Header Ads


Menghukum Presiden


 


INDONESIA kembali merana. Angka terkonfirmasi positif Covid-19 kembali meningkat.


Catatan: Abu Syah Jihad FS*)



KENDATI vaksinasi terus digencarkan, hendaknya Prokes wajib ditegakkan. Bila tidak, sulit mengendalikan penyebaran Virus Corona.

Maka itu, penegakkan Prokes tidak pandang bulu. Siapa pun. Jika melanggar akan berhadapan dengan hukum.   


Realitas Empiris

Mencontoh Brasil. Presiden Jair Bolsonaro didenda US$100 (Rp1,420 juta) akibat tak pakai masker. Pada Sabtu (12/6) dia melanggar langkah-langkah penanganan Covid-19 di negara bagian Sao Paulo dengan tidak memakai masker saat mengadakan rally sepeda motor untuk para pendukungnya.

Dilansir CNNIndonesia.Com, ribuan sepeda motor yang mengaum ikut serta dalam unjuk rasa "Accelerate for Christ" di Sao Paulo, yang dipimpin oleh presiden sayap kanan, yang mengenakan helm berwajah terbuka dan tanpa masker, yang melanggar peraturan kesehatan negara bagian.

Pejabat negara mengatakan mereka telah mendenda Bolsonaro, putranya sekaligus anggota kongres, Eduardo, dan Menteri Infrastruktur Tarcisio Gomes karena tak mengenakan masker dan mematuhi menerapkan jarak sosial di rapat umum.

Masing-masing didenda 552,71 reais, atau sekitar US$108 (Rp1,5 juta). Kantor presiden tidak segera menanggapi permintaan komentar akan hal ini.

Bolsonaro, yang telah mengadakan rally semacam itu di seluruh Brasil untuk mencalonkan diri kembali sebagai presiden Brasil di tahun depan. Dia menentang peringatan sebelumnya dari Gubernur Sao Paulo Joao Doria, saingan politiknya, yang mengatakan presiden akan didenda jika dia gagal untuk mematuhi peraturan negara.

Mengutip AFP, Bolsonaro telah berulang kali bentrok dengan Doria dan gubernur lainnya mengenai langkah-langkah melawan Covid-19, yang telah merenggut hampir 485 ribu nyawa di Brasil, terbesar kedua setelah Amerika Serikat.

Presiden sering mengkritik aturan untuk tetap di rumah dan memakai masker. Sebaliknya dia menggembar-gemborkan penggunaan obat-obatan seperti klorokuin dan hidroksiklorokuin meskipun penelitian menunjukkan bahwa mereka tidak efektif melawan Covid-19.

Dalam rallynya, dia bicara kepada pendukungnya dan mengatakan dia berencana untuk memerintahkan persyaratan masker dicabut untuk orang-orang yang telah divaksin Covid-19.

"Siapa pun yang menentang (aturan) itu tidak percaya pada sains. Tidak mungkin orang yang divaksinasi dapat menularkan virus," katanya.

Faktanya, masih ada sedikit konsensus dan penelitian ilmiah tentang apakah individu yang divaksinasi benar-benar tak lagi menyebarkan virus corona. Pejabat kesehatan masyarakat umumnya mendesak mereka untuk terus mengenakan masker dalam situasi berisiko.

Bukan kali pertama, Mei lalu, Presiden Jair Bolsonaro pernah didenda.

Dilansir JawaPos.Com, Presiden Jair Bolsonaro didenda gara-gara melanggar aturan keselamatan kesehatan di acara publik. Kantor kepresidenan punya waktu 15 hari untuk mengajukan banding. Setelah itu baru nominal denda ditentukan.

”Otoritas kesehatan mengajukan kasus terhadap Bolsonaro karena mendukung acara berkumpul tanpa perlindungan sanitasi di Maranhao. Hukum berlaku untuk semua orang,” cuit Gubernur Maranhao Flavio Dino.

Dia menjelaskan, di wilayahnya, berkumpul lebih dari seratus orang adalah hal terlarang. Penggunaan masker wajib hukumnya. Dino patut waswas. Sebab, Kamis (20/5) varian Covid-19 asal India terdeteksi kali pertama di Maranhao.

