Header Ads


Krisis Ukraina, Dimana Seharusnya Posisi Dunia Islam?

 


Oleh : Rayani umma Aqila (Pegiat Literasi)

Negeri Rusia dan Ukraina memanas, Rusia resmi menyerang Ukraina pada Kamis (24/2/2022). Aksi Rusia langsung menyasar kota besar Ukraina seperti Kyiv, Odessa, Kharkiv dan Mariupol. Sejumlah negara mengkritik keras tindakan Rusia tersebut, termasuk Indonesia tirto.id (26/2/2022). Indonesia meminta Rusia dan Ukraina untuk menghindari eskalasi dan serta menyelesaikan konflik di meja perundingan. Apa yang sebenarnya diinginkan Putin? Dikutip New York Times, Kamis (24/2/2022), Putin tampaknya berniat memutar kembali waktu lebih dari 30 tahun ketika Rusia mendominasi zona keamanan yang menyerupai kekuatan Moskow di masa Soviet.

 

Dengan tujuan menarik Ukraina, negara berpenduduk 44 juta orang, kembali ke dalam negara Rusia. Sejak runtuhnya Soviet Hubungan Rusia-Ukraina memang tidak harmonis pada lebih dari tiga dekade yang lalu. Ukraina dan negara-negara pecahan Soviet lainnya memutuskan menjadi negara merdeka dan beberapa masa kemudian Rusia berusaha menarik seluruh negara itu ke orbitnya, termasuk Ukraina. Terlebih Ukraina menempati posisi strategis sebagai teras depan sekaligus sumber kekayaan bagi Rusia, bahkan termasuk salah satu lumbung pangan dunia.

 

Selanjutnya, pada era berikutnya Ukraina justru melakukan hal yang ditakuti Rusia, yakni lebih condong kepada Uni Eropa yang hingga kini masih terikat dengan Amerika dengan NATO-nya. Terlebih lagi kasus Ukraina berkelindan dengan kepentingan Eropa, bahkan Amerika. Krisis Ukraina disikapi dunia Islam dengan menunjukkan sikap netral dan dorongan penyelesaian damai. Sepatutnya, merujuk pada islam untuk menyikapinya yakni membongkar apa kepentingan ekonomi-politik negara besar Rusia dan AS dalam konflik ini dan bagaimana dampak bagi rakyatnya khususnya bagi muslim, krisis Ukraina tentu bukan yang pertama.

 

Konflik-konflik yang terjadi Timur Tengah, Afrika, Asia Tengah, dan Asia Tenggara dari masa ke masa selalu melibatkan mereka, dan aktornya bisa berubah tergantung kuat lemahnya posisi politik mereka di kancah internasional. Lantas dimana posisi dunia Islam atas krisis Ukraina, berbagai kecaman datang termasuk pemimpin  Indonesia yang memiliki penduduk muslim terbesar dan menyebut perang ini akan menyengsarakan umat manusia dan membahayakan dunia. Namun, mereka lebih memilih bersikap netral mencari posisi aman dan hanya menegaskan agar semua pihak mengedepankan perundingan dan diplomasi untuk menghentikan konflik dan mengutamakan penyelesaian damai, mengambil sikap hanya bisa mengecam, tidak berani mengambil langkah spesifik baik pemberian sanksi atau pun sikap lain terhadap Rusia.

 

Seharusnya para pemimpin muslim merujuk pada ajaran Islam. Meski Ukraina dan Rusia sama-sama negara kafir dan perang ini tidak ada hubungan langsung dengan umat Islam sehingga bagi umat Islam tidak boleh terlibat di dalamnya atau mendukung salah satunya, tetapi perang-perang semacam ini dan konspirasi di baliknya akan menjerumuskan dunia, termasuk umat Islam, pada kehancuran. Sudah sepatutnya para pemimpin muslim mengambil sikap aktif dengan cara membongkar motif ekonomi-politik negara besar (Rusia dan AS) sekaligus menjelaskan kerusakan ideologi yang mereka emban. Juga perlu menjelaskan bagaimana dampak perang dan ideologi ini bagi masyarakat dunia, khususnya umat Islam. Bukan menjadi perpanjangan tangan bagi penjajahan dan penjarahan harta kekayaan milik rakyatnya. Hal ini tidak lain akibat mereka mencampakkan Islam sebagai ideologi negara, dan malah mengambil sistem sekularisme kapitalisme yang rusak.

 

Hal ini tentu berbeda jauh dengan kepemimpinan yang diajarkan Islam. Dalam Islam, tugas pemimpin dalam negara Islam (yakni Khilafah) adalah menegakkan kewibawaan Islam dengan menjadikan ideologi Islam sebagai satu-satunya asas dalam pengaturan seluruh urusan rakyatnya. Khilafah berfungsi sebagai pengurus sekaligus sebagai pelindung bagi rakyatnya. Negara seperti ini akan memiliki kekuatan dalam menghadapi setiap tantangan dan mampu membangun posisi tawar dalam konstelasi politik internasional. Khilafah bahkan tampil sebagai problem solver dan dengan kekuatannya akan mampu mencegah kezaliman yang dilakukan oleh negara-negara besar.

 

Itulah yang terjadi saat Khilafah tegak sebagai negara pertama di masa keemasan Islam. Khilafah berhasil membebaskan rakyat Palestina dari kezaliman kekuasaan politik Romawi. Atau membebaskan rakyat Andalusia dari kezaliman penguasa Visigoth. Di setiap tempat yang ada kezaliman, kehadiran tentara Khilafah senantiasa dinantikan. Dunia pun sejahtera di bawah naungan Khilafah Islam. Wallahu A'lam Bisshowab (*)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.