Header Ads


Paradoks Eran Katz

 

Oleh: Sunarwan Asuhadi (Ketua MASIKA ICMI Orda Wakatobi)


Selang beberapa jam setelah kesepakatan gencatan senjata pada Jumat (21/5/2021) dini hari, bentrokan antara polisi Israel dengan warga Palestina kembali terjadi.


Melansir Al Jazeera, polisi Israel kembali menyerbu Kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur, Jumat (21/5). Aparat Israel melepaskan gas air mata ke arah jamaah selepas shalat Jumat.


Bagi pihak yang memahami karakter Yahudi, tentu ini tidak mengagetkan. 


Kenapa demikian?


Jangankan warga Palestina, yang notabene adalah warga yang mereka ingin singkirkan, nabi dan rasul Allah saja ---dari kalangan mereka--- yang hendak membimbing mereka, mereka berani khianati.


Apa kurang penolongnya Nabi Musa as? Yang telah menyelamatkan mereka dari perbudakan Fir'aun. Bukankah Nabi Musa as juga yang telah menyelamatkan Yahudi dari kejaran pembunuhan Fir'aun?


Apa kurang perlindungannya Nabi Daud as? Yang telah berhasil menundukkan Goliath dan mendirikan kerajaan Bani Israil yang kuat dan luas untuk melindungi mereka. Namun, tak ada kesyukuran pada mereka, yang berujung pada laknat Nabi Daud as dan penguasaan Babylonia pada mereka.


Apa kurang hikmahnya Nabi Sulaiman as? Yang telah melanjutkan kekuasaan ayahnya, Nabi Daud as. Yang dengan itu, atas izin Allah SWT, Nabi Sulaiman as menundukkan aneka makhluk dalam kekuasaannya. Namun, hikmah agung itu berujung pada klaim Tukang Sihir oleh Yahudi untuk Nabi Sulaiman as.


Apa kurang bukti kewahyuan dalam diri Nabi Isa as yang ditunjukkan kepada mereka? Namun pengkhianatan itu terjadi dengan rencana pembunuhan terhadap Nabi Isa as.


Apa kurang kebenaran dan kedamaian yang dibawa Nabi Muhammad Saw kepada mereka? Yang dibalas dengan pengkhianatan-pengkhianatan dan berujung pada pengusiran warga Yahudi di bumi Madinah.


Dan masih banyak lagi pengingkaran mereka, yang berakhir dengan murka Allah SWT atas mereka.


Sesungguhnya sifat rezim zionis tidak sesuai dengan aneka perdamaian yang telah diresolusikan. Bahkan sekaliber resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sekalipun. Rezim Zionis selalu berusaha memperluas wilayah mereka dan ingin menghilangkan Palestina dari peta dunia.


Lalu apa solusi pamungkas yang layak untuk zionis Israel?


Sejumlah pihak menganggap Yahudi memiliki kecerdasan yang luar biasa. Kecerdasan tersebut ada yang menghubungkannya dengan genetika yang diturunkan oleh kakek buyutnya: Nabi Ibrahim as, Nabi Ishaq as, dan Nabi Ya’qub as.


Al-Qur’an sendiri mengabadikan kecerdasan Nabi Ibrahim as, Nabi Ishaq as, dan Nabi Ya’qub as tersebut dalam QS Shad Ayat 45;


“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi”.


Bahkan Eran Katz  menulis buku: Jerome Become Becomes A Genius - Mengungkap Rahasia Kecerdasan Orang Yahudi, sebagai wujud pengakuannya terhadap kecerdasan Yahudi.


Buku tersebut setebal 442 halaman yang diterbitkan Ufuk Publishing House. Isinya membedah secara detail, mulai dari sejarah, kebiasaan-kebiasaan positif, dan mengembangkan menggunakan otak, sehingga membuat orang Yahudi menjadi cerdas.


Benarkah demikian?


Menyoal tentang bagaimana menaklukan Yahudi, Al-Qur’an memiliki bahasan pamungkas. Solusi menangani Yahudi dapat ditemukan dalam QS. Al-Hasyr, yang asbabun nudzul-nya berlatar pengusiran Bani Nadhir dari Negeri Madinah.   


Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Surah al-Anfaal turun berkenaan dengan Perang Badar sedangkan surah al-Hasyr turun berkenaan dengan Bani Nadhir”.


Namun, dalam surat Al-Hasyr tersebut, kita tidak menemukan satupun sebutan yang tersurat tentang Bani Nadhir. Sehingga surat ini dimaknai relevan untuk seluruh umat Yahudi yang berkhianat.


Surat ini mencakup beberapa dimensi sebagai solusi dalam menangani penghianatan Yahudi. Kesemua dimensi tersebut berakar pada dimensi politik. 


Dimensi politik yang digerakan oleh Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya, tegak secara independen tidak bergantung pada kekuatan apapun. Demikianlah politik negara Islam Madinah yang kita kenal.


Dimensi politik tersebut secara penuh menganut hukum-hukum Allah SWT dan digunakan sebagai alat interaksi dengan pihak manapun, termasuk untuk memberi solusi atas pengkhianatan Bani Nadhir yang berencana ingin membunuh Nabi Muhammad Saw.


Selain itu, Surat Al-Hasyr juga menyoal solusi pada aspek ekonomi. Ketika kurma menjadi komoditas utama saat itu, Allah SWT melegitimasi penebangan beberapa pohon kurma Yahudi. Penebangan tersebut berdampak luar biasa pada suasana batin orang-orang Yahudi.


Sesungguhnya tak kalah menarik adalah dimensi strategi perang. Ketika Yahudi meyakini bahwa benteng-benteng mereka sangat kokoh, yang tidak akan ditembus oleh kaum muslimin.


Karakter Yahudi sesungguhnya bukanlah petarung. Berbeda dengan orang-orang Quraisy Mekkah, yang senantiasa menyiapkan para Mubariz-nya untuk duel tarung ketika berhadapan dengan kaum muslimin.


Bahkan, di tengah kekokohan benteng dan pangan mereka, atas izin Allah SWT mereka diliputi ketakutan yang luar biasa. Hingga pintu-pintu benteng mereka dibuka, secara sukarela dengan tangan-tangan mereka sendiri. Akhirnya pengepungan pun usai dalam 6 hari.


Mereka pun diusir dari pemukimannya di Madinah.


Dalam surat ini, Yahudi diklaim oleh Allah SWT sebagai orang-orang yang tak berakal: lâ yafqahuwn (ayat 13) dan lâ ya’qiluwn (ayat 14). Sebuah sebutan yang paradoks dengan yang diyakini Eran Katz

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.