Header Ads


Kehilangan Empati, Layak Jadi Pemimpin Sejati?


Izzah Saifanah

 

Pertemuan antara Ketua DPP PDIP Puan Maharani dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto pada Ahad, 4 September 2022, dinilai bisa mengancam ambisi Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar untuk menjadi calon wakil presiden pada Pilpres 2024. Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis (TPS) Agung Baskoro menyatakan bahwa PDIP tak mungkin melepas kursi presiden atau wakil presiden jika mereka jadi bergabung dengan koalisi Gerindra dan PKB.  

 

Sungguh ironi, saat rakyat dibombardir dengan naiknya harga BBM disusul dengan kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok. Pemerintah malah sibuk mencari pasangan kontestasi. Seolah empati dan sifat manusiawi mereka terkikis hingga tidak mampu lagi merasakan penderitaan rakyat.

 

Andai saja, para pemangku kebijakan mampu menyelami hati nurani maka tentu kepentingan rakyat akan diutamakan. Tapi faktanya kapitalisme masih berkuasa, hitung-hitungan ekonomi menjadi yang utama. Inilah konsekuensi dipisahkannya agama dari kehidupan. Kehidupan diatur oleh aturan yang bersumber dari akal manusia yang lemah dan terbatas. Kehidupan dipenuhi tuntutan nafsu dan keserakahan hingga lupa apa yang semestinya dilakukan untuk rakyat.

 

Berbeda dengan Islam, keimanan dijadikan asas dalam kehidupan, apa yang telah ditetapkan oleh sang Pencipta adalah sebuah patokan. Termasuk dalam hal kepemimpinan. Pemimpin dalam Islam, memiliki dua fungsi utama yakni sebagai raa'in(penggembala) dan junnah(perisai) sebagaimana Rasulullah saw. bersabda:

“Imam adalah raa’in (penggembala) dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya.” (HR Bukhari)

 

raa‘in (penggembala/pemimpin) adalah “penjaga” dan “yang diberi amanah” atas bawahannya. Rasulullah saw memerintahkan mereka agar memberi nasehat pada setiap orang yang dipimpinnya dan memberi peringatan agar menjauhi sifat khianat.

 

Layaknya penggembala, pemimpin masyarakat seyogyanya mengayomi masyarakat. Menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, dan papan seluruh umat. Selain itu, bertanggung jawab terhadap kebutuhan bersama masyarakat seperti pendidikan serta kesehatan dapat terpenuhi dengan baik.

 

Keteladanan imam sebagai raa'in terlihat pada kepemimpinan Umar Bin Al-Khattab saat menjadi khalifah. Beliau senantiasa mengawasi masyarakat, untuk memastikan ada atau tidak rakyat yang kelaparan. Sedangkan keteladanan sebagai perisai tampak dalam kepemimpinan Khalifah Umar RA.

 

Beliau pernah berkata, “Aku sangat khawatir akan ditanya Allah Swt. kalau seandainya ada keledai terpeleset di jalanan di Irak, kenapa aku tidak sediakan jalan yang rata.” Begitulah, terhadap keledai saja perhatian Umar sangat besar, apalagi kepada nyawa rakyatnya.

 

Keteladanan yang demikian hanya ada pada Islam, saat Islam mampu diterapkan secara menyeluruh dalam sistem kehidupan. Tidak kah kita rindu dengan sosok yang demikian?

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.