Gazavenger vs zionazi Seperti Daud Melawan Jalut?
Indonesia Neo, TELADAN - Bagaimana kabarmu? Kini di Gaza hawa dingin mulai menusuk tulang. Kawan-kawan kita mengungsi dengan makanan minuman yang kurang. Ribuan saudara kita ditawan zionazi di Gaza, dipamerkan tanpa baju di tengah dinginnya udara Desember yang kelabu. Ada dokter di situ, guru hingga supir ambulan. Semuanya jadi bulan-bulanan musuh yang sama sekali tak memperlihatkan kemanusiaannya. Mungkin memang sudah bukan manusia.
Sementara itu, aku baru saja membaca press release terbaru dari Yoav Galant menteri pertahanan zionazi, "kami berterimakasih pada Amerika Serikat, rekan kami yang besar, atas sikap dan dukungan pada kami yang sedang menghadapi perang antara cahaya dan kegelapan." Kemudian di hari yang sama pula, Aljazeera merilis kabar statement Joe Biden presiden Amerika, "kami akan terus melanjutkan pengiriman bantuan militer ke Israel sampai mereka bisa meringkus Mamas." (via @aljazeera)
Dr Mehmet Canbekli seorang analis politik dan militer Turki pun memuat sebuah tulisan tentang ikut sertanya pasukan Inggris dalam menyerang Gaza, "Terungkap bahwa setelah Israel mulai membom Gaza. Inggris diam-diam mengerahkan 500 tentara tambahan ke pangkalannya di Siprus selatan bersama dengan 1000 tentara di Mediterania timur untuk mendukung Israel." Ya. Sederhananya, kini wilayah Gaza dan semua pejuang yang ada di dalamnya sedang menghadapi kekuatan-kekuatan superpower di dunia!
Para Gazavenger keadaannya jauh sekali logistiknya jika dibandingkan dengan musuh yang memiliki sumber daya tak terbatas. Dr Yaser Za'atreh menulis, "saat musuh mengancam, mereka pun menyadari bahwa pertempuran yang mereka hadapi benar-benar sulit. Ingatlah, mereka padahal 'hanya' menghadapi sebuah kelompok perlawanan di wilayah terkepung, dengan luas hanya 1,5% dari seluruh daratan Palestina. Mereka pemilik kekuatan militer terkuat di kawasan, didampingi pula oleh dukungan militer dari negara paling kuat di bumi!"
Jika menggunakan logika, kita mungkin langsung mengatakan bahwa Gazavenger telah kalah sejak hari pertama serangan darat. Tapi buktinya, kini sudah hampir 70 hari dan justru yang terjadi malah sebaliknya. Amos Harel dari harian Haaretz Israel menulis, "setiap pagi surat kabar menerbitkan gambar tentara Israel yang tewas (kebanyakan adalah tentara cadangan), yang tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza." Kemudian di akhir tulisannya ia tutup dengan kesimpulan, "tidak ada bukti yang meyakinkan tentang keruntuhan Mamas dalam waktu dekat."
Perang besar Badai Al Aqsha ini seperti panggung yang memperlihatkan pada dunia tentang pertarungan Daud melawan Jalut. Gazavenger ibarat anak belia yang sangat kurang sumber daya dan kecanggihannya, menghadapi Jalut yang buas, raksasa dan lengkap dengan senjata serta perisainya. Tapi kita semua tahu kan siapa yang menang di akhir kisah Daud vs Jalut? Sang Daud alaihissalam menang. Dan itulah inspirasi sejarah bagi para Gazavenger di garis depan.
Para Gazavenger mengerti, bahwa menghadapi "Jalut" yang punya sumber daya raksasa itu tidak boleh serampangan. Musuh sebesar itu mesti dihadapi dengan gaya yang tidak mereka pikirkan. Seperti Jalut yang tak pernah mengira bahwa Daud mengalahkannya justru dengan ketapel, maka Gazavenger menggunakan "kerajaan bawah tanah"-nya untuk menghadapi Jalut modern yang menguasai udara dan berperisai kendaraan besi. Itulah inspirasi Daud, inspirasi tentang inovasi yang tak terpikirkan oleh musuh.
Musuh datang dari berbagai kekuatan besar di dunia, lengkap dengan teknologi mutakhir dan jumlah yang besar, menghadapi Gaza yang terkepung, tentu juga mengingatkan para mujahid tentang kisah perang Khandaq. Kisah dari ribuan tahun lalu, ketika Madinah dikepung 10 ribu tentara dari seluruh Arab, menghadapi Rasulullah ï·º dan sahabatnya yang sangat kurang logistik, ditambah lagi pengkhianatan dari kalangan munafik dan orang-orang Yahudi Bani Quraidzah.
Sumber: Gen Saladin | @gen.saladin | t.me/gensaladin
Post a Comment