Header Ads


KHGT-One Ummah

 

Oleh: Sunarwan Asuhadi *)


Pada bulan Rajab ini ada satu momen penting yang mesti direfleksi oleh semua kaum muslimin. Peristiwa yang dimaksud adalah peristiwa yang jatuh pada tanggal 27 Rajab. Peristiwa tersebut adalah Isra Mi’raj.

Isra Mi’raj diperingati setiap tanggal 27 Rajab menurut sistem penanggalan kalender Hijriah. Momen Isra Mi’raj terjadi dalam satu malam, yang melibatkan dua bagian utama:

  • Isra': Perjalanan Nabi Muhammad SAW pada malam hari dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina.
  • Mi'raj: Kenaikan Nabi Muhammad SAW ke langit tertinggi, Sidratul Muntaha.

Ada beberapa keistimewaan dan makna yang dalam dari peristiwa Isra Mi’raj. Pertama, menjadi penghibur bagi Rasulullah dalam menghadapi kesedihan setelah kehilangan istri dan paman tercintanya. 

Kedua, dalam perjalanan ini, Nabi Muhammad SAW menerima perintah salat lima waktu sehari semalam dari Allah SWT.

Ketiga, peristiwa ini juga menjadi bukti bahwa Nabi Muhammad SAW mengikuti jalur para nabi terdahulu.

Selain itu, peristiwa Isra Mi'raj memiliki relevansi yang signifikan dalam mempromosikan dan memperkuat persatuan umat Islam. Setidak-tidaknya ada empat alasan yang relevan dengan pandangan ini.

  1. Pemimpin Spiritual dan Politik: Dalam perjalanan Isra, Nabi Muhammad SAW memimpin shalat bersama para nabi, menegaskan posisinya sebagai pemimpin spiritual umat manusia. Ini menunjukkan bahwa semua umat Islam di seluruh dunia memiliki pemimpin spiritual yang sama, yaitu Nabi Muhammad SAW, yang mempersatukan mereka. Dalam perkembangannya, kedudukan beliau sebagai Pemimpin Spiritual diintegrasikan dengan kedudukan beliau sebagai Pemimpin Politik yang menyatukan seluruh kaum muslimin pada saat beliau membentuk Negara Islam Madinah.
  2. Kesamaan Ibadah: Peristiwa Isra Mi'raj merupakan waktu disyariatkannya shalat lima waktu secara langsung. Shalat adalah salah satu rukun Islam yang dilakukan oleh semua umat Islam di seluruh dunia. Kesamaan dalam melaksanakan ibadah ini menciptakan rasa persatuan dan kesatuan di antara umat Islam.
  3. Penghargaan terhadap Tempat Suci: Perjalanan ini juga mengajarkan tentang pentingnya menghormati tempat-tempat suci dan perjuangan para nabi sebelumnya. Hal ini menciptakan rasa hormat dan penghargaan yang sama di antara umat Islam terhadap tempat-tempat suci dan sejarah Islam, yang memperkuat rasa persatuan umat Islam.
  4. Keajaiban dan Kekuasaan Allah: Perjalanan dari Makkah ke Yerusalem, dan kemudian ke Sidratul Muntaha, adalah bukti kekuasaan dan keajaiban Allah SWT. Kepercayaan ini adalah inti dari aqidah Islam yang dianut oleh semua umat Islam, dan menjadi dasar persatuan mereka.

Berdasarkan uraian di atas, pada refleksi Rajab 1445 H ini, ada di antara kaum muslimin mengusung peringatan Isra Mi’raj dengan tema, ‘It is time to be one ummah’. Frasa tersebut lagi hit dan populer, dapat dimaknai sebagai ajakan bagi umat Islam untuk bersatu, saling mendukung, dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama, yaitu menjalankan ajaran Islam dan berkontribusi pada kesejahteraan umat manusia.

Sejalan dengan aspirasi tersebut, dalam tema yang lain, sejumlah Pakar Falak Muhammadiyah  dengan intens mendorong upaya pembakuan Kalender Hijriah Global Terpadu (KHGT) (https://muhammadiyah.or.id/kalender-islam-global-dapat-menjadi-jalan-tengah-untuk-menyatukan-agenda-umat-islam/)

Salah satu upaya terbaru adalah komitmen Persyarikatan Muhammadiyah yang mencanagkan penerapan KHGT sejak 2024 ini.

Upaya ini dapat memecah kebuntuan persatuan kaum muslimin Se-Dunia dalam menyelenggarakan berbagai peristiwa-peristiwa penting kaum muslimin. 

Konsep KHGT tersebut mengusung penerimaan terhadap imkanur rukyat, kesatuan matlak, satu hari satu tanggal di seluruh dunia, penggunaan internasional dateline, dan penggunaan kalender Islam untuk urusan ibadah dan muamalah. 

Apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah bukanlah hal yang baru. Organisasi Konferensi Islam (OKI) telah memulai sejak lebih dari 41 tahun yang lalu (https://jurnalbimasislam.kemenag.go.id/jbi/article/view/32). Namun, tantangan utama dalam menerapkan kalender Islam global ini adalah bahwa banyak umat Islam, termasuk para ahli falak dan syariah, belum sepenuhnya memahami konsep, kegunaan, dan urgensi kalender Islam global (https://muhammadiyah.or.id/kalender-islam-global-definisi-dan-urgensi/).

Pada tahun 2016, Turkiye juga telah memperkenalkan konsep Kalender Islam Global dalam Kongres Internasional Unifikasi Kalender Hijriah Global yang diselenggarakan di Istanbul. Konsep ini dipilih dengan prinsip "Satu hari satu tanggal untuk seluruh dunia" dan dianggap "ideal" untuk mewujudkan kalender Islam pemersatu. Kalender ini disusun berdasarkan Kriteria Istanbul (https://jurnal.tarjih.or.id/index.php/tarjih/article/view/104/108). Sayangnya, upaya Turkiye tersebut masih belum diadopsi sebagai kesepakatan global.

Umat Islam tentu menanti terobosan ini menjadi konkret sebagai komitmen global kaum muslimin, yang tidak hanya sebagai rencana OKI ---yang gaungnya menjadi redup, Turkiye, dan Ormas Muhammadiyah. 

Jika gagasan ini terwujud, tentu akan menghadirkan sensasi yang unik, kaum muslimin akan ber-Idul Fitri dan Idul Adha secara serempak seluruh dunia. Sebuah suasana yang mengimplementasikan pemahaman bahwa kaum Islam adalah satu Umat. Wallahu A’lam Bishawab. 


*) Pengurus ICMI Orda Wakatobi

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.