Header Ads


Solusi Parsial Pengendalian Covid-19 dengan 3T

Oleh: Husnia
(Pemerhati Sosial)


Rasanya pandemi Covid-19 enggan berlalu dari negeri ini.  Dua tahun berlalu wabah tak kunjung bisa dihentikan. Sakit dan sengsara seolah menjadi gambaran transparan masyarakat, mulai dari krisis perekonomian hingga rawan kelaparan menjadikan masyarakat berada pada kondisi yang kian menyedihkan. Berbagai upaya pun telah dilakukan pemerintah, sayangnya tak satupun yang berhasil memutus rantai penyebaran wabah ini. Entah salah kebijakan, salah orientasi atau salah niat, yang pasti fakta menunjukan kasus Covid-19  justru semakin menggila.

Imbauan baru pun kembali dilakukan. Presiden RI Joko Widodo mengingatkan agar empat provinsi di Pulau Jawa yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, serta beberapa kabupaten atau kota termasuk Kota Bandung meningkatkan koordinasi dan 3T pada penanganan Covid-19.

Hal itu sebagaimana ungkapan Wali Kota Bandung, Oded M. Danial yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Kebijakan Penanganan Covid-19 Kota Bandung. Ia mengatakan, Presiden Joko Widodo mengarahkan kita agar meningkatkan polakerjasama dengan Forkopimda, bahkan sampai dengan Forkopimcam bersama Danramil, Kapolsek, termasuk Babinsa dan Bhabinkamtibmas. Presiden juga mewanti-wanti agar 3T yakni Testing, Tracing, dan Treatment harus terus dilakukan. (http://nasional.okezone.com, 13/6/2021)


Prioritas Kapitalisme Bukan Kesehatan Rakyat

Langkah lanjutan dari penerapan protokol kesehatan dengan 3M berikut 3T dinilai sebagai paket pemutus rantai Covid-19. Cara ini dibenarkan oleh Soeprapto Tan selaku Managing Director IPSOS Indonesia, bahwa saat ini 3M masih satu-satunya cara “vaksin” paling ampuh. Jadi kita harus konsisten dan jangan lengah untuk melakukan 3M. Bersamaan dengan itu kita semua serta masyarakat harus mendukung pelaksanaan 3T, terutama dalam hal testing. Karena apabila masyarakat tidak mau melakukan testing, maka tracing tidak akan terjadi." Katanya dalam Dialog Produktif bertema Optimisme Masyarakat terhadap 3T (Tracing, Testing, Treatment) yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. (Covid-19.go.id, 12/11/2020)

3T terdiri dari tiga kata yakni pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment). Pemeriksaan dini menjadi penting agar mendapatkan perawatan dengan cepat. Tak hanya itu, dengan mengetahui lebih cepat, kita bisa menghindari potensi penularan kepada orang lain. Selanjutnya pelacakan, hal ini dilakukan pada kontak-kontak terdekat pasien positif Covid-19. Ketika diidentifikasi oleh petugas kesehatan, kontak erat pasien harus melakukan isolasi atau mendapatkan perawatan lebih lanjut. Adapun perawatan akan dilakukan apabila seseorang positif Covid-19. Jika ditemukan tidak ada gejala, maka orang tersebut harus melakukan isolasi mandiri pada fasilitas yang sudah diarahkan atasnya. Jika orang tersebut menunjukkan gejala, maka para petugas kesehatan akan memberikan perawatan di rumah sakit yang sudah diarahkan atasnya.

Akan tetapi, berharap pada penerapan 3T saja tak cukup, karena faktanya fasilitas kesehatan yang tersedia tidak menjangkau semua masyarakat yang akan melakukan pemeriksaan dini. Petugas kesehatan akan kesulitan bahkan kewalahan dalam mengidentifikasi dan menangani masyarakat yang jumlahnya tak sedikit. Dalam mendeteksi pasien Covid-19 bukanlah perkara mudah, karena dengan gejala yang ada seperti batuk ataupun deman tak selamanya positif Covid-19. Bisa saja flu atau penyakit lain, sehingga perlu melakukan tes. Adapun tes yang dianjurkan oleh WHO hanya polymerase chain reaction (PCR), sementara tes yang lain seperti rapid antibodi dan rapid antigen masih memiliki banyak kelemahan.

Tes PCR pun tidak mudah, butuh laboratorium, alat, reagen, dan hazmat. Bagi orang yang terdeteksi Covid-19 juga tidak langsung melayaninya dalam rumah sakit yang telah disediakan. Dengan jumlah pasien yang sangat banyak, perlu berbagai pertimbangan pasien mana saja yang harus dilayani. Belum lagi, penulis percaya bahwa tenaga kesehatan telah kewalahan berjibaku dengan kasus pandemi Covid-19 dengan sarana yang prasarana yang belum memadai. Sehingga, bergantung penanganan kasus ini pada fasititas kesehatan 3T hanyalah solusi parsial.

