Akankah Terjadi Perdamaian Dunia dalam Kepemimpinan Paus Baru, Paus Leo XIV?
Oleh: Muhammad Rifky Afrizal*)
IndonesiaNeo, OPINI - Tanggal 8 mei 2025 lalu, Kardinal Robert Francis Prevost terpilih sebagai Paus ke-267 menggantikan Paus sebelumnya yakni Paus Fransiskus yang meninggal dunia. Paus Leo XIV menjadi pemimpin baru Gereja Katolik di seluruh dunia. Ia menggunakan nama Paus Leo XIV dan menjadi Paus pertama dari Amerika Serikat. Paus Leo XIV kemudian menyampaikan pidato perdananya dari balkon Basilika Santo Petrus, Vatikan. Dalam momen bersejarah tersebut, Paus Leo XIV menyerukan perdamaian dunia dan berjanji untuk bekerja demi Gereja yang bersatu dan setia kepada Yesus dan Injil.
Melansir dari Vatican News (kamis tanggal 8 mei 2025) berikut cuplikan pidato perdana Paus Leo XIV usai terpilih menjadi penerus Paus Fransiskus: “ … Saya juga ingin agar salam damai ini masuk ke dalam hati Anda, menjangkau keluarga-keluarga Anda dan semua orang di mana pun mereka berada dan semua bangsa dan seluruh bumi. Semoga damai menyertai Anda. Inilah kedamaian Kristus yang bangkit, kedamaian yang melucuti senjata, merendahkan hati, dan memelihara. Itu datang dari Tuhan. Tuhan, yang mengasihi kita semua, tanpa batasan atau syarat apa pun …”. (www.tempo.co)
Pidato ini seperti memberi angin segar perdamaian dunia terwujud, memberi sebuah harapan akan kebahagiaan penduduk bumi sebentar lagi terjadi. Namun kita perlu perhatikan dengan seksama bahwa kepedulian Paus Leo XIV tersebut terkadang hanya sebatas membawa nilai-nilai moral semata yang jauh dari realitas yang sesungguhnya terjadi.
Apakah memang perdamaian itu terwujud di tengah titik-titik gesekan antar manusia yang tersulut konflik horizontal dengan beraneka ragam latar belakang munculnya konflik? Bisakah sang Paus berhasil menjadi “juru damai dunia” untuk menghentikan setiap penghancuran, pembantaian, kebiadaban dan genosida penduduk bumi ini? Beranikah Paus misalnya, memastikan bahwa pemimpin Israel menghentikan serangannya ke warga Gaza, Palestina? Bahkan khususnya menghentikan pengeboman brutal di tempat medis, sekolah dan pengungsian? Mampukah Paus melalukan diplomasi terhadap sekutu-sekutu Israel khususnya Amerika agar menghentikan pasokan senjata yang selama ini dikirimnya dan menyetop hal-hal yang berkaitan dengan penyerangan arogansi Israel.
Setiap pernyataan Paus Leo XIV tentu akan mengandung konsekuensi perlu adanya pembuktian dan kepastian harapan itu akan terwujud. Pernyataan itu -sebagai representative pemimpin sebuah agama besar dunia- apakah hanya menjadi sebuah pelipur lara dan hanya sekedar empati yang semestinya bisa melakukan lebih dari itu? Aktif dalam proses perdamaian tentu menjadi sesuatu yang lebih berfaedah. Menemui para pimpinan yang sedang berkonflik tentu juga terobosan yang berguna. Jika Israel yang melakukan penindasan itu tidak menghentikan kekejamannya, seorang Paus bisa saja menganjurkan umatnya melakukan pemboikotan terhadap produk-produk yang Pro-Israel. Ini akan menjadi dobrakan seorang Paus visioner yang serius membawa jargon perdamaian dan memelihara setiap nyawa manusia. Mengapa tidak?
Realitasnya hal itu ibarat jauh panggang dari api (Tindakan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan). Pidato Paus Leo XIV seolah suara siulan merdu agar mendapat perhatian orang di sekitarnya terlebih warga dunia, menarik perhatian agar mendapatkan tepuk tangan meriah seperti teatrikal ditengah sandiwara. Info terbarunya bahwa negara Israel sampai detik ini masih saja melakukan serangan jahatnya ke jalur Gaza. Dilansir AFP, Minggu (18/5/2025), Juru bicara pertahanan sipil Mahmud Bassal mengatakan 22 orang tewas dan sedikitnya 100 lainnya terluka dalam serangan yang terjadi pada dini hari di tenda pengungsi Al-Mawasi, di Jalur Gaza selatan.
