Header Ads


Pelindung Terbaik

Oleh: Sunarwan Asuhadi *)


Bulan Ramadhan memiliki banyak sebutan. Disebut bulan Tarbiyah oleh karena bulan ini dimaknai sebagai bulan untuk pendidikan atau pelatihan. Maknanya adalah bulan ini menjadi waktu yang tepat untuk membentuk suatu kebiasaan atau keperibadian Qur’ani bagi kaum muslimin.

Adalah Philippa Lally, seorang peneliti psikologi kesehatan dari University College London, mengatakan bahwa untuk membentuk satu kebiasaan, maka waktu paling cepat adalah 18 hari, paling lama 254 hari, rata-ratanya 2 bulan, tepatnya 66 hari. Sementara itu, seorang dokter bedah plastik yang bernama Maxwell Maltz yang mengamati perilaku pasien-pasiennya yang diamputansi. Ia menemukan bahwa pasien-pasiennya butuh waktu setidaknya 21 hari untuk beradaptasi dengan kehilangan anggota tubuhnya (https://imz.or.id, 09/06/2020).

Adapun bagi kaum muslimin, bulan Ramadhan dapat menjadi waktu efektif untuk meng-instal suatu kebiasaan baru yang bersifat terus menerus selama 30 hari. 

Oleh karena itu, sangat disayangkan bagi kaum muslimin yang melewatkan bulan Ramadhan ini (bahkan telah bertahun-tahun lamanya), namun belum menghasilkan suatu kebiasaan baru yang baik, yang nampak secara terus menerus: apakah ia sebagai pemakmur masjid, sebagai pembaca Qur’an, penghafal Qur’an ataupun ahli sedekah, dan seterusnya.   

Selain sebagai bulan Tarbiyah, bulan Ramadahan disebut juga sebagai bulan Al-Qur’an, sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al-Baqarah : 185,

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

Melalui ayat itu, para ulama menjelaskan bahwa sesungguhnya bulan ramadhan ini, bukanlah bulan yang semata-mata untuk puasa saja, tetapi di dalamnya berkenaan dengan peningkatan aktivitas Qur’ani.  

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kementerian Agama, indeks literasi Al-Qur’an di Indonesia pada tahun 2023 mencapai angka 66,038 atau masuk kategori tinggi (https://kemenag.go.id, 12/10/2023). Namun, Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Komjen (Purn) Syafruddin menyebut bahwa ternyata ada sebanyak 65 persen warga muslim di Indonesia buta huruf Al-Qur’an (https://news.detik.com, 23/01/2022). Dengan demikian, ada sekitar 148.571.429 orang penduduk Muslim di Indonesia yang tidak bisa membaca Al-Qur’an. Dan ini tentu merupakan jumlah yang sangat besar.

Berdasarkan data ini, maka tidak mengherankan jika kemungkinan ada di antara kaum muslimin, orang-orang yang memiliki jarak yang sangat jauh dengan Al-Qur’anul Karim. Jika ada yang bertanya: berapa lama bagi anda (kaum muslimin) berhubungan dengan Al-Qur’an? Apakah sama di bulan Ramadhan dan bukan di bulan Ramadhan? 

Tentu jawabannya akan bervariasi. Namun, bagi kaum muslimin yang melaksanakan sholat sehari semalam, maka mereka tentu melafadzkan Al-Qur’an sebanyak 5 kali sehari semalam. 

Kenapa bisa demikian? 

Karena setiap raka’at sholat kita menggunakan Surat Al-Fatihah. Namun jika ada kaum muslimin yang sama sekali tidak melaksanakan sholat, maka bisa jadi mereka tidak berinteraksi dengan Al-Qur’an dalam waktu yang lama: berhari-hari bahkan mungkin berbulan-bulan. 

Hanya saja Al-Qur’anul Karim bukanlah buku bacaan semata, tetapi merupakan buku petunjuk yang mewajibkan seluruh kaum muslimin untuk mempelajari dan mengamalkannya. Dalam HR. Muslim, Rasulullah bersabda, 

اقْرَؤُوا القرْآنَ؛ فَإنَّهُ يَأتِي يَوْمَ القِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

Bacalah Al-Qur`an, maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafaat bagi ahlinya (yaitu orang yang membaca, mempelajari dan mengamalkannya).

Dengan demikian, setidaknya ada tiga tahapan penting dalam hubungan kaum muslimin dalam memperlakukan al-Qur’anul Karim, yakni: Membaca, Mempelajari, dan Mengamalkannya. 

Terkait perkara membaca Al-Qur’anul Karim, khususnya para penghafal Qur’an, data menunjukkan bahwa ternyata Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penghafal Al-Qur’an tertinggi di dunia, yakni mencapai jumlah 30 ribu orang. Bahkan mengalahkan Arab Saudi yang hanya memiliki 6.000 orang penghafal Al-Qur’an. Namun, masih kalah jauh dari Mesir yang mencapai 12,3 juta orang (https://kuasarakyat.com, 09/04/2023).

Hanya saja, jumlah (di Indonesia) tersebut masih terhitung sedikit jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan penduduk Indonesia yang sekitar 234 juta orang. Ini artinya apa? Setiap  7800 orang di Indonesia, hanya ada 1 penghafal Qur’an. 

Oleh karena itu melalui bulan Ramadhan ini, penting kiranya untuk merenungkan kembali masa depan kaum muslimin, sebagai pribadi, sebagai keluarga, bahkan sebagai masyarakat, bahwa baik buruknya masa depan kita sangat bergantung bagaimana kualitas memperlakukan Al-Qur’anul Karim.  Dalam HR. Muslim, Rasulullah SAW bersabda, 

وَالقُرْاَنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

Al Qur’an itu bisa menjadi pembelamu atau musuh bagimu.

Terkait hadits ini, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dalam kitab Syarh Arba’in An Nawawiyyah, menjelaskan bahwa Al-Qur'an akan menjadi pembela jika kita melaksanakan perintah-perintah Al-Qur'anul Karim. Sebaliknya, Al-Qur’an akan menjadi  musuh ketika kita berposisi menjadi penantang dan pembangkang terhadap perintah-perintah Al-Qur'anul Karim. 

Sungguh telah berlalu, telah pernah ada orang yang punya kekuasaan dan berjaya di bumi ini, tetapi mereka telah tiada. Ada Fir’aun, para raja-raja Majapahit, Sultan-Sultan Buton, dan sebagainya, tapi mereka telah tiada. 

Pernah ada pula di bumi ini, orang-orang hebat, kuat – perkasa, orang-orang kaya raya. Tetapi kesemuanya telah berlalu. Lalu kita ini siapa? Kita tentu bukan siapa-siapa, bahkan ketika matipun, tak lagi diingat dan diperbincangkan oleh penduduk bumi ini, bahkan keluarga kita sendiri. 

Oleh karena itu, selagi nafas ini masih turun-naik, selagi nikmat umur ini masih ada, mari kita pastikan, kalau kita punya pembela dan pelindung terbaik di akhirat kelak, dan sebaik-baik pembela dan pelindung yang terdekat dengan kita hari ini adalah Al-Qur’anul Karim. Wallahu 'alam bish-shawab.


*) Pengurus ICMI Orda Wakatobi

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.