Ketika Kesatria Inggris Bela Al Aqsha di Zaman Shalahuddin
Indonesia Neo, TARIKH - Hari-hari ini kamu dan aku melihat dunia yang cukup berbeda. Warna merah, putih, hitam dan hijau terlihat di banyak spot penting kota-kota besar di penjuru benua. Ternyata, mereka mendukung Palestina, menentang imperialisme Z1on1s dan bersuara untuk terbebasnya Gaza dan kekangan blokade yang mencekik itu.
Ya, untuk berdiri di sisi Palestina, kamu tidak perlu jadi orang Palestina atau Arab. Kamu juga tidak perlu harus melihatnya dengan kacamata akidah seorang muslim. Cukup dengan hati nurani dan akal sehat; kamu tahu bahwa yang terjadi di sana adalah pembantaian. Dan Z1on1s dibantu oleh petinggi-petinggi dunia yang tak mendengarkan suara rakyatnya sendiri.
Nah, ternyata jika kita mempelajari timeline sejarah Umat Islam saat membela Palestina dan menghadapi invasi Eropa di Perang Salib, ada banyak pula episode menarik yang sayang untuk dilewatkan. Fakta-fakta menarik ini bisa kamu baca di The Untold Islamic History 1&2. Salah satunya, pernahkah kamu mendengar fakta bahwa ada seorang kesatria Eropa yang masuk Islam dan menjadi orang kepercayaan Shalahuddin? Bahkan dia ikut serta dalam upaya pembebasan Al Aqsha?
Ya, mari kita mengenal satu figur sejarah Umat Islam yang sangat jarang dibahas: Robert of Saint Albans, awalnya ia adalah seorang tokoh ksatria Eropa yang datang ke tanah suci Palestina dengan semangat dan hasrat di hatinya untuk mengobarkan perang melawan umat Islam. Namun, segera setelah bertemu dengan penduduk setempat dan mengenal adat dan keyakinan Islam, ia malah menjadi penasaran.
Thomas W Arnold, seorang orientalis asal Inggris dalam bukunya 'The Preaching of Islam' mengisahkan, "terlihat sekali bahwa karakter Shalahuddin Al Ayyubi yang hidupnya ada pada jalan kesatria telah memberi pengaruh bagi kaum Nasrani di zaman itu. Sampai-sampai ada seorang kesatria Salib yang sangat menghormati Shalahuddin, hingga ia meninggalkan kaumnya dan bergabung dengan barisan muslim, dan seperti itu pula yang terjadi pada seorang kesatria Templar bernama Robert Saint Albans.”
Ketika pasukan Salib seringkali terbawa emosi ketika membicarakan tentara muslim, Robert tidak berpikir begitu. Ia seringkali menemui banyak teman-temannya menggambarkan pasukan muslim sebagai tentara yang bengis dan kejam, padahal Robert tidak melihat itu selama ia berperang melawan Kaum Muslimin. Justru, nuraninya mengatakan bahwa Umat Islam memiliki akhlaq yang mulia dalam kehidupan mereka, bahkan tetap berakhlaq di tengah pertempuran.
Hal itulah yang membuat dia mencoba belajar Islam sedikit demi sedikit. Lama-lama ia mulai ragu dengan motivasinya datang ke Palestina. Ia mengira pasukan Eropa datang ke tanah suci Palestina untuk berbakti pada tuhannya. Namun ketika ia lihat, pasukan Eropa banyak melakukan kekejaman pada umat beragama lain. Mereka suka merampok, memperkosa dan membantai kafilah-kafilah dagang. Sesuatu yang sangat mengusik nuraninya.
Tekad untuk masuk Islam pun semakin mantap, akhirnya Robert Saint Albans mengikrarkan keislamannya dan datang menghadap langsung pada Sultan Shalahuddin untuk mengikrarkan kesetiaaannya bagi Islam dan Kaum Muslimin. Shalahuddin kagum dengan tekad Robert Saint Albans, ia belajar Islam dengan baik, dan karena itulah Shalahuddin menikahkan Robert dengan salah satu keponakan perempuannya sebagai pengakuan atas kesetiaaannya. Beliau wafat pada 1187, tahun yang sama ketika Kaum Muslimin berhasil membebaskan Al Aqsha![]
Sumber: Telegram GenSa
Post a Comment