Good Looking Apanya yang Salah?
Oleh: Dewi Sartika (Muslimah Peduli Umat)
Beberapa hari yang lalu, pernyataan menteri Agama Fakhru Razi terkait radikalisme sontak memantik kritik di tengah-tengah umat. Pasalnya, narasi tersebut dinilai sangat mendeskritkan umat Islam. Hal itu diucapakan sang Mentri dalam webinar bertajuk " strategi menangkal radikalisme pada aparatur sipil negara" di chanel kemPAN-RB, rabu ( 1/9/20)
"Kalau kita bicara tentang radikalisme ASN, maka banyak tempat yang perlu kita waspadai, tempat pertama adalah pada saat dia masuk, kalau tidak kita seleksi dengan baik, khawatir kita benih-benih atau pemikiran-pemikiran radikal itu akan masuk ke pemikiran ASN," kata Fachrul mengawali diskusi.
Fachrul lantas meminta KemenPAN-RB dan sejumlah instansi lain untuk melakukan seleksi ASN dengan teliti. Setelah itu, Fachrul berbicara mengenai dua kemungkinan radikalisme masuk melalui lembaga pendidikan dan di rumah ibadah.
Selain melalui pendidikan, ada paham radikal yang masuk melalui rumah ibadah ASN atau dilingkungan masyarakat. Dia pun bercerita pernah mendeteksi adanya paham radikal dilingkungan kementerian, tapi dia tidak menyebut kementerian mana.
Adapun cara paham radikal masuk adalah melalui orang yang berpenampilan baik atau good looking dan memiliki kemampuan agama yang bagus. Si anak 'good looking' ini, kata Fachrul, jika sudah mendapat simpati masyarakat bisa menyebarluaskan paham radikal.
"Cara masuk mereka gampang, pertama dikirimkan seorang anak yang good looking, penguasaan bahasa Arab bagus, hafiz, mulai masuk, ikut-ikut jadi imam, lama-orang orang situ bersimpati, diangkat jadi pengurus masjid. Kemudian mulai masuk temannya dan lain sebagainya, mulai masuk ide-ide yang tadi kita takutkan," ucapnya.
Dengan viralnya pernyataan Mentri Agama tersebut, sontak MUI bersuara dilansir dari Detiknews.com.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi menarik ucapannya terkait paham radikal masuk melalui orang berpenampilan menarik atau good looking dan memiliki kemampuan agama yang baik. MUI menilai pernyataan Fachrul itu sangat menyakitkan.
"MUI minta agar Menag menarik semua tuduhannya yang tak mendasar karena itu sangat menyakitkan dan mencederai perasaan umat Islam yang sudah punya andil besar dalam memerdekakan negara ini dan mengisi kemerdekaan dengan karya nyata," kata Wakil Ketua MUI, Muhyiddin Junaidi, kepada wartawan, Jumat (4/9/2020).
Radikalisme Good Looking-Hafiz
Muhyiddin lantas menyinggung pemahaman Menag Fachrul Razi tentang isu-isu radikal. Jangan sampai, kata Muhyiddin, Fachrul mendukung para pihak yang mempunyai agenda terselubung.
Pernyataan tersebut justru menunjukkan ketidakpahaman Menag dan data yang tak akurat diterimanya. Seakan yang radikal itu hanya umat Islam dan para huffaz Al-Qur'an. Seharusnya, Menag yang berlatar belakang militer lebih mengerti tentang peran umat Islam Indonesia dan menjadikannya sebagai rujukan untuk menciptakan stabilitas nasional, persatuan dan kemajuan di tengah kebinekatunggalikaan," kata Muhyiddin, yang juga Ketua Hubungan Kerja Sama Internasional PP Muhammadiyah.
Hal senada juga datang dari ketua Komisi VIII Yandri Susanto yang menegaskan. Pernyataan Menteri Agama fachrul Razi mengenai paham radikalisme yang terbentuk dari anak-anak yang mengerti agama, penampilan menarik, tidak tepat dan dan dapat membuat kegaduhan di tengah masyarakat.
Komisi VIII menyayangkan pernyataan yang dibuat Menteri Agama mengenai paham radikalisme, ini dapat membuat pro dan kontra serta kegaduhan publik. Papar Yandri saat memimpin rapat kerja komisi VIII DPR RI bersama Menteri Agama Fahru rozi di gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Selasa (8/9/2020).
Politisi partai Partai Amanat Nasional ( PAN) tersebut mengungkapkan pernyataan yang dibuat oleh menteri agama menarasikan seolah-olah yang pandai Al-Qur'an sebagai orang radikal.
Narasi yang dilontarkan oleh Menag tentu sangat menyakiti hati kaum muslim. Bagaimana mungkin, para pemuda yang memiliki keahlian dalam menghafal Al-Qur'an pandai berbahasa Arab, serta memiliki pemahaman agama yang baik, berpenampilan yang menarik dianggap sebagai bibit-bibit radikalisme.
Isu deradikalisasi kian masif digenjarkan di tengah-tengah umat. Kata radikal selalu disematkan kepada orang-orang Islam, meski orang tersebut berpenampilan menarik, hal ini semakin membuktikan kejelasan bahwa penguasa melakukan pemaksaan politik guna menyudutkan kaum muslim.
Good looking Apa salahnya?
Penampilan dan perilaku seorang muslim tidak boleh lepas dari keimanan yang diyakininya. Keimanan yang kuat akan menjadikan pemiliknya senantiasa tunduk dan patuh pada sang penciptanya yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Karena ia sadar apa yang dilakukan di dunia akan di pertanggung jawakan di hadapan Allah kelak.
Islam menganjurkan kepada umatnya untuk menjaga penampilan agar senantiasa bersih, kepribadian Islamnya baik, pola fikirnya serta menjaga kejernihan akidahnya. Muslim yang memiliki penampilan Good looking memiliki karakter sebagai Ibadur Rokhim, mengajak kepada kebaikan, mencegah dari yang mungkar, menunjukkan jalan Islam kepada sesama, serta berlomba-lomba Meraih Ridha Allah. Tentunya sosok yang demikian sangatlah suatu kenaifan jika harus dicurigai sebagai penyebar radikalisme.
Mengapa narasi radikalisme islamophobia terus dihembuskan di tengah-tengah masyarakat? Ini dikarenakan umat Islam saat ini tidak memiliki junnah yang dapat menjaga serta melindungi umat Islam dari fitnah serta cengkraman para pembenci islam.
Junnah itu adalah seorang pemimpin atau Khalifah yang menerapkan aturan yang berasal dari sang pencipta. “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).
Jika narasi islamophobia terus dihembuskan oleh pemerintah, maka jangan disalah umat jika mereka menginginkan kembali tegaknya Islam yang menerapkan peraturan Islam, yang dapat menjaga setiap sendi kehidupan mereka. Saatnya kita bergandengan tangan untuk berjuang demi tegaknya aturan Allah di muka bumi.
Wallahualam bissawab.(*)
Post a Comment