Header Ads


Banjir Dan Longsor Di Indahnya Zamrud Khatulistiwa

 


Oleh: Rines Reso (Relawan Opini)

 

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang dilalui oleh garis khatulistiwa. Letak astronomis Indonesia yakni antara 6 derajat LU- 11 derajat LS dan 95 derajat BT - 141 derajat BT.

 

Wilayah yang dilalui garis khatulistiwa secara persis adalah Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Zamrud khatulistiwa memiliki arti keindahan batu zamrud yang dilintasi garis khatulistiwa (Kompas. com 22/2/2020 silam).

 

Tapi sayang, keindahan itu kini tinggal bayangan. Dimana jika musim hujan telah tiba, beberapa wilayah di Indonesia mengalami bencana banjir dan longsor. Di antaranya adalah wilayah Kalimantan Barat. Daerah yang terkenal dengan hutannya yang luas dan rimbun, jarang sekali terkena banjir. Namun kini wilayah ini tidak luput dari bencana tersebut. 

 

Dilansir dari Merdeka.com, penyebab banjir di Kalimantan Barat bukan hanya curah hujan yang tinggi, tetapi juga kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) serta maraknya konversi tutupan lahan. “Perubahan atau konversi lahan, menyebabkan jenis tutupan lahan berubah, hal ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan daerah aliran sungai (DAS), sehingga hidrografi aliran pada DAS tersebut berubah menjadi tidak baik,” kata Ahli Teknik Sumber Daya Air Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Prof. Dr. Henny Herawati di Pontianak (Minggu, 7/11/2021).

 

Bukan saja Kalimantan, banjir bandang pun menerpa Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat.  Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Garut, Nurdin Yana mengatakan bencana banjir bandang yang terjadi salah satu pemicunya karena adanya kerusakan kawasan hutan (Merdeka.com 8/11/2021).

 

Banjir terjadi di sebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi. Dan kesalahan tata ruang dan tata pembangunan yang kurang memperhatikan kondisi lingkungan. Terutama kondisi kanal dan sungai yang melintasi pembangunan tersebut.

 

Dampak dari pengrusakan hutan ada sebab, maka ada pula akibatnya. Yang dimana rakyatlah yang mendapat getahnya sedangkan pemerintah dan para kapitalislah yang mendapat duitnya.

 

Alam sudah mulai marah akibat manusia berulang kali merusaknya. Pohon-pohon yang menjaga tanah agar kuat menahan air, di tebang. Hutan dan gunung di gundul dan di alih fungsikan. Yang membuat bencana banjir dan longsor terus terjadi.

 

Allah SWT berfirman, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)

 

Tentu ini adalah peringatan dari Sang pencipta alam semesta. Teguran dan pesan buat kita semua agar kita sadar dan kembali ke jalan yang lurus yang di ridhoi Allah SWT.

 

Namun sampai saat ini, solusi yang di berikan pemerintah belum mampu mengatasi kerusakan alam. Hal ini karena kegagalan dalam mengobati akar permasalahan dalam mengatasi krisis lingkungan. Akar masalah dari semua itu adalah diterapkannya sistem kapitalisme. Sistem ini hanya peduli pada manfaat dan keuntungan ekonomi dan juga hanya memihak kepada kelompok yang memilki modal yang besar, tak peduli meski harus mengorbankan lingkungan. Akibatnya, eksploitasi sumber daya alam terus saja berjalan tanpa kendali. Kebebasan kepemilikan di sistem kapitalisme membenarkan hal itu terjadi.

 

Karena itu, kunci untuk mengakhiri segala bencana alam ini tidak lain dengan mencampakkan akar penyebabnya, yakni sistem kapitalisme. Kemudian, menerapkan ideologi dan sistem yang telah Allah SWT turunkan. Yakni, sistem Islam. Dengan diterapkan syariah Islam secara kaffah dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam pengelolaan lahan/tanah, sumberdaya alam dan lingkungan hidup akan terus terjaga. Wallahua’lam(*)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.