TKA Cina Mendominasi Sultra, Rakyat Pribumi menjadi Terintimidasi
Oleh : rasyidah (mahasiswa STAI YPIQ Baubau)
Dilansir
oleh TELISIK.ID - tercatat sebanyak 3.543 orang tenaga kerja asing (TKA)
bekerja di Sulawesi Tenggara (Sultra) periode 2021 lalu, dilaporkan dari Kantor
Imigrasi Kelas I TPI Kendari. Terbagi 8 Kabupaten dan 1 Kota yang meliputi
wilayah tugas Imigrasi Kendari.
Samuel
Toba selaku Kepala Imigrasi Kelas I TPI Kendari, menerangkan dari 8 kabupaten
dan 1 kota yang meliputi wilayah tugas Imigrasi Kendari, pihaknya mencatat
terjadi penurunan jumlah TKA sejak dua tahun terakhir, Dari tahun 2020 sampai
2021 mengalami penurunan jumlah TKA sekitar 10 persen.
Samuel
Toba juga mengatakan, masalah pandemi COVID-19 yang mewajibkan karantina dan
pengurusan tambahan adminstrasi yang memungkinkan menurunnya jumlah TKA di
wilayah tugas Imigrasi Kendari. Jumlah TKA yang bekerja di 9 kabupaten dan kota
Imigrasi Kendari, yakni Kota Kendari ada sebanyak 15 TKA, Konawe Selatan
sebanyak 22 TKA dan Kabupaten Konawe Utara sebanyak 8 TKA.
Samuel
toba juga mengatakan di Kabupaten Kolaka ada 21 TKA, Kolaka Utara sebanyak 6
TKA dan Kabupaten Konawe sebanyak 3.471 orang TKA. Jumlah TKA asal Negara Cina mendominasi
wilayah Sultra, dan rata-rata bekerja di perusahaan pertambangan. Sementara
itu, untuk di Kabupaten Konawe Kepulauan, Kolaka Timur dan Kabupaten Bombana
tidak ada TKA yang mengusulkan untuk bekerja di sana selama tahun 2021.
Masuknya
TKA di tengah kesempitan ekonomi sejak pandemi Covid-19 adalah sebuah ironi
yang mengintimidasi hati rakyat. Betapa tidak, di saat rakyat diperintahkan
untuk mengunci pintu-pintu rumah mereka dari segala aktivitas, warung-warung
dan toko ditutup, perkantoran, pasar, masjid, sekolah juga dilarang, sekadar
untuk mecari makan untuk menyambung hidup mereka pun dicegat, bahkan tidak
sedikit yang harus kehilangan mata pencaharian mereka karena PHK dan lain-lain.
Akan tetapi justru para TKA ibarat diberi "karpet merah" masuk ke
negeri ini, disambut dan langsung ditempatkan pada perusahaan-perusahaan besar.
Gelombang
kedatangan Tenaga Kerja Asing (TKA) yang masuk ke Indonesia khususnya diwilayah
SULTRA adalah akibat dari perjanjian regional Indonesia dengan negara lain,
negara tidak bisa tegas dan mandiri dalam menetapkan kebijakan. Inilah akibat
dari sistem kapitalisme yang dianut negeri ini. Bagi kapitalisme kepentingan
ekonomi di atas segalanya, bahkan
terhadap kesehatan dan keselamatan nyawa manusia sekalipun.
Persoalan
TKA akan selalu muncul, apalagi ketika bersamaan dengan pekerja lokal, jelas
akan menimbulkan konflik. Mulai dari kecemburuan perihal gaji,
kemampuan/keahlian yang dimiliki hingga tercukupinya kebutuhan pekerja oleh
pemberi kerja, dan tentu demi kenikmatan para korporasi yang kian mengkekang
rakyat pribumi.
Negara
seharusnya memiliki aturan tegas dan bijak terhadap TKA. Apalagi di saat
kondisi ekonomi dalam negeri sedang tidak stabil. Kehadiran TKA saat pandemi
cukup mengintimidasi hati rakyat.
