Header Ads


Gaza dan Terbitnya Fajar Kebangkitan Umat

Oleh: Dewi Sartika*)


IndonesiaNeo, OPINI - Situasi di Palestina makin mencekam dan kondisi penduduk Gaza pun semakin memprihatinkan. Mereka terpasung dalam peperangan yang entah kapan berhenti, sementara korban pun kian bertambah.

Otoritas kesehatan Gaza melaporkan jumlah korban tewas penduduk Palestina di Jalur Gaza meningkat menjadi 56.412 orang, dengan 133.054 orang lainnya terluka sejak pecahnya konflik antara Hamas dan Israel pada 7 Oktober 2023 lalu. Bahkan pada Rabu, 2-7-2025, Zionis Israel membombardir warga Palestina yang menewaskan 67 orang dalam 24 jam saat mereka menunggu bantuan kemanusiaan (CNBC Indonesia, 29-6-2025).

Di tengah perang yang berkecamuk di Gaza, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menyepakati rencana gencatan senjata untuk mengakhiri perang di Gaza. Seperti yang dilaporkan Israel Hayom pada Kamis, 26-6-2025, Presiden Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyepakati gencatan senjata di Gaza yang diterapkan selama dua pekan. Tujuan utama gencatan senjata yang disepakati oleh Trump dan Netanyahu adalah untuk mempercepat keterlibatan negara-negara Arab sebagai bagian dari perluasan Abraham Accords.

Isi perjanjian gencatan senjata yang disepakati oleh Trump dan Netanyahu, seperti yang dilaporkan oleh Israel Hayom, adalah sebagai berikut:

Pertama: Perang di Gaza akan berakhir dalam dua pekan. Syarat pengakhiran perang akan memasukkan empat negara seperti Arab, Mesir, dan Uni Emirat Arab yang akan memerintah Jalur Gaza menggantikan Hamas.

Kedua: Beberapa negara akan menerima banyak warga Gaza yang ingin berimigrasi.

Ketiga: Abraham Accords akan diperluas meliputi Suriah, Arab Saudi, dan negara-negara Arab dan Muslim lainnya yang akan mengakui Israel dan menjalin hubungan diplomatik.

Keempat: Israel akan mengekspresikan kesiapannya atas solusi masa depan terkait konflik dengan warga Palestina menurut konsep dua negara, serta menyediakan informasi kepada otoritas Palestina.

Kelima: AS akan mengakui implementasi kedaulatan Israel atas Tepi Barat.

Perlu kita ketahui bahwa Abraham Accords adalah perjanjian bilateral antara bangsa Zionis Israel dengan negara-negara Arab seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, Sudan, dan Suriah. Perjanjian tersebut menegaskan bahwa semua negara Muslim yang ikut serta menandatanganinya akan membangun hubungan diplomatik dengan penjajah Zionis Israel, mengakhiri konflik, dan melakukan deradikalisasi. Perjanjian Abraham Accords akan menormalisasi hubungan antara Israel dengan negara-negara Arab dan Muslim.

Dengan adanya kesepakatan Abraham Accords ini, terlihat ketidakpedulian para penguasa Muslim kepada saudara kita di Gaza. Saat kaum Muslim Gaza mengalami penderitaan dan genosida, para pemimpin Muslim justru bergandeng tangan dan menjalin hubungan dengan para penjajah demi mempertahankan kekuasaan serta mendapatkan dukungan keamanan, politik, dan ekonomi dari pemerintah AS. Sungguh ini adalah bentuk pengkhianatan yang sangat keji yang dilakukan oleh para penguasa Muslim terhadap Palestina.

Sementara para penguasa Muslim di belahan dunia lainnya, termasuk di Indonesia, turut memberi “solusi” kepada Zionis dengan solusi yang absurd, yakni solusi dua negara: negara Zionis Israel dan negara Palestina. Solusi tersebut mustahil dapat menyelesaikan persoalan konflik di Palestina. Para Zionis tidak akan bisa hidup damai berdampingan dengan kaum Muslim. AS dan Zionis tidak akan pernah menerima Palestina merdeka dengan kemerdekaan penuh. Sementara Palestina yang begitu tulus membela tanahnya tidak akan merelakan sejengkal pun untuk diberikan kepada penjajah laknatullah. Palestina tidak akan mengkhianati pengabdian para syuhada yang telah mempertahankan kemuliaan tanah mereka dengan pengorbanan nyawa.