Tindakan Bolsonaro memang membuat banyak pihak kecewa. Di saat Brasil tengah berjuang mengurangi angka penularan, dia malah menggelar acara yang melanggar protokol kesehatan (prokes). Jumat (21/5) Bolsonaro membagikan sertifikat tanah di Acailandia, Maranhao. Pada acara yang dipenuhi banyak orang tersebut, Bolsonaro tak bermasker. Dia juga menyebut Dino sebagai diktator berpipi tembem.

Selama ini Bolsonaro memang menentang banyak aturan terkait usaha pencegahan penularan Covid-19. Pemimpin 66 tahun itu berkali-kali menyerang gubernur yang menerapkan aturan kesehatan ketat selama pandemi. Padahal, Brasil adalah negara dengan angka kematian tertinggi kedua akibat Covid-19. Posisinya ada di belakang Amerika Serikat (AS).

Bulan April senat sudah memulai penyelidikan terhadap cara pemerintah menangani pandemi. Jika terbukti bersalah, itu bisa menjadi ancaman untuk karier politiknya


Salah Urus

Sejak awal, penanganan pandemi salah urus. Terlihat dari gagapnya sejumlah negara dalam menanganinya. Terbukti hingga kini pandemi belum juga selesai.

Vaksin diciptakan, namun varian baru Covid-19 datang. Seolah lebih cepat perekembangan virus dibanding solusinya.

Maka itu, dibutuhkan pemecahan fundamental dalam penanganannya. Mulai dari perkara medis, ekonomi, dan tetek bengek lainnya mesti disentuh.
 

New Normal 

Bicara soal penanganan secara hukum, sejak awal pandemi dikumandangkan New Normal atau kehidupan baru dengan penegakkan protokol kesehatan (Prokes). Namun hingga kini kesadaran terhadap Prokes relatif rendah.

Lihat saja fasilitas publik. Masih banyak pelanggaran. Warga abai Prokes. Padahal itulah salah satu senjata ampuh mengani pandemi.

Kalau pun ditegakkan. Publik merasa rasa keadilan terusik. Contohnya perkara yang menimpa Imam Besar Habib Rizieq Shihab.


New Sistem

Pandemi Covid-19 yang menimpa dunia, sudah level kronis. Butuh obat mujarab. Islam adalah penawarnya.

QS. Al-Isra (17): 82

وَنُنَزِّلُ مِنَ الۡـقُرۡاٰنِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَّرَحۡمَةٌ لِّـلۡمُؤۡمِنِيۡنَ‌ۙ وَلَا يَزِيۡدُ الظّٰلِمِيۡنَ اِلَّا خَسَارًا‏

Artinya: Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zhalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian.

Komplit dengan teladan pemimpin di dalamnya. Kalau bersalah, bukan hanya rakyat jelata, penguasa pun bisa kena.

Suatu, Khalifah Umar bin Khaththab Ra berdiri menyampaikan khutbah. Di dalam khutbahnya Umar berkata,“Wahai manusia, siapa pun di antara kalian yang melihat kebengkokan dalam diriku (dalam hal karakter, keputusan, dan sikap), maka biarkan dia meluruskan kebengkokan itu.”

Seseorang dari majelisnya berteriak,“Demi Allah, seandainya kami melihat kebengkokan itu ada padamu, kami akan meluruskannya dengan pedang kami.”

Umar kemudian berkata, “Segala puji hanya milik Allah, Yang telah menempatkan di negeri ini seseorang yang akan meluruskan kebengkokan Umar dengan pedangnya.”


Khatimah

Itulah sifat Umar. Ketakutannya kepada Allah menjadikan ia seorang pemimpin yang bijaksana. Bahkan ia meminta rakyatnya meluruskan kebengkokan yang ia lakukan.

Ia takut akan hari pembalasan karena semuanya akan dimintai pertanggung jawaban termasuk kepemimpinannya, sehingga ia tak ingin setiap rakyatnya kelak menuntutnya di hadapan Allah Azza Wa Jalla.

Teladan kepemimpinan yang hanya bisa ditemukan dalam sistem Islam.(*)


*) Khadim Majelis Nafsiyah Islamiyah (MNI) Kepulauan Buton (Kepton)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.