Kembali Beraksi: Korea Utara Luncurkan Rudal Jelajah untuk Protes atas Kapal Selam AS
IndonesiaNeo.com --- Dikutip dari Aljazeera.com (22/07/2023), Korea Utara kembali menegangkan situasi di Semenanjung Korea dengan menembakkan beberapa rudal jelajah ke arah laut di sebelah barat Semenanjung. Militer Korea Selatan melaporkan bahwa ini adalah peluncuran rudal kedua yang dilakukan Korea Utara sebagai protes terhadap kedatangan kapal selam berbahan bakar nuklir Amerika Serikat di pelabuhan Korea Selatan.
Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan menyatakan bahwa peluncuran rudal tersebut terdeteksi dimulai sekitar pukul 4 pagi waktu setempat pada hari Sabtu. Situasi ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran dan menuntut respons yang cepat dari militer Korea Selatan dan sekutu-sekutunya.
Sebelumnya, pada hari Rabu, Korea Utara telah menembakkan dua rudal balistik jarak pendek dari dekat ibu kotanya, Pyongyang. Rudal-rudal tersebut terbang sekitar 550 km (341 mil) sebelum mendarat di perairan timur Semenanjung Korea. Jarak penerbangan rudal ini hampir sama dengan jarak antara Pyongyang dan kota pelabuhan Korea Selatan, Busan, tempat kapal selam berbahan bakar nuklir, USS Kentucky, melakukan kunjungan pertamanya ke Korea Selatan sejak tahun 1980-an.
Informasi mengenai jarak penerbangan rudal yang ditembakkan pada hari Sabtu belum segera dirilis oleh JCS, yang memperkuat kekhawatiran atas ancaman yang mungkin dihadapi oleh wilayah tersebut.
Peluncuran rudal ini terjadi saat Seoul dan Washington meningkatkan kerjasama pertahanan mereka untuk menghadapi meningkatnya ketegangan dengan Korea Utara. Upaya ini termasuk latihan militer bersama antara AS dan Korea Selatan, melibatkan jet siluman canggih, serta putaran baru pertemuan perencanaan darurat nuklir.
Ancaman tak langsung dari pihak Korea Utara juga telah mengemuka, dengan Menteri Pertahanan Korea Utara, Kang Sun-nam, mengeluarkan pernyataan yang menyinggung kemungkinan serangan nuklir oleh Utara sebagai tanggapan atas pendaratan kapal selam kelas Ohio di Korea Selatan. Menteri Pertahanan Korea Utara menyebutkan bahwa penempatan kapal selam tersebut mungkin telah melanggar undang-undang DPRK tentang kebijakan kekuatan nuklir.
Di tengah situasi yang meningkat ini, Kementerian Pertahanan Korea Selatan menanggapi pendaratan kapal selam USS Kentucky dan pertemuan perencanaan darurat nuklir antara Washington dan Seoul sebagai "tindakan tanggapan defensif" untuk menghadapi ancaman dari Korea Utara. Kementerian tersebut juga menegaskan bahwa jika Korea Utara menggunakan senjata nuklir, akan mendapatkan respons "langsung dan tegas" yang dapat mengakhiri rezim Kim Jong Un.
Tegangan yang sedang berlangsung di Semenanjung Korea ini menuntut kewaspadaan dan koordinasi yang cermat dari pihak-pihak terkait untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan tersebut. Respons cepat dan pendekatan diplomatis menjadi kunci dalam mengatasi situasi yang kompleks ini. [IDN]
Post a Comment