Header Ads


Kebocoran 19.17%

Oleh: Sunarwan Asuhadi*)



Tanggal 5 Juli adalah Hari Bank Indonesia. Tapi bukan Hari BI.

Kenapa demikian?

Karena tanggal 5 Juli terkait dengan riwayat Bank Nasional Indonesia (BNI), bank pertama di Indonesia. Sebelum Bank Indonesia (BI).

Riwayat BNI sejak 5 Juli 1946. Sedangkan BI baru disahkan menjadi bank sentral oleh pemerintah RI melalui undang-undang pada 1 Juli 1953.

Setelah Bank Indonesia (BI) resmi menjadi bank sentral pemerintah Indonesia, BNI dialihkan fungsinya sebagai bank pembangunan.

Kedudukan, peran, dan fungsi BI sebagai bank sentral pemerintah RI terus berlanjut hingga kini.

Adapun BNI ditetapkan sebagai bank umum sejak 1955, dan saat ini berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Lazimnya suatu Hari Ulang Tahun (HUT) biasanya diperingati dengan tema tertentu setiap tahunnya.

Bagaimana dengan HUT BNI ke-75 tahun?

Pada situs resmi www.bni.co.id pun tak nampak tema dan perayaan terkait HUT ini. Sementara itu pada mesin pencarian di situs resmi tersebut, nampak kegiatan HUT BNI di tahun-tahun yang lalu.

Artikel paling atas: Ulang Tahun, BNI Hijaukan Bumi dengan Menanam 29.190 Pohon Secara Serentak, ter-updated 23/06/2013.

Kemudian artikel lainnya yang terkait HUT BNI adalah: Rayakan Ulang Tahun, Pegawai BNI Diajak Menyumbang di HUT ke- 72, Berdonasi Makin Mudah dengan yap!, terupdated 08/07/2018.

Itu saja artikel yang muncul pada halaman pertama mesin pencarian pada situs resmi BNI (06/07/2021).

Pada 22 Juni 2013, BNI melakukan penanaman pohon secara serentak di 15 wilayah, masing-masing sebanyak 1.946 pohon sesuai dengan dengan tahun berdirinya bank BUMN ini, sehingga ada 29.190 pohon tanaman keras kayu dan buah yang ditanam sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-67 BNI tahun 2013.

Pada 8 Juli 2018, BNI genap berusia 72 tahun pada Kamis (5 Juli 2018). BNI mengajak karyawan dan keluarganya untuk menyumbangkan sebagian dari penghasilannya dengan cara unik, yaitu melakukan donasi secara digital, menggunakan aplikasi yap!.

Justru berita terkait perayaan HUT BNI ke-75, kita temukan di beberapa media mainstream.

https://keuangan.kontan.co.id (03/06/2021) mewartakan: Sambut HUT ke-75, BNI siapkan berbagai program untuk nasabah dan karyawan.

Dalam artikel tersebut, disebutkan bahwa menyambut HUT ke-75, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menyiapkan serangkaian aktivitas spesial bagi nasabah dan karyawan. Hal ini sebagai rasa syukur karena tetap tangguh setelah melewati tahun 2020 yang menantang.

Ketua Panitia HUT  ke-75  BNI Efrizal menyebut 2021 adalah momentum kebangkitan BNI. Pelajaran yang diperoleh selama bertahan dari pandemi dalam setahun lebih terakhir ini dapat dijadikan sebagai bahan refleksi untuk semakin tangguh, memiliki determinasi, dan resiliensi tinggi dalam menghadapi tantangan di masa mendatang.

Hari Untung Terus, BNI Tebar Banyak Promo di HUT ke-75. Demikian judul artikel pada https://finance.detik.com (04/07/2021).

Pada artikel di atas, akhirnya kita menemukan tema HUT kali ini. Mengusung tema 'Melompat Lebih Tinggi', BNI menyiapkan berbagai kejutan untuk para BNI HI-Movers dan masyarakat. Salah satunya adalah dengan menebar berbagai promo-promo menarik di e-Catalog Bigbang.