Kasus terpapar Covid-19 semakin menjadi-jadi. Belum usai persoalan lama, kini varian baru Covid-19 India sudah masuk di Kabupaten Kudus. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memastikan bahwa temuan virus varian baru Covid-19 dari India di Kabupaten Kudus merupakan yang pertama di Jateng. Ditemui dalam kunjungan kerja di Posko Covid-19 Kudus, ia mengimbau agar masyarakat waspada dengan penularannya. (http://www.cnnindonesia.com, 13/6/2021).

Kita pun tak bisa memungkiri bahwa banyak masyarakat yang hilang kepercayaan kepada pemerintah karena realitas kebijakan inkonsisten yang ada selama ini. Akibatnya, mereka abai terhadap protokol kesehatan yang menjadi andalan saat ini. Dalam situasi ini, jika hanya mengandalkan 3M ataupun 3T tidak dapat membawa pengaruh yang berarti. Seharusnya negara mengevaluasi solusi penangan pandemi sebelumnya, agar kebijakan berikutnya tidak menuai hasil yang sama-sama gagal. Sebelum mengambil langkah, ada baiknya mempertimbangkan sebab-akibatnya agar tercapai tujuan bersama.

Berharap peran masyarakat saja tak cukup, sebab negaralah yang dijadikan panutan oleh masyarakat. Ketika ada imbauan untuk mematuhi protokol kesehatan, negara pun wajib memberikan contoh yang benar, bagi pelanggar kebijakan tersebut maka pemerintah secara tegas memberikan sanksi. Akibatnya, kepatuhan masyarakat pun akan terbentuk dengan sendirinya.  Sayangnya, negara tak memberikan teladan sehingga kasus positif Covid-19 semakin tak terkendali.

Di sisi lain, seharusnya negara tak memberikan ruang kepada warga negara asing untuk masuk ke negeri ini. Akan tetapi, atas nama kepentingan perekonomian, kedatangan asing menjadi tak terbendung. Pertimbangan untung rugi yang menjadi prioritas kerja pemerintah mengharuskan tergadainya nyawa rakyat. Dalam kasus seperti penerapan lockdown total, lagi-lagi pemerintah menghitung untung dan rugi, denyut industri yang berhenti dan sejenisnya. Maka kebijakan solutif berupa lockdown akan dihindari. Inilah bukti bahwa peran pemerintah dalam sistem negara yang berjalan saat ini, Kapitalisme bukan untuk rakyat, melainkan para pemodal berdompet tebal. Selama rakyat masih mengagungkan sistem Kapitalisme ini, maka selama itu pula penanganan pandemi tak akan menemukan solusi tuntas demi terwujudkan maslahat bagi rakyat. Untuk itu, menjadi suatu hal yang mendesak agar kita mengambil solusi alternatif terbaik dalam menyelesaikan persoalan hidup manusia.


Islam Sebagai  Solusi Menghentikan Wabah

Islam adalah agama yang memiliki aturan yang sempurna dan paripurna. Islam bukan sekadar agama ritual semata, melainkan ideologi yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam menyajikan pemecahan secara menyeluruh atas semua permasalahan yang dihadapi oleh manusia, termasuk persoalan wabah.

Pada zaman Rasulullah serangan wabah juga pernah terjadi, dimana kebijakan cepat tanggap yang diberlakukanbukan sekadar menjaga dan menerapkan protokol kesehatan. Lebih dari itu, Rasulullah melarang untuk memasuki daerah yang terindikasi wabah dan memerintahkan rakyat untuk menetap di daerah terjadinya wabah. Dalam sabdanya, “Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah tersebut. Sebaliknya jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninggalkan tempat itu” (HR. Al-Bukhari).

Tidak hanya itu, selama pemberlakuan isolasi tersebut, Rasulullah sebagai pemimpin Islam menjamin pemenuhan kebutuhan pokok rakyatnya, seperti sandang, pangan, papan, obat-obatan, pendidikan dan keamanan. Sejatinya, dalam menjalankan amanah kepemimpinannya, pemimpin Islam tak pernah mengharap manfaat ataupun materi dari perbuatannya. Semua yang dilakukannya semata-mata ingin menyejahterakan rakyat, takut pada Allah Subhanahu wa ta’ala dan mencari rida-Nya.

Dalam mewujudkan jaminan kesejahteraan tersebut, Islam menggunakan Baitul Mal yaitu tabungan rakyat yang dikumpulkan melalui semua kekayaan negeri yang dikelola oleh Negara. Dalam kondisi seperti ini, maka penyebaran pandemi pun dapat teratasi karena tidak ada lagi manusia yang keluar sehingga menjadi perantara penyebarab wabah yang semakin meluas.

Inilah indahnya Islam yang ketika diterapkan secara menyeluruh akan memberikan keselamatan dan ketenangan kepada makhluk ciptaan-Nya. Dengan demikian, sudah saatnya kita berpaling dari sistem yang hanya menjadikan rakyat sebagai alat untuk meraih materi sebanyak-banyaknya dan beralih untuk memperjuangkan tegaknya kembali Islam di muka bumi ini agar kehidupan mendapat keberkahan dari Sang Pemilik kehidupan. Wallahualam bissawab.(**)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.