Umat Islam dan seluruh kaum Muslim seharusnya tidak boleh tertipu dengan solusi dua negara yang ditawarkan oleh kafir Barat, yang mendorong umat Islam untuk mengikuti solusi mereka. Kita sudah memahami bahwa solusi yang mereka berikan terbukti gagal dan tidak dapat diharapkan untuk mewujudkan kemerdekaan hakiki Palestina. Solusi dua negara justru akan menjauhkan kaum Muslim dari solusi hakiki yang harus diperjuangkan, yakni menegakkan jihad dan Khilafah.

Umat Islam harus percaya dan fokus pada pokok persoalan dan solusi yang dapat menyelesaikan masalah Palestina, yakni dengan tegaknya Khilafah yang akan memerdekakan Palestina melalui komando jihad. Karena jihad yang paling utama adalah jihad di tanah Gaza, sebagaimana sabda Baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

“Sesungguhnya sebaik-baik jihad kalian adalah ribath (berjaga di perbatasan) dan sebaik-baik ribath adalah Asqalan (sebuah wilayah di Gaza).” (HR At-Tabrani).

Kemerdekaan Palestina bukanlah perkara mustahil untuk diwujudkan saat ini, tetapi bukan dengan solusi dua negara yang ditawarkan oleh kafir, melainkan menggunakan solusi Islam, yakni dengan jihad. Tinta emas sejarah menuliskan bagaimana Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu menggelorakan jihad untuk membebaskan Palestina dari penjajah Romawi Timur melalui Perang Yarmuk yang dipimpin oleh Khalid bin Walid radhiallahu ‘anhu pada tahun 636 Masehi.

Rasulullah meletakkan fondasi jihad dengan mengirim ekspedisi Usamah bin Zaid pada tahun 632 Masehi ke wilayah Balkan, Yordania, yang dikuasai Bizantium.

Pun juga, para Khalifah Bani Abbasiyah melindungi Palestina dengan memenuhi kebutuhan rakyatnya dan melakukan jihad menjaga perbatasan dari serangan pasukan salib. Pada tahun 1099 Masehi, Baitul Maqdis jatuh dalam cengkeraman pasukan salib hingga umat Islam diusir dari wilayah tersebut.

Namun sayang, setelah runtuhnya Daulah Khilafah pada tahun 1924 Masehi, tidak ada lagi pengiriman pasukan militer untuk berjihad melindungi Palestina. Apalagi saat ini, ketika Khilafah sudah tidak ada, tidak ada satu pun penguasa Muslim yang terjun langsung menggelorakan pembelaan terhadap Palestina untuk mengusir penjajah. Seluruh penguasa Muslim saat ini justru menjadikan kekuatan militer dan persenjataannya hanya sebagai pajangan.

Berkaca pada sejarah masa kekuasaan Islam, dapat disimpulkan bahwa hanya dengan kepemimpinan Islam (Khilafah) Palestina dapat dibebaskan, yakni dengan menyatukan negeri-negeri Muslim dan memerintahkan jihad. Khilafah akan mengerahkan seluruh pasukan dan persenjataan perangnya untuk mengalahkan penjajah Zionis Israel beserta negara pendukungnya sampai habis tak tersisa.

Oleh karena itu, peristiwa genosida yang terjadi di Palestina seharusnya menjadi tanda ditabuhnya gendang kebangkitan umat. Umat Islam harus menyadari bahwa solusi hakiki adalah menegakkan kembali institusi Khilafah sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang terbukti mampu menjaga dan melindungi umat serta membawa kebangkitan hakiki.

“Sesungguhnya Imam (Khilafah) itu perisai. (Orang-orang) akan berperang di belakangnya dan berlindung (dari musuh) dengan kekuasaannya.” (HR Muttafaqun ‘Alaih).

Wallahu a’lam bish-shawab.


*) Penggiat Literasi

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.