Sambut HUT ke-75, BNI Akan Tebar Banyak Kejutan Menarik, demikian www.cnbcindonesia.com memberi judul artikelnya (02/06/2021). Sementara itu, https://biz.kompas.com (02/06/2021) menayangkan judul: Sambut HUT ke-75, BNI Siap Tebar Kejutan Menarik.

Spesial untuk Nasabah, demikian kita menandai semangat pada HUT BNI ke-75 ini.

Pada 2019, jumlah rekening nasabah BNI di luar penerima dana bantuan sosial telah mencapai sekitar 26 juta akun.

Pengguna BNI Mobile Banking sampai dengan kuartal I tahun 2021 mencapai 8,56 juta atau tumbuh 58,4 persen dibandingkan kuartal I tahun 2020 yang sebesar 5,41 juta nasabah.

Sementara itu secara umum, jumlah rekening masyarakat di perbankan terkerek pada awal 2021. Rekening simpanan pada awal 2021 mengalami kenaikan 16,4 persen YoY, menjadi 352.728.934 rekening, atau lebih besar dibandingkan dengan Januari 2020 yaitu sebanyak 303.132.916 rekening.

Begitu pula bila dibandingkan dengan jumlah rekening pada bulan sebelumnya atau Desember 2020, jumlah rekening simpanan masyarakat bertambah sebesar 2.403.984 rekening.

Adapun himpunan dana masyarakat di perbankan semakin gemuk di perbankan. Bank Indonesia (BI) mencatat, dana pihak ketiga (DPK) meningkat 11,5% year on year (yoy) menjadi Rp 6.558 triliun pada April 2021.

Kenaikan ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Mengingat pada Maret 2021, DPK perbankan hanya tumbuh 9,5% yoy menjadi Rp 6,549,3 triliun (https://keuangan.kontan.co.id, 14/06/2021).

Lalu, bagaimana dengan LDR (loan to deposit ratio)?

Loan to deposit ratio (LDR) yang mengukur seberapa besar kredit yang tersalur berbanding jumlah simpanan berada pada level 80,83 persen per April 2021. Turun 0,10 persen per Maret 2020.

LDR merupakan persentase antara dana yang tersalurkan melalui pinjaman (kredit) dibagi dengan dana pihak ketiga (DPK) dikalikan 100 persen.

Menurut ketentuan perbankan, angka yang dianggap aman adalah berkisar 85% - 90%.

Bank tidak boleh menghabiskan seluruh DPK untuk disalurkan ke kredit. Bank wajib menahan DPK sebagai cadangan apabila sewaktu-waktu pihak ketiga (sektor rumah tangga) menarik dananya secara tunai dari bank.

Bagaimana jika di bawah 85%?

Angka tersebut dianggap gagal menyalurkan uangnya ke sektor riil atau sektor perusahaan. Angka yang rendah menunjukkan bahwa ada banyak DPK yang berhenti (idle) dan tidak tersalurkan menjadi kredit.

Dengan demikian bank telah berkontribusi bagi terhentinya dana dari sektor rumah tangga untuk mengalir ke sektor perusahaan. Paling tidak ada sekitar 10-15% DPK yang tidak tersalurkan ke masyarakat (pada kondisi yang dianggap normal).

Untuk per April 2021 (laporan terkini Statistik Perbankan Indonesia (SPI) oleh OJK), dana perbankan yang tidak tersalurkan ke sektor riil sebesar 19.17% atau Rp 1.257 triliun. Hampir setara dengan target APBN 2021 (Rp 1.743,6 triliun).

Dana yang terhenti tersebut, jika dikaitkan dengan Hukum Say dapat disebut sebagai kebocoran (leakage).

Inilah kelemahan bawaan ekonomi kapitalisme yang diterapkan saat ini. Terjadi banyak kebocoran, salah satunya dari sektor perbankan.

Untuk menghindari kebocoran tersebut, tidak ada pilihan lain selain kembali kepada Ekonomi Islam yang anti kebocoran. Sebuah sistem ekonomi yang perwujudannya memerlukan penerapan Islam secara kaffah.

Wallahualam bissawab.

*) Ketua MASIKA ICMI Orda Wakatobi

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.