Header Ads


Agroekologi Komputasional - Revolusi Pertanian Masa Depan

Ilustrasi Agroekologi Komputasional


Agroekologi komputasi adalah pendekatan baru untuk pertanian berkelanjutan yang memanfaatkan alat komputasi untuk merancang ekosistem pertanian yang optimal dan beragam. 

Barath Raghavan, seorang profesor asosiasi di USC Viterbi, memelopori agroekologi komputasi ini. Para peneliti telah mengkonseptualisasikan pertanian sebagai pencarian melalui "ruang keadaan", yang terdiri dari semua konfigurasi sistem yang mungkin, seperti pertanian, memungkinkan petani dan peneliti untuk menjelajahi, mensimulasikan, dan menemukan kombinasi optimal dari berbagai faktor seperti pemilihan tanaman, jenis tanah, kondisi cuaca, irigasi, dan pengendalian hama, yang berpotensi merevolusi perencanaan dan teknik pertanian.

Sebuah studi ilmu komputer menyajikan cara baru yang revolusioner untuk memikirkan tentang pertanian dan manfaat potensialnya bagi pertanian. 

Populasi dunia mencapai angka menakjubkan 8 miliar pada 15 November 2022. Seiring dengan terus meningkatnya jumlah ini, pertanyaannya adalah: bagaimana kita dapat memastikan semua orang memiliki cukup makanan? 

Tantangan ini semakin diperkuat oleh masalah seperti perubahan iklim, penipisan sumber daya alam, degradasi tanah, dan dampak lingkungan dari pertanian yang bergantung pada bahan bakar fosil. Ada kebutuhan mendesak untuk perubahan, tetapi pertanyaannya adalah, bentuk apa yang harus diambil perubahan ini? 

Sebagai tanggapan terhadap hal ini, Barath Raghavan, seorang profesor asosiasi ilmu komputer di USC Viterbi, membalikkan praktik pertanian tradisional. Dia memimpin pembuatan alat komputasi yang berpotensi merevolusi cara petani merancang, menerapkan, dan mengelola metode pertanian berkelanjutan.

Raghavan adalah anggota organisasi California Rare Fruit Growers dan saat ini menanam lebih dari 150 tanaman yang dapat dimakan di halamannya. Sepuluh tahun yang lalu, dia mulai menggabungkan minatnya dengan meneliti bagaimana komputasi dapat membuat pertanian lebih berkelanjutan. 

Raghavan menyebut bidang penelitian baru ini "agroekologi komputasi", menyatukan teknologi dan keahlian pertanian untuk mengembangkan lanskap pertanian yang beragam berdasarkan ekosistem alami. Mulai dari pemilihan tanaman hingga penanaman hingga irigasi, metode ini memungkinkan petani untuk menjelajahi ribuan desain potensial yang berbeda untuk mengoptimalkan produksi pangan tanpa pestisida bahan bakar fosil.

"Bagaimana kita dapat merancang sebuah ekosistem yang produktif dan berkelanjutan seperti hutan alami, tetapi bukannya menghasilkan makanan untuk satwa liar, itu menghasilkan makanan untuk manusia?" kata Raghavan sebagaimana dikutip scitechdaily

"Ini adalah masalah yang sangat sulit karena merancang sebuah ekosistem adalah sistem alami super kompleks dan dinamis. Kami mencoba membangun alat komputasi yang dapat mencari tahu bagaimana ekosistem bekerja, sehingga kami dapat menumbuhkan makanan dengan banyak dan berkelanjutan".[IDN]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.