Header Ads


Pohon Pencabut Nyawa




SEORANG wanita, warga Baubau meregang nyawa, Jumat (18/6/2021) lalu. Faktor penyebabnya karena pohon tumbang menimpanya. Naas, nyawanya tak tertolong.

Oleh: Abu Jihad FS*)

NYAWA Ujianti, warga Kelurahan Wurahabake, Bukit Wolio Indah, Kota Baubau tak bisa terselamatkan. Wanita 31 tahun itu menghembuskan nafas terakhir disalah satu RS Swasta.(Publiksatu.Co)   

Sepeda motor yang dikendarainya tertimpa pohon di Jalan Sultan Hasanuddin, Kelurahan Batulo, Kecamatan Wolio, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara. 

Salah seorang keluarga korban Kasman, mengaku Ujianti pergi bertiga dengan saudara hendak ke pasar berbelanja. Sebelum tiba di pasar saat perjalanan, korban tertimpa pohon.

Sementara itu, Kasat Lantas Polres Baubau, Iptu R. Muliadi membenarkan telah terjadi Laka Lantas yang mengakibatkan satu orang berinisial U meninggal dunia dan dua lainnya berinisial R dan OMA mengalami luka. “Pada saat tiba di tempat terjadinya kecelakaan telah ditimpa sebuah pohon yang tumbang secara tiba-tiba yang tumbuh di pinggir jalan,” ujar R Muliadi kepada Publiksatu.Co.

R Muliadi menambahkan, akibat dari kecelakaan tersebut pengendara U mengalami luka robek pada dagu, patah pada tulang leher. Korban sempat dirawat pada RSU Siloam Kota Baubau.

“Selanjutnya sekitar jam 11.00 Wita dinyatakan meninggal dunia di ruang IGD RSU Siloam Kota Baubau,” ungkap R Muliadi.

Mencermati kondisi yang dialami Ujianti membuat kita mengurut dada. Bisa diakatakan, karena perkara sepele, nyawanya melayang. Kenyataan yang harusnya tidak boleh terjadi.

Bila pihak terkait cermat dengan penataan kota, mestinya negara hadir untuk memastikan keamanan dan kenyamanan kota kepada masyarakat. Bukankah keamanan adalah kebutuhan pokok yang mesti diberikan negara. Wajib dipenuhi tanpa syarat. Gratis pula.   

Teringat ketakutan Khalifah Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu tentang jalan berlubang di Irak. Amirul mukminin Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu yang terkenal tegas dan tegar dalam memimpin kaum muslimin tiba-tiba menangis, dan kelihatan sangat terpukul. Informasi salah seorang ajudannya tentang peristiwa yang terjadi di tanah Iraq telah membuatnya sedih dan gelisah. 

Seekor keledai tergelincir kakinya dan jatuh ke jurang akibat jalan yang dilewati rusak dan berlobang. Melihat kesedihan khalifahnya, sang ajudan pun berkata: “Wahai Amirul Mukminin, bukankah yang mati hanya seekor keledai?” dengan nada serius dan wajah menahan marah Umar bin Khaththab bekata,“Apakah engkau sanggup menjawab di hadapan Allah ketika ditanya tentang apa yang telah engkau lakukan ketika memimpin rakyatmu?”

Dalam redaksi lain yang pernah saya dapatkan Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata,“Seandainya seekor keledai terperosok di Kota Baghdad karena jalanan rusak, aku sangat khawatir karena pasti akan ditanya oleh Allah Ta’ala,"Mengapa kamu tidak meratakan jalan untuknya?"

Harus ada sosok pemimpin yang bukan hanya memiliki pandangan mata tajam secara zahir tapi juga lembut mata hatinya untuk bisa melihat segala permasalahan. Keledai saja diperhatikan, apalagi nyawa rakyatnya.  

Demikian berat cakupan definisi tanggung jawab seorang pemimpin bagi Umar bin Khaththab. Ia yang berada di Madinah dengan segala keterbatasan komunikasi dan transportasi saat itu masih memikirkan tanggung jawabnya akan apa yang terjadi ribuan mil di Kota Baghdad.

Seorang pemimpin yang punya pandangan nun jauh, hingga ke kehidupan akhirat. Pemimpin yang hanya bisa dicetak dalam system Islam.(**)

(*)Khadim Majelis Nafsiyah Islamiyah (MNI) Wilayah Kepulauan Buton (Kepton)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.