Header Ads


Buku Sejarah Islam Dikriminalisasi, Bukti Menguatnya Islamphobia

Oleh: Tsabita Fiddina (Pelajar)


      Memahami  sejarah dan peradaban Islam merupakan bagian penting yang tidak mungkin dipisahkan dari kehidupan manusia terutama kaum Muslimin dari masa ke masa. Betapa tidak, dengan memahami sejarah dengan baik dan benar, kaum Muslimin bisa bercermin untuk mengambil banyak pelajaran dan membenahi kekurangan atau kesalahan mereka guna meraih kejayaan dan kemuliaan dunia dan akhirat.


       Tapi bagaimana dengan kondisi saat ini, di alam kehidupan yang telah jauh dari masa kegemilangan Islam dan telah tertanam nilai-nilai sekuler pada mayoritas muslim, kecurigaan berlebihan terhadap umat Islam kerap terjadi. Islam diidentikkan dengan sumber teroris. Ajaran Islam dianggap mengajarkan orang menjadi teroris, seperti jihad, perang, halalnya darah orang kafir dan sebagainya. Bahkan dibangkitkan rasa phobia dan alergi  pada  sejarah Islam dan serta para aktivis Islam yang berjuang mengembalikan ghiroh kaum muslimin atas kerinduan munculnya kembali peradaban Islam di anggap bertentangan dengan prinsip dasar bernegara.


        Sungguh di luar nalar kita, mengapa muslim gelisah dengan mempelajari buku tentang sejarah Islam? Padahal, dari buku tersebut ia akan temukan banyak ibrah juga motivasi tentang kejayaan agamanya sendiri. Ketua Lembaga Pendidikan Maarif Nadhatul Ulama (PWNU) Babel Muhammad Nur Fauzan, Jumat (2/10), mengatakan pihaknya mengajukan protes kepada Gubernur Babel atas surat yang dikeluarkan dinas pendidikan tersebut. Dalihnya, substansi isi buku Muhammad Al-Fatih 1453 bukan berisi penumbuhan semangat perjuangan Muhammad Al-Fatih sebagai konsep ajaran khilafah ala minhaj an-nubuwah sebagaimana yang disepakati ulama ahlussunnah wal jannah. Namun, ia menilai buku itu sebagai upaya penggiringan pengajaran konsep perjuangan khilafah versi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sebagai ormas terlarang di Indonesia dan dunia. Hal ini diperkuat dengan penulis buku itu, Felix Siauw, sebagai aktivitas HTI.(mediaindonesia.com)


          Kepemimpinan peradaban Islam selama 1300 tahun telah terukir dalam torehan sejarah dimasa Bani Utsmaniah. Muhammad al-Fatih adalah salah seorang raja atau sultan Kerajaan Utsmani yang paling terkenal. Ia merupakan sultan ketujuh dalam sejarah Bani Utsmaniah. Berbagai metode dan strategi dilakukan meskipun tak jarang menemui kegagalan. Pada 20 Jumadil Awal 857 H bertepatan dengan 29 Mei 1453 M, Al Fatih beserta bala tentaranya berhasil menaklukkan Konstantinopel.


Dia sukses memasuki wilayah Konstantinopel dengan membawa serta kapal-kapal mereka melalui perbukitan Galata, untuk memasuki titik terlemah Konstantinopel, yaitu Selat Golden Horn. Ketika itu, Sultan Mehmed II beserta ribuan tentaranya menarik kapal-kapal mereka melalui darat.  Meski ada tentaranya mengatakan kemustahilan untuk melakukan startegi tersebut. Namun, Mehmed II tidak gentar. Dia dengan tegas mengatakan kepada seluruh tentaranya untuk bergegas dan melaksanakan strategi tersebut.


Tujuh puluh kapal diseberangkan melalui bukit hanya dalam satu malam, saking hebatnya Sastrawan Yoilmaz Oztuna berkata, “Tidaklah kami pernah melihat atau mendengar hal ajaib seperti ini, Mehmed telah menukar darat menjadi lautan dan melayarkan kapalnya di puncak gunung. Bahkan usahanya ini mengungguli apa yang pernah diilakukan oleh Alexander The Great”.


Demikianlah sebagian penggalan cerita sejarah  keberhasilan penaklukkan Sultan Muhammad Al-Fatih di Kota Konstantinopel. Hal yang tak terindera oleh manusia manapun yang hidup di masa Rasulullah SAW, berdasar pada keyakinan pada janji Allah SWT semata bahwa panji-panji Islam akan tersebar dan menancap di semua belahan dunia. Pada akhirnya bisyaroh itu terjawab  Panji Islampun tertancap kuat di jantung kota Konstantinopel oleh seorang yang telah melayakkan dirinya pada hadits  Rasulullah SAW, yang di ucapkannya  kurang lebih 800 tahun yang lalu.  Sultan Muhammad Al Fatih menjadi jawaban dari bisyarah Rasulullah yang tertera pada hadistnya. “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR Ahmad bin Hanbal Al Musnad).


        Dari pemahaman yang ditanamkan Barat yang menyimpulkan bahwa Islam berpotensi besar melahirkan benih-benih terorisme. Tapi, maksud hati ingin memberikan citra buruk kepada Islam, yang terjadi malah memberikan ketertarikan besar terhadap Islam.


Ketakutan yang berlebihan terhadap Islam ini justru memunculkan ketertarikan bagi warga Eropa untuk belajar mendalami Islam yang sebenarnya. Pada akhirnya mereka justru berbondong-bondong masuk Islam.

Dalam penerapan syariat Islam secara kaffah. Bagi kebanyakan orang beranggapan akan tegaknya kembali sistem kekhilafahan Islam merupakan sesuatu yang mustahil. Namun karena itu merupakan sesuatu yang sudah dikabarkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, maka kita wajib untuk meyakininya. Karena itu janji Allah tentang akan kembalinya Khilafah ala minhaj annubuwwah. 


Beliau bersabda: Kemudian akan tegak kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian (HR.Muslim).   


Tentu kabar yang disampaikan oleh Rasulullah harus diwujudkan oleh seluruh kaum muslim dengan penuh perjuangan dan kesungguhan. Dalam hal ini kita harus meneladani Muhammad Al Fatih yang berjuang sungguh sungguh menaklukkan konstantinopel yang sebelumnya telah dikabarkan oleh Rasulullah SAW akan ditaklukkan oleh kaum Muslim. Wallahualam bissawab.[*]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.