Hingga
saat ini, Negara memandang persoalan tenaga kerja asing bukan persoalan yang
membahayakan kondisi dalam negeri. Sehingga tetap membiarkan pekerja asing
terus berdatangan. Aplagi jika telah menandatangani kontrak kerjasama dengan
Negara yang terkait,Tentu tidak semudah melarang TKA datang.
Di
sisi lain, lapangan kerja di dalam negeri
yang kian sempit, justru tidak dicarikn solusinya. Pdahal rakyat
khususnya kaum lelaki dengan usia produktif, masih bnyak yang menganggur.
Penetapan
kebijakan yang tidak prorakyat jelas terlihat ketika para penguasa lebih
mementingkan para kapital. Sistem kapitalisme memang tidak akan mampu
memberikan kesejahteraan yang merata bagi rakyat. Hal ini sangat terasa saat
ini, rakyat begitu sulit memenuhi kebutuhan hidup dan negara tak begitu
maksimal memberikan solusi saat pandemi.
Hanya
membutuhkan sistem yang indepen, mandiri, lepas dari ketergantungn Negara lain,
untuk bisa menunjukkan bahwa kerjasama dengan Negara lain, ketika menimbulkan
masalah dalam negeri, Negara tidak akan membiarkan berlarut atau menyetujui
pertukaran Tenaga kerja.
Sudah
saatnya negeri ini berhijrah menjadi negara yang mandiri. Keterlibatan asing
dalam penentuan kebijakan menjadi sebab utama ketidakmandirian suatu bangsa.
Hal ini disebabkan oleh tidak adanya sistem yang kuat yang mampu menjadikan
negara memiliki posisi di mata dunia.
Negeri
ini butuh ideologi atau sistem yang kuat dan diterapkan secara sempurna dalam
kehidupan. Sistem yang mampu menjadikan negara memimpin dunia tanpa bisa
disetir negara lain. Itulah sistem Islam yang bersumber dari Allah SWT Sang
Pencipta dan Pengatur kehidupan.
Peradaban
Islam berjaya selama berabad-abad menjadi negara super power. Tak pernah bisa
disetir negara kafir. Bahkan selalu menjadi negara mandiri dan kuat. Jikapun
memperkerjakan TKA pastinya bukan karena mengikuti arahan negara lain. Hal itu
karena kuatnya kepemimpinan berfikir yang dianut oleh negara Islam dan
konsistensi negara dalam mengutamakan kepentingan rakyat.
Berdasarkan
dalam Islam, fungsi suatu negara adalah mengurusi urusan umat. Apabila suatu
negara bersandar dan berlandaskan dengan aturan Islam, sehingga negara bisa
menjalankan fungsinya sebagai pengayom dan pelindung rakyat. Negara akan
memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat. Negara akan menciptakan
lapangan pekerjaan dan SDM dengan skill yang hebat berdasarkan bidangnya
masing-masing dengan cara dilatih, adanya SDM dengan menghasilkan skill yang
hebat tersebut, SDA yang ada di negeri
ini dapat dikelola dan dikembangkan sendiri. Bukan dikelola dan dimiliki oleh perindividu secara kemandirian dengan ekonomi
kapitalis.
Maka
dari itu dengan adanya kemandirian ekonomi yang dikelola oleh negara dengan SDA
yang subur dan melimpah di negeri ini, sehingga terpenuhinya kebutuhan hidup
rakyat, serta terciptanya kemakmuran,
dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Tentunya semua ini juga harus
berlandaskan pada Islam, yang mana hanya Islamlah yang dapat mengatur kehidupan
manusia dengan sempurna.
Cukuplah
sabda Baginda Rasulullah SAW menjadi pengingat bagi penguasa saat ini
Sungguh,
manusia yang paling dicintai Allah pada Hari Kiamat dan paling dekat
kedudukannya di sisi Allah ialah pemimpin yang adil. Orang yang paling dibenci
Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah pemimpin yang zalim. (HR
Tirmidzi). Keadilan itu hanyalah dengan penerapan Islam secara kaffah dengan
pemimpin yang amanah karena takut kepada Allah SWT. Wallahu a'lam.[] (*)
Post a Comment