Tentang Ahmad Yasiنـيـ, Spirit Kepahlawanan dan Ketakutan Zionazi
Indonesia Neo, TARIKH - Lelaki itu, walau sudah senja usianya namun gaung namanya dan kekokohan sikapnya membuat bergetar siapapun yang melihatnya. Padahal matanya hampir tak bisa melihat, begitupula pendengarannya yang nyaris tak mampu mendengar, apalagi jasadnya terduduk di atas kursi roda sepanjang sisa hidupnya.
Sekilas, kamu barangkali akan tergambar tentang sosok orang tua yang seharusnya sudah saatnya menikmati hari tua. Namun, beliau, nyatanya memang menikmati hari tuanya; menikmatinya dalam seruan demi seruan jihad, dakwah dan mengobarkan gairah perlawanan rakyat Palestina untuk melawan imperialisme modern zionazi israel, laknatullah 'alaihim.
Siapa yang tak mengenalnya; Syaikh Ahmad Ismail Yasiنـيـ. Beliau Seorang da'i, Mujahid, dan seorang syahid yang mencurahkan hidupnya untuk membangun kembali Dakwah Islam di Palestina, pendiri sekaligus presiden organisasi keislaman terbesar di Gaza.
Sebelum terjun ke medan dakwah yang berhadapan langsung dengan zionazi, Syaikh Ahmad Yasiنـيـ adalah seorang guru Bahasa Arab dan Tarbiyah Islamiyyah. Namanya mulai melangit di langit Palestina dan menjadi ancaman bagi zionazi israelek ketika beliau menjadi khatib dan penceramah dari masjid ke masjid. Orasinya terkenal dengan penjelasan yang detail dan mudah dipahami, sekaligus hujjah yang kuat.
Kaderisasi Syaikh Ahmad Yasiنـيـ benar-benar serius dilakukannya. Beliau memiliki kebiasaan, yakni memilih siswa-siswa berprestasi dan mengajak mereka ke masjid seusai belajar di kelas untuk mereka kegiatan wawasan, olahraga dan amal sosial. Inilah salah satu benih pendirian Universitas Islam Gaza yang sangat beliau tekuni segala kegiatannya sebagai pengisi.
Beliau juga sangat memerhatikan pendidikan anak-anak kecil di sekitarnya. Salah satu muridnya, Nizar Rayyan, menceritakan bahwa Syaikh Ahmad Yasiنـيـ kadang terlambat pulang dari sekolah untuk membuat mentoring dengan sebagian murid-muridnya. Di majelis kecil itu, Syaikh mengajarkan tata cara shalat, akhlak, dan membaca Alquran.
"Syaikh Ahmad Yasiنـيـ selangkah demi selangkah menaikkan level pengajaran bagi grup mentoring itu. Setelah komitmen untuk sholat, terbiasa membaca Al Qur'an, maka Syaikh mengajak binaannya untuk berpuasa sunnah terutama Senin dan Kamis", tutur Nizar Rayyan.
Melihat hal itu, orangtua para murid datang ke sekolah dan melakukan unjuk rasa (saat itu orang-orang Palestina sedang jauh dari Islam). Mereka berkata, "Dengarkanlah wahai Syaikh! Kalau anak-anak kami disuruh shalat, kami ridha. Kalau disuruh membaca Al Qur'an, kami tahu itu perbuatan baik. Adapun puasa pada hari Senin dan Kamis, itu kelewatan!"
Setelah kekalahan Kaum Muslimin tahun 1967, dimana zionazi israelek menduduki semua wilayah Palestina termasuk Jalur Gaza, Ahmad Yasiنـيـ terus mengobarkan spirit perjuangan para jamaah shalat dari mimbar Masjid Al-Abbas di daerah Al-Remal. Orasinya membicarakan narasi untuk menentang penjajah zionis, sekaligus mengajak jamaah untuk membantu keluarga para syuhada dan tahanan.
Berkali-kali semenjak itulah Syaikh Ahmad Yasiنـيـ ditangkap dan dipenjara, disiksa dan disakiti oleh zionazi. Dari penjara ke penjara, beliau dianggap sebagai penjahat nomor wahid yang mengancam eksistensi israel di Palestina. Di bawah suhu musim panas 45° Celcius dan musim dingin minus 5° Celcius, Ahmad Yasiن bertahan dan bahkan membuat gentar sipir.
Salah satu sipir penjara Hadarim berkata, "Syekh Yasiنـيـ memiliki kepribadian yang sangat kuat dan mengendalikan apa yang terjadi di dalam dan di luar penjara. Kami menahannya di Penjara Hadarim dalam kondisi yang sangat keras. Kami bahkan menghukumnya dengan kematian. Kami menolak kunjungan siapapun dan mengisolasinya selama 5 tahun di ruang bawah tanah yang mencapai 45 derajat di musim panas."[]
Sumber: Gen Saladin | @gen.saladin | t.me/gensaladin
Post a Comment