Header Ads


MENYAMPAIKAN DAKWAH, HARUSKAH MENJADI ALIM TERLEBIH DAHULU?



Oleh: Syahril Abu Khalid

Diantara kewajiban yang ditetapkan bagi seorang muslim adalah berdakwah menyampaikan nasehat yaitu dengan menyeru manusia ke jalan Allah Subhanahu wata'aala.

Perihal ini sampai-sampai disebutkan oleh Allah Subhanahu wata'aala sebagai predikat sebaik-baiknya perkataan.

Allah Subhanahu wata'aala menyebutkan dalam firman-Nya:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru manusia ke jalan Allah, ia beramal sholeh dan berkata sesungguhnya aku adalah bagian dari orang-orang yang berserah diri". (QS. Al fussilat : 33)

Kedudukan ini, dipandang sebagai kedudukan yang mulia, kalimat ومن أحسن dalam ayat diatas menunjukkan bentuk "istifham inkari", artinya Allah bertanya sekaligus memberikan pengingkaran secara mutlak, bahwa tidak ada satupun perkataan yang paling baik di dunia ini, kecuali perkataan dakwah menyeru manusia ke jalan Allah.

Karena itu, siapa saja yang telah melakukan aktivitas dakwah maka ia telah melakukan suatu amalan yang dimuliakan oleh Allah.

Kenapa? Tentu karena aktivitas dakwah adalah aktivitas yang dilakukan oleh manusia-manusia pilihan Allah yakni para Nabi dan Rasul. Sehingga wajar aktivitas ini membutuhkan Ilmu dan kesabaran yang super. 

Aktivitas dakwah dengan kata lain adalah mengajak manusia untuk mengamalkan ajaran Islam. Boleh jadi ajaran Islam itu berupa pengamalan Islam dalam level individu, level masyarakat bahkan yang jauh lebih besar adalah dalam konteks negara.

Disinilah konteks yang harus kita dudukan dengan benar. Kita bisa memahami akhir-akhir ini merebak berita di media sosial berkaitan potongan video ustaz Felix Siauw yang mendapatkan kritikan atau kalau boleh saya katakan adalah cibiran dari "mereka-mereka" yang berusaha mencari-cari celah berupa kesalahan untuk melakukan stigma buruk terhadap para dai-dai Hizbut Tahrir.

Dalam video itu Ustaz Felix menjelaskan tentang makna hikmah dalam salah satu sila dari Pancasila dengan mengutip ayat Al-Jumu'ah ayat 1, dari video itu kemudian seorang Rais NU "Ahmad Ishomuddin" menuliskan catatannya dengan memberikan kritik baik dari sisi bacaan sampai pelafalan ayat Al-Qur'an ustaz Felix Siauw. 

Tidak tanggung-tanggung Rais NU ini kemudian memberikan kritikan secara detail dari sisi ilmu alat berupa pemahaman tentang bahasa Arab. 

Saya membaca tulisan itu diawal merasakan ada hal yang positif disana, karena bahasa ilmu yang secara ilmiah diungkapkan itu adalah hal yang sangat positif, apalagi mengungkapkan tentang gramatika bahasa Arab.

Namun saya berubah pikiran diakhir catatan itu dengan mengungkapkan pointnya setelah secara apik memberikan kritikan terhadap ulasan potongan video ustaz Felix Siauw dengan mengatakan:

"Tulisan ini saya maksudkan sebagai pengingat bagi kita semua, terutama bagi Felix Siauw, agar ia berkenan merenungkan kembali dan mau menyadari kekeliruannya, agar kembali ke jalan yang benar dengan cara lebih banyak lagi belajar ilmu-ilmu agama kepada para ahlinya sebelum mengajarkannya kepada umat Islam. Berhentilah berkhayal menghabiskan usia yang amat singkat untuk mengganti sistem pemerintahan yang telah amat mapan di dunia ini dengan khilafah. Itulah kekhilafan yang selama ini Felix Siauw meyakininya sebagai sebuah kebenaran mutlak. Padahal, membaca satu ayat saja ternyata masih banyak kesalahan, apalagi menafsirkannya, atau apalagi menerapkannya. Jangan pernah tanpa sadar menjadi orang yang sesat dan menyesatkan".

Ujung tulisan ini membuat saya geli dan merasakan ada hawa-hawa status quo disana. 

Kritikan itu jelas tidak lah dengan hati yang ikhlas diberikan, namun itu muncul akibat kegeraman dan kebencian terhadap aktivis Hizbut Tahrir yang dengan berani dan gigih terus berjuang mendakwahkan kehidupan Islam melalui tegaknya Khilafah.

Ide kefarduan Khilafah itu tidak pernah mampu dibantah secara intelektual bahkan ilmiah sekalipun. Karena jika mau membantah konteks pemikirannya, harusnya Saudara "Ahmad Ishomuddin" ini mengemukakan pendapat, ulama mana yang menjelaskan tentang tidak wajibnya Khilafah dan buruknya sistem Khilafah itu.

Tapi sudahlah, saya sudah paham poinnya. Tidak ada nasehat disana yang ada adalah kebencian dan bully kepada pejuang Khilafah, yang ada hanya mencari-cari celah dan kesalahan untuk ditampakkan kepada publik dan mempermalukan pejuangnya, sebagai bagian dari upaya mencela perjuangan penegakkan hukum Islam melalui tegaknya Khilafah.

Maka dari itu Al faqir mengingatkan kepada antum..

