Header Ads


RESIKO KEBOHONGAN PEMIMPIN


Catatan: Syah Jihad Fi Sabilillah

Antonim dari jujur adalah bohong. Kita sebagai manusia memang tidak suka dengan perbuatan berbohong. Kita juga tidak suka dengan  peraturan yang tidak adil alias zalim. 

Contohnya saja seperti; pemimpin organisasi, pemimpin keluarga, dll. Jadi pemimpin saja sudah susah apalagi yang lebih besar dari itu. 

Tentu lebih besar tanggungjawabnya. Betul? Itulah sebabnya.

Salah satu cobaan jadi pemimpin yang jujur, adalah gangguan setan semakin besar. Mau tahu? Mengapa semakin besar gangguannya?

Jawabannya, pemimpin jujur itu semakin besar ujiannya. Karena setan tidak suka dengan orang yang adil. Agar orang tersebut tidak memberlakukan hal yang adil kepada bawahannya. 

Makanya, itulah salah satu ujian terbesar bagi orang jujur. Itulah mengapa pentingnya orang  jujur agar berlaku adil. 

Kesimpulannya, orang yang bohong berarti nantinya akan melakukan hal-hal yang tidak adil kepada bawahannya. Jadi, kalau kita berbohong maka menjadi teman setan. Naudzubillah. Dan ada ayatnya di Al-Qur'an Surah An-Nisa (4): ayat 110, 111, dan 112. 

[110] Dan barang siapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. 

[111] Dan barang siapa berbuat dosa, maka sesungguhnya dia mengerjakannya untuk (kesulitan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. 

[112] Dan barang siapa berbuat kesalahan atau dosa, kemudian dia tuduhkan kepada orang yang tidak bersalah, maka dia telah memikul suatu kebohongan dan dosa yang nyata. 

Poin yang penting dalam ayat ini:

Pada ayat 110 itu adalah sebagai bukti bahwa, Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
Meskipun, ketika perbuatan dulu kita banyak melakukan kejahatan, dan menganiaya diri sendiri, Allah SWT tetap Maha Pengampun dan Maha Penyayang kepada hambanya. 

Ayat 111 bahwa ketika kita berbuat dosa, sebenarnya, kita hanya melakukan untuk kesulitan kepada diri kita sendiri. Dan, Allah Maha Mengetahui Maha Bijaksana. 

Ayat 112 yang berarti, apabila, kita melakukan perbuatan yang dosa (kesalahan) baru kita tuduhkan/fitnahkan kepada orang lain atau kepada orang yang tidak bersalah. 
Maka dia telah memikul suatu kebohongan dan dosa yang nyata. 

Dan, orang jujur itu adalah orang yang nantinya akan melakukan hal-hal yang adil kepada bawahannya. Maka insyaallah kita akan selalu bersama. 

Karena,"Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana". 

Wallahualam bissawab.(***)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.