Header Ads


Masyarakat Barat Terpecah atas Kemenangan Model Transgender

Ilustrasi penolakan terhadap LGBT


Dikutip dari Media Umat (11/03/2023), disebutkan bahwa kemenangan Rikkie Valerie Kolle, seorang model dan aktor transgender, dalam kontes Miss Belanda, di mana ia mengalahkan kontestan perempuan dalam kompetisi ratu kecantikan tahunan tersebut, telah menimbulkan kebingungan dan kegelisahan dalam masyarakat Barat yang menganut ideologi sekulerisme-liberalisme.

Menurut Direktur Siyasah Institute, Iwan Januar, "Apa yang sedang terjadi di Barat dan negara-negara yang mengadopsi ideologi sekulerisme-liberalisme adalah sebuah contoh dari masyarakat yang bingung dan sakit akibat ideologi mereka sendiri." Hal ini menunjukkan bahwa Barat dan pendukung ideologi tersebut semakin terperosok ke jurang kehancuran.

Iwan menjelaskan bahwa kebingungan masyarakat Barat terlihat dalam hal penentuan gender yang sebenarnya sudah jelas dan pasti. Ini bukanlah kali pertama seorang transgender perempuan memenangkan kontes kecantikan dengan mengalahkan peserta perempuan lainnya. Sebagai contoh, di Nevada, Amerika Serikat, Kataluna Enriquez dinobatkan sebagai pemenang Miss Nevada USA pada tahun 2021. Pada tahun 2018, seorang transgender perempuan bernama Angelina Ponce menjadi juara Miss Spanyol, mengalahkan semua pesaingnya yang perempuan.

Iwan melihat bahwa saat ini di Barat, semakin banyak transgender perempuan yang sebenarnya berjenis kelamin laki-laki yang ikut serta dalam berbagai kompetisi perempuan dan menjadi pemenang. Bahkan di dunia olahraga, beberapa peserta transgender perempuan telah mengalahkan peserta perempuan asli.

Namun demikian, Iwan menyebutkan bahwa di tengah masyarakat Barat sendiri, terdapat konflik pendapat mengenai isu transgender ini. Ada yang menganggapnya tidak wajar dan bertentangan dengan norma kemanusiaan. Namun, beberapa negara telah melindungi kehadiran kaum transgender ini dan bahkan mulai mengedukasi siswa-siswi untuk menerima keberadaan mereka.

Iwan juga mencatat bahwa kemunculan kaum transgender ini kemungkinan akan memicu konflik pemikiran dan hukum dengan gerakan feminisme yang selama ini berjuang untuk kesetaraan hak perempuan. Saat ini, kaum feminis dihadapkan pada realitas komunitas transgender perempuan yang ikut berkompetisi dengan kaum perempuan dan bahkan mengalahkan mereka.

Dalam kesimpulannya, perubahan paradigma gender dalam konteks kontes kecantikan ini menimbulkan tantangan bagi masyarakat Barat. Masalah ini mencerminkan pertentangan antara berbagai pandangan dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, dan perlu adanya dialog dan pemahaman yang lebih dalam untuk mencapai kesepakatan yang bermartabat bagi semua pihak yang terlibat. [IDN]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.