Imam Syafi'i rahimahullahu berkata :

تعمدني بنصحك في انفرادي . وجنبْني النصيحة في الجماعهْ .فإن النصح بين الناس نوع. من التوبيخ لا أرضى استماعهْ . وإن خالفتني وعصيت قولي. فلا تجزعْ إذا لم تُعْطَ طاعهْ

“Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu Pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku. Maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti” (Diwan Asy Syafi’i, hal. 56).


Muhammad bin Manazil rahimahullah berkata:

الْمؤمن يطْلب معاذير إِخوانه ، والْمنافق يطلب عثرات إِخوانه

“Seorang mukmin itu mencari udzur (alasan-alasan baik) terhadap saudaranya. Sedangkan seorang munafik itu mencari-cari kesalahan saudaranya” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman no.10437).

Disisi lain apa yang dituduhkan kepada Ustaz Felix Siauw bahwa keilmuannya tidak bersanad, ini adalah kedustaan dan pra sangka buruk kepada saudara sesama muslim.

Ustaz Felix Siauw telah belajar dari para Asatidz Hizbut Tahrir yang mumpuni, karena itu lihatlah perkembangan beliau dengan adil dan proposional. Beliau terlahir dari keluarga non muslim, dengan hidayah dari Allah kemudian beliau memeluk Islam.

Namun anda bisa menyaksikan pemahaman beliau telah jauh melampauhi seorang muslim yang justru terlahir dari keluarga muslim itu sendiri. Seharusnya kita bersyukur beliau mendapatkan hidayah Islam dan menjadi garda terdepan pejuang Islam.

Saya yakin siapapun kita adalah manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan, tidak ada yang "maksum" kecuali para Nabi dan Rasul. Karena itu antum yang mengkritisi beliau, apakah berani dan telah yakin mengatakan lebih mulia dan lebih baik dari beliau? 

Allah Subhanahu wata'aala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ..

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)..". (QS. Al Hujuraat : 11)

Sekali lagi tentu ustaz Felix Siauw terus belajar, karena siapapun syabab Hizbut Tahrir diwajibkan halaqoh setiap pekannya, oleh sebab itu kekeliruan dan kesalahan dalam mengutip ayat adalah hal yang biasa dan manusiawi. 

Karena dakwah pada hakekatnya tidak menuntut seseorang Alim terlebih dahulu. Apa yang diketahui dari satu ayat Al-Qur'an, cukuplah itu sebagai ilmu yang harus kita sampaikan kepada orang lain.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً

“Sampaikanlah dariku, meskipun satu ayat.” (HR. Bukhari no. 3461)

Kemudian perhatikanlah mutiara hikmah dari seorang ulama tabi'in yakni Al Imam Hasan Al Bashri rahimahullahu ta'ala :

قال الحسن البصري رحمه الله : أيها الناس إني أعظكم ولست بخيركم ولا أصلحكم،

"Berkata Imam Hasan Al Bashri: Wahai manusia, sesungguhnya aku tengah menasihati kalian, bukan berarti aku orang yang terbaik diantara kalian, bukan pula orang yang paling shalih di antara kalian".

 وإني لكثير الإسراف على نفسي، غير محكم لها ولا حاملها على الواجب في طاعة ربها،

"Sungguh, akupun telah banyak melampaui batas terhadap diriku. Aku tidak sanggup mengekangnya dengan sempurna, tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam menaati Rabb-nya".

 ولو كان المؤمن لا يعظ أخاه إلا بعد إحكام أمر نفسه؛ لعُدم الواعظون،

"Andaikata seorang muslim tidak memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya menjadi orang yang sempurna, niscaya tidak akan ada para pemberi nasihat".

 وقلّ المذكرون، ولما وُجد من يدعو إلى الله جل ثناؤه، ويرغّب في طاعته، وينهى عن معصيته،

"Akan menjadi sedikit jumlah orang yang mau memberi peringatan dan tidak akan ada orang-orang yang berdakwah di jalan Allah ‘Azza wa Jalla, tidak ada yang mengajak untuk mentaati-Nya, tidak pula melarang dari bermaksiat kepada-Nya".

 ولكن في اجتماع أهل البصائر ومذاكرة المؤمنين بعضهم بعضًا حياة لقلوب المتقين، وإذكار من الغفلة، وأمن من النسيان، 

"Namun dengan berkumpulnya ulama dan kaum mukminin, sebagian memperingatkan kepada sebagian yang lain, niscaya hati-hati orang-orang yang bertakwa akan hidup dan mendapat peringatan dari kelalaian serta rasa aman dari lupa dan kekhilafan".

فالزموا ـ عافاكم الله ـ مجالس الذكر، فربّ كلمة مسموعة ومحتقرٍ نافع.

"Maka terus meneruslah -semoga Allah mengampuni kalian- engkau berada pada majelis-majelis dzikir (majelis ilmu), bisa jadi satu kata yang terdengar merendahkan diri kita sangat bermanfaat bagi kita".

واتقوا الله عز وجل حق تقاته ولا تموتن إلا و أنتم مسلمون.
(مواعظ للإمام الحسن  البصري. ص:١٨٥)

"Bertaqwalah kalian semua kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim.”

(Mawai’zh lilImam Al-Hasan Al-Bashri, hal.185).

Dengan demikian menyampaikan dakwah Islam adalah kewajiban. Kawajiban itu tidak menunggu anda benar-benar alim seratus persen, namun sampaikanlah dakwah Islam sembari terus belajar dan memperbaiki diri.

Wallahualam bissawab.(***)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.