Sistem Sekuler Memusuhi Khilafah
Oleh: Astina (Pegiat Opini)
Hagia Sophia adalah simbol kebenaran bisyarah Rasulullah Muhammad SAW, ia adalah pengingat sekaligus penyemangat bagi kaum muslim di seluruh dunia. Pada 29 Mei 1453 ketika Sultan Mehmed (Al-Fatih) beserta pasukannya menaklukan Konstantinopel, tempat pertama yang dikunjungi adalah Hagia Sophia yang selanjutnya dijadikan sebagai Masjid bagi kaum muslimin.
Hagia Sophia (Aya sofya) dijadikan sebagai masjid sampai tahun 1934, yang kemudian dijadikan museum ketika Kabinet Turki memaksanya. Hingga tahun 2020, Erdogan dan pemerintahannya membuka kembali jalan untuk Aya sofya menjadi Masjid, Allahuakbar!
Penolakan dan Tuduhan
Partai berkuasa di Turki telah menolak seruan majalah pro-pemerintah untuk membangkitkan kembali kekhalifahan Islam, menyusul pembukaan kembali Hagia Sophia di Istanbul sebagai masjid. Juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pada Senin (27/7/2020) meyakinkan kaum skeptis bahwa Turki akan tetap menjadi republik sekuler setelah majalah Gercek Hayat menimbulkan kegemparan dengan menyerukan pembaruan kekhalifahan.
"Republik Turki akan berdiri selamanya. Dengan doa dan dukungan dari negara kita, dan di bawah kepemimpinan presiden kita, kita berjalan menuju apa yang disebut tujuan yang tak terjangka untuk negara dan kemanusiaan kita. Republik kita akan terus bersinar," tambahnya sebagaimana dilansir Al Araby (wartaekonomi.co.id, 06/08/2020).
Asosiasi Bar Ankara mengajukan pengaduan pidana terhadap Gerçek Hayat. Majalah yang dimiliki oleh Albayrak Media Group ini mengeluarkan seruan untuk membangkitkan kembali kekhalifahan Islam. Pengacara asosiasi menuntut agar kolumnis pro pemerintah Yeni Akit, Abdurrahman Dilipak, yang membagikan sampul majalah di media sosial, dan pemimpin redaksi Gerçek Hayat, Kemal Özer, menghadapi tuduhan yang diberikan.
Adapun tuduhan yang diberikan adalah, menghasut orang-orang untuk melakukan pemberontakan bersenjata melawan Republik Turki, menghasut masyarakat membentuk kebencian dan permusuhan dan menghasut orang untuk tidak mematuhi hukum (republika.co.id, 06/08/2020)
Seruan kembali ke Khilafah dianggap oleh kubu sekuler sebagai ajakan yang tidak dapat diwujudkan dalam hukum dan sebagai bentuk ajakan pemberontakan bersenjata. Padahal dalam sejarahnya, Daulah Islam yang menjadi cikal bakal Khilafah didirikan tanpa pertumpahan darah. Rasulullah SAW mampu mendirikan Daulah dan dilanjutkan oleh para Khulafaur Rasyidin dengan cara damai dalam bentuk perubahan total sistem.
Turki yang sekuler ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Bangsa Turki adalah bangsa yang hebat, yang pernah menundukkan dunia dengan kekuatan militernya. Padahal Sultan Muhammad Al Fatih menaklukkan Konstantinopel bukan karena seruan kebangsaan Turki tetapi karena motivasi agama.
Sekularisme adalah ruh Turki Modern saat ini. Kembali kepada Khilafah bermakna ancaman bagi sekularisme yakni pemisahan agama dari kehidupan. Khilafah tegak artinya hancurnya tatanan politik sekuler, dan kaum Muslimin akan kembali menyatukan agama dan kehidupan. Ketika Turki kehilangan identitas sekularismenya, maka hal tersebut bagi Barat adalah ancaman. Sebab ajakan ke Khilafah bermakna kembali ke Politik Islam, yakni kembali pada tatanan dimana Islam mengatur segala aspek kehidupan.
Pembuktian Bisyarah Rasulullah
Dibawah panji Islam, sang Sultan mewujudkan Bisyarah Allah SWT dan Rasul-Nya sebagai Muslim atau Panglima terbaik yang menaklukkan Kota Terbaik kala itu yaitu Konstantinopel. Yang kemudian kota tersebut diganti dengan nama Islambul (Full Of Islam atau Penuh dengan Islam) bukan Full of Turky (Penuh dengan Kebangsaan Turki).
Kepemimpinan selanjutnya dalam Kekhilafahan Turki Ustmani berhasil menaungi 2/3 dunia dengan cahaya Islam. Warga negaranya menjunjung tinggi Hukum Islam dan berasal dari berbagai latar belakang Suku, Agama dan Ras.
Setelah pengembalian status masjid Hagia Sophia, seruan khilafah semakin mendapat sambutan masyarakat turki. Ini menegaskan bahwa umat menginginkan perubahan mendasar karena kegagalan sistem sekuler saat ini untuk memberi solusi. Namun, seruan kembali pada sistem khilafah justru di diskriminasi oleh rezim sekuler.
Ini menegaskan bahwa sistem sekuler memusuhi Islam dan menghalangi tegaknya khilafah. Dan sekuat apapun kebangkitan Islam dibendung, maka itu adalah sesuatu hal yang mustahil. Oleh sebab, menghalangi kebangkitan Islam sama halnya menahan terbitnya matahari.
Wallahualam bissawab.(*)
Post a Comment