Matikan Bara di Palestina, Butuh Gerakan Nyata
Oleh: Asma Sulistiawati*)
IndonesiaNeo, OPINI - "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)"(HR. Bukhari dan Muslim).
Jika dikaitkan dengan kehidupan kita hari ini, sabda Rasul Saw diatas sangat ironis, terlebih jika dikaitkan dengan kasus saudara kita di Palestina. Jelas tidak ada yang salah dengan hadits diatas, tetapi sayangnya, saat ini kita dipisahkan oleh ikatan nasionalisme yang membuat kita tidak bisa berbuat banyak untuk saudara kita disana.
Nampaknya, kita masih merasa aman-aman saja ketika Palestina kian membara, kita sudah merasa cukup hanya dengan mengirim do'a, bantuan obat dan makanan saja. Bahkan, negara yang jelas bertetangga (Mesir) masih bisa merayakan konser musik dengan megahnya.
Seperti yang beredar beritanya, bahwa pada Sabtu (19-10-2024) malam Zion*s Israel melancarkan serangan udara yang membantai warga Palestina di Beit Lahia, Gaza Utara. Serangan tersebut mengakibatkan 87 orang syahid dan sejumlah besar korban terluka. Sebagian korban masih tertimbun di bawah reruntuhan.
Bersamaan dengan itu, pada Ahad (20-10-2024) Zionis Israel membombardir kamp pengungsi Jabalia dan Maghazi di Gaza Utara. Serangan tersebut menyebabkan 44 warga Palestina syahid dan lebih dari 80 korban terluka.
Penjajah Zion*s terus-menerus mengepung dan menginvasi Gaza utara sejak 6 Oktober 2024 (serangan terbaru) hingga menyebabkan 600 orang syahid dan puluhan ribu orang mengungsi. Israel berkilah bahwa serangan tersebut bertujuan untuk mencegah militan Ham*s kembali berkumpul.
Gaza Utara merupakan wilayah yang mengalami kerusakan terparah akibat perang dan telah dikepung oleh penjajah Zion*s sejak akhir 2023, menyusul serangan Badai Al-Aqsa. Sejak 7 Oktober 2023, jumlah korban jiwa di Jalur Gaza mencapai 42.603 orang. Sedangkan 99.795 orang terluka. Selain itu, lebih dari seribu orang diduga syahid terkubur di bawah reruntuhan bangunan. Warga yang masih hidup harus menghadapi kelaparan dan pengungsian (Sindonews.com, 20/10/2024).
Nasionalisme Penghambat Kemerdekaan Palestina
Sejak tahun 1924 M, kaum muslimin memang telah kehilangan kepemimpinan. Persatuan yang terbangun dalam bingkai daulah khilafah telah diruntuhkan oleh musuh-musuh Islam. Sehingga tak ada lagi persatuan, terpecah-pecah menjadi negara bagian yang masing-masing menjunjung nasionalisme.
Nasionalisme inilah ide rusak yang ditancapkan oleh musuh-musuh Islam agar kaum muslimin tak lagi bersatu, agar mereka semakin mudah menjajah negeri-negeri kaum muslim.
Tragedi Palestina yang terus berulang ini sungguh membuat miris. Ini karena nyatanya, Palestina tidak hanya butuh bantuan dana, kecaman, atau bahkan fatwa keharaman dukungan terhadap Israel dari kita. Terlebih saat kita menyaksikan sikap para penguasa Arab dan negeri muslim lainnya yang tidak pernah berubah selain sekadar mengecam dan mengutuk.
Tidak bisa kita mungkiri semua itu adalah akibat ide nasionalisme yang telanjur mengakar di negeri-negeri muslim. Nasionalisme menjadi racun politik yang menyebabkan negeri-negeri muslim tidak berkutik untuk membela saudaranya di Palestina. Tidak hanya itu, cinta kekuasaan juga turut menghalangi para penguasa negeri muslim untuk bersatu atas nama akidah Islam dalam melawan kebrutalan Zionis Yahudi.
Meski sebagian penguasa Arab dan negeri muslim telah mengirim bantuan kemanusiaan, itu juga karena rakyat di negeri-negeri mereka sudah sangat kecewa terhadap para penguasanya yang tidak pernah mengambil opsi militer sebagai bantuan untuk Palestina dalam rangka menggempur kaum Zionis Yahudi.
Melihat realitas politik hari ini, juga sungguh mustahil kaum muslim mengharapkan PBB maupun negara-negara adidaya Barat untuk menolong Palestina. Selama ini justru sangat jelas Zionis Yahudi didukung penuh PBB dan negara-negara Barat tersebut.
Pada saat yang sama, para pemimpin negeri muslim hanya mengecam, bahkan ada yang diam seribu bahasa.
Solusinya, Jihad dan Khilafah
Allah Taala berfirman, “Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (QS Al-Baqarah [2]: 191).
Butuh kekuatan militer untuk menghentikan kejahatan Is*rael terhadap saudara kita di Palestina, butuh satu komando yang memimpin kaum muslimin dalam barisan jihad.
Atas dasar ini, jelas bahwasanya Palestina hanya bisa dibebaskan secara tuntas jika Khilafah berdiri sebagai sistem dan institusi politik untuk melindunginya, sekaligus berperan sebagai pemersatu seluruh negeri muslim. Sebaliknya, nasionalisme justru telah terbukti memecah belah Dunia Islam sehingga mustahil menjadi solusi baginya. Waallahu a'lam bishowab.[]
*) Pegiat Literasi
Post a Comment