Selain itu tujuh orang tewas dalam serangan terhadap sebuah rumah di Jabalia, Gaza utara. Selain itu rumah sakit Al-Awda di daerah yang sama juga melaporkan kerusakan. Inilah yang memperparah dan memperburuk kondisi kemanusiaan dan sekali lagi dunia Internasional pun bingung akibat ulah Israel ini.
Jika dahulu kala sang Paus bisa memberi restu pasukan salib untuk menyerang sejadi-jadinya tentara Muslim, bertempur mati-matian dengan membawa agama atas nama “perang suci” bagaimana dengan saat ini? mampukah di abad modern ini sang Paus Kembali merestui tentara salibnya agar melakukan perlawanan terhadap tentara Israel? Jika dahulu saja anda bisa merestui dan memonitor perkembangan tentara salibmu mengapa sekarang tidak?
Lalu pemimpin muslim dalam Islam seperti apa? Tentu, Pemimpin kaum muslim dalam Islam tidak begitu. Pemimpin muslim yang sesuai konsep Islam itu disebut Khalifah sebagai kepala Daulah Islam. Dia akan menjadi perisai umatnya dan menjaga umatnya, dia akan memastikan perdamaian dan keadilan betul-betul terjadi, dia akan benar-benar menjaga nyawa setiap manusia bukan hanya muslim tapi juga yang hidup dalam kekuasaannya.
Rasulullah SAW, bersabda:
«إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ»
“Sesungguhnya imam/khalifah adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung. Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya, ia harus bertanggung jawab atasnya.” (HR Muslim).
Dia selalu menjadi garda terdepan dalam mengawal semua hal yang ma’ruf (baik) dan mencegah semua kebiadaban kemanusiaan yang dilakukan oleh orang-orang buruk. Dia memastikan tidak ada tempat di bumi ini untuk orang jahat. Sejarah sudah membuktikannya.
Rasulullah saw., besabda dengan redaksi sebagai berikut,
مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ وَمَنْ يُطِعْ اْلأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ يَعْصِ اْلأَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي وَإِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ وَعَدَلَ فَإِنَّ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرًا وَإِنْ قَالَ بِغَيْرِهِ فَإِنَّ عَلَيْهِ مِنْهُ
“Siapa saja yang menaatiku, sungguh ia telah menaati Allah. Siapa saja yang bermaksiat kepadaku, sungguh ia telah bermaksiat kepada Allah. Siapa saja yang menaati amir, sungguh ia telah menaatiku. Siapa saja yang bermaksiat kepada amir, sungguh ia telah bermaksiat kepadaku. Sesungguhnya seorang imam adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya. Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah dan berlaku adil, ia mendapatkan pahala, dan jika ia mengatakan selainnya, ia bertanggung jawab atasnya.” (HR. An Nasa’i)
Benar, posisi sang Khalifah saat ini telah tiada setelah Daulah Islam Turki dengan Khilafah Usmaniyahnya runtuh pada 3 Maret 1924 M. Sehingga penguasa yang ada di negeri-negeri kaum Muslim saat ini adalah penguasa-penguasa kecil yang tak bertenaga. Mereka memang unggul dengan banyak jumlahnya namun terjebak dalam sekat-sekat nasionalisme-kebangsaan yang mengambil sikap diam tak berdaya, nol dari solusi fundamental.
Maka sudah saatnya kaum Muslim dunia sadar dengan sesadar-sadarnya akan pentingnya Khalifah untuk di angkat Kembali yang akan menyatukan kaum Muslim dunia, terbebas dari sekat-sekat nasionalisme tersebut yang telah melemahkan umat Islam dan menerapkan ajaran Islam secara menyeluruh / kaffah dibawah naungan Daulah Khilafah. Sebagai jawaban tuntas bahwa hanya Khalifah kaum Muslim satu-satunya yang akan mampu membawa perdamaian dan keadilan terpampang nyata.
Islam dengan Khalifahnya akan membuktikan sekali lagi ditengah peradabannya bahwa kebiadaban, kejahatan, pembantaian, kesengsaraan, dan kerusakan seperti ulah Israel di Ghaza bisa dihilangkan dengan kekuatan yang mengimbangi. Khalifah tersebut yang akan menyatukan kaum muslim se-dunia. Memobilisasi seluruh kemampuan yang ada untuk menghentikan kejahatan tantara Israael. Sehungga Islam bisa memberi penyelesaian sampai ke akarnya, bukan sekedar ajaran retorika semata tapi ajaran Islam yang membawa aksi nyata. Jadi masihkah berharap perdamaian dunia akan tercapai dengan mengandalkan suara seorang Paus, apalagi untuk menghentikan kekejaman Israel?
*) Pustakawan Muda
Post a Comment