tahun tersebut. Namun itu adalah pendapat yang lebih lemah.

Tentu yang sangat menarik perhatian kita adalah apa yang masyhur dikalangan para ulama yang kredibel, bahwa penghujung tahun adalah akhirnya dalam setiap seratus tahun. Sebagaimana pendapat terkuat dari mayoritas para Ulama besar dari umat ini.

Maka berdasarkan hal ini bisa dikatakan bahwa Al-Allamah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah ta'ala adalah seorang Mujadid penghujung abad 14 H. Beliau dilahirkan pada tahun 1332 H, dan menjadi terkenal pada akhir abad 14 Hijrah. Terutama ketika beliau mendirikan Hizbut Tahrir pada Jumadi ats-Tsani tahun 1372 H, dan beliau diwafatkan oleh Allah SWT pada tahun 1398 H.

Artinya beliau wafat diakhir abad ke 14 Hijriah, dengan itu telah menunjukkan beliau adalah seorang Ulama Mujadid, yang telah disebutkan klasifikasinya oleh para Ulama Salaf terdahulu sebagaimana yang telah dibahas diatas.

Dakwah beliau kepada kaum Muslim adalah menjadikan "qodhiyah mashiriyah" (agenda utama hidup dan mati), melanjutkan kehidupan Islam dengan tegaknya Daulah Khilafah Rasyidah berdasarkan metode kenabian. Dakwah Hizbut Tahrir yang didirikan oleh beliau telah menjangkau hampir di 50 negara lebih didunia saat ini, termasuk dinegeri tercinta Indonesia ini.

Dakwah Hizbut Tahrir yang didirikan oleh beliau dengan menyeru pada penegakan Syariat Islam dengan tegaknya Daulah Khilafah Islamiyah telah memiliki pengaruh pengaruh besar dalam kehidupan Umat, keikhlasan, kesungguhan dan keseriusannya, hingga Khilafah hari ini telah menjadi tuntunan umum bagi kaum Muslimin.

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah ta'ala telah menuliskan banyak kitab-kitabnya dalam rangka untuk menjadi tuntunan bagi para pengemban dakwah. Beliau telah menghatamkan 20 ribu kita semasa beliau hidup. Beliau adalah seorang Mujtahid Mutlak yang mampu merumuskan sendiri metode Ushul fiqih-nya.

Semoga Allah merahmati Abu Ibrahim (Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah), sungguh dialah Ulama Mujadid yang disebutkan oleh Rasulullah. Dan semoga Allah SWT merahmati saudara beliau, yaitu Abu Yusuf (Syaikh Abdul Qadim Zallum, Amir Hizbut Tahrir yang kedua)  setelahnya, serta menghimpun keduanya bersama Nabi, ash-shiddiqun, syuhada, dan orang-orang salih.

Dan semoga Allah tetap menjaga Asy-Syaikhuna Al-fadhil Atha bin Khalil Abu Rushtah hafidzahullah selaku Amir Hizbut Tahrir yang ketiga.

Dalam sebuah nasyroh yang pernah dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir dikisahkan bahwa Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah ta'ala menjelaskan ketika beliau mendirikan Hizbut Tahrir :

سئل الشيخ تقي الدين النبهاني ذات مرة من قبل أحدهم: كيف حدث لك أن تؤسس حزب التحرير؟ فقال: رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم في حلمي وأنا جالس وحدي في المسجد الأقصى. فقال لي رسول الله: قم وبشر الناس. قلت: كيف سألقي الخطبة ولا يوجد أحد في هذا المسجد فقال لي رسول الله: قم وبشر الناس! فقمت وبدأت بالوعظ. فجأة جاء الناس واحدا تلو الآخر جماعة تلو الأخرى حتى ملأ المسجد الأقصى ثم امتلأ المسجد بالناس فيه.

"Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani pada suatu hari pernah ditanya oleh seseorang, "Bagaimana bisa terlintas dalam benak anda untuk mendirikan Hizbut Tahrir?" maka beliau menjawab : "Aku melihat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam mimpiku, sedang aku tengah duduk sendirian di Masjidil Aqsha". Lalu Rasulullah berkata kepadaku, "berdirilah dan berkhutbahlah kepada orang-orang!". Aku pun berkata : "Bagaimana aku akan berkhutbah sedangkan dimasjid ini tidak ada seorang pun?". Rasulullah berkata kembali kepadaku, "berdirilah dan berkhutbahlah kepada orang-orang!". Maka aku pun berdiri dan mulai berkhutbah. tiba-tiba orang berdatangan, seorang demi seorang, serombongan demi serombongan hingga memenuhi Masjidil Aqsha dan kemudian masjid ini penuh sesak dengan orang-orang didalamnya".

Wallahualam bissawab []

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.