Kelaparan Sistemis dan Momentum Kebangkitan Umat
Oleh: Jumiran*)
IndonesiaNeo, OPINI - Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel dengan tegas menolak tuduhan mengenai adanya kelaparan di Gaza. Ia menegaskan bahwa laporan tersebut merupakan kebohongan yang jelas. Ia mengklaim bahwa tidak ada upaya sengaja membuat lapar warga di Gaza dan mereka telah membuka berbagai akses bantuan selama perang berlangsung.
Namun, pernyataan tersebut mendapat bantahan dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Senin (28/7), Trump menyatakan bahwa " kalau lihat di televisi, anak-anak tampak mengalami kelaparan. Tapi, kami sudah mengirim banyak uang dan makanan dan sekarang negara-negara lain banyak membantu", ucap Trump kepada kantor berita NPR. (Merdeka.com, 06/08).
Meskipun mendapatkan bantahan dari Trump, nyatanya Presiden Amerika Serikat adalah sekutu strategisnya dan selama ini mereka telah berkolaborasi membuat berbagai kerusakan di Gaza dan Palestina.
Terlihat dari, sejak serangan 7 Oktober 2023, situasi Gaza semakin mencekam. Situasi ini bertambah parah ketika entitas Z!0ni$ atas arahan AS memblokade total sejak 2 Maret 2025. Sejak saat itulah warga Gaza benar-benar dalam kondisi krisis, seperti krisis obat-obatan, makanan, bahan bakar dan lain-lain.
Situasi ini merupakan kesengajaan. Tampak dari apa yang dilakukan Z!0n!$ secara tersistematis. Lihat saja, mereka melakukan pemboikotan terhadap wilayah di Gaza, dengan dalih untuk mempersempit wilayah gerak Hamas, yang dituding kerap merampok bantuan dan menggunakannya untuk bantuan perang. Sebagai kompensasi, Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah lembaga amal yang sengaja dibentuk untuk mengatur penyaluran bantuan di beberapa titik di Gaza tengah dan Selatan.
Z!0n!$ mengklaim bahwa mereka telah mengirimkan truk berisi bantuan kemanusiaan di Gaza. Begitu juga Presiden Amerika, Trump menyatakan bahwa sebelumnya mereka telah mengirimkan bantuan makanan untuk warga Palestina di Gaza.
Sayangnya, fakta di lapangan, tidaklah demikian. Terlihat dari berbagai unggahan video dan gambar di media sosial, menggambarkan betapa anak-anak dan orangtua mengalami kelaparan. Makan dan minum apa saja, termasuk rerumputan, limbah ternak dan limbah pembuangan. Bahkan, terjadi lonjakan kasus kelumpuhan akut dan sindrom Guillain-Barre di kalangan anak-anak dipicu oleh infeksi Atipikal dan Malnutrisi parah, hingga menyebabkan kematian karena kurangnya perawatan akibat blokade Isr*el.
Sayangnya, pembentukan lembaga Gaza Humanitarian Foundation justru tidak memberikan bantuan bahkan solusi apapun terhadap warga Gaza. Yang ada, mereka memanfaatkan bantuan untuk mengendalikan dan mempermalukan warga Gaza. Olehnya itu, patutlah dicurigai bahwa Zion!$ melalui GHF menjadikan upaya memolitisasi bantuan pangan sebagai tawar menawar dalam konflik yang berkepanjangan ini. Bahkan, Zion!$ dan AS sengaja mempercepat genosida demi mengosongkan Gaza, dengan cara memblokade wilayah Gaza, tidak ada bantuan kemanusiaan masuk, warga Gaza mengalami kelaparan akut, hingga mati mengenaskan. Bahkan, warga Gaza sengaja dipaksa untuk mengejar bantuan di Tengah dan Selatan, disana mereka justru dibunuh dengan sangat kejam.
Mirisnya, pembantaian ini terus terjadi tanpa ada yang bisa menghentikannya. Adapun PBB hanya bisa berkoar-koar meminta Zion!$ menghentikan kekejamannya. Adapun berbagai deklarasi KTT PBB yang dilakukan hanya menyerukan dukungan penuh pada solusi dua negara. Para pemimpin negeri muslim pun ikut andil. Sayangnya, mereka seakan pura-pura tuli dan buta, masing-masing sibuk menyelamatkan diri dan kekuasaannya. Berlindung pada narasi menjaga hubungan antarnegara dan hukum internasional. Alih-alih menolong warga Gaza, yang ada tangan mereka justru berpegang erat dengan para sekutu.
Sejatinya, masalah Gaza-Palestina bukanlah sekedar bencana kemanusiaan. Namun, masalah ini merupakan masalah politik global. Akar persoalannya adalah perampasan tanah milik umat Islam oleh entitas Zionis dan pelanggaran hak-hak penduduk Gaza-Palestina yang bukan sekedar harta dan kehormatan, melainkan sudah merampas hak hidup.
Walaupun Kesadaran akan Gaza-Palestina sudah dimiliki oleh masyarakat dunia. Nampak dari berbagai aksi solidaritas dari berbagai massa yang masif dilakukan hingga seluruh dunia. Aksi boikot, bantuan dana, bantuan logistik yang masih terus dilakukan. Namun, kesadaran masyarakat perlu diluruskan dalam memandang masalah Gaza-Palestina. Yang sejatinya, bukanlah sekedar masalah kemanusiaan melainkan perampasan tanah umat Islam dan adanya pelanggaran hak hidup penduduk Gaza-Palestina. Apalagi berharap pada solusi dua negara sebagaimana ditawarkan Amerika dan sekutunya.
Oleh karena itu, solusi yang diberikan bukanlah sebatas aksi solidaritas dan pengiriman berbagai bantuan dana, logistik dan selainnya. Tetapi, masyarakat dunia semestinya menuntut pengusiran zionis dari tanah Palestina.
Hanya saja, pengusiran ini mesti dilakukan oleh negara, dengan mengerahkan tentara dan senjata. Tentunya, negara yang dimaksud adalah negara yang mampu melawan dan siap menantang Amerika dan sekutunya.
Sayangnya, negara seperti itu tidak kita jumpai di sistem hari ini. Negara seperti itu hanya ada pada Islam, yakni Khilafah. Khilafah yang akan mempersatukan seluruh umat Islam di dunia dan siap memobilisasi semua tentara, memimpin jihad di jalan Allah, termasuk pembebasan tanah Palestina dan pemeliharaan hak-hak hidupnya. Sebagaimana perintah Allah SWT , "Bunuhlah mereka (yang memerangimu) di manapun kamu jumpai dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusirmu. Padahal, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Lalu janganlah kamu perangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangimu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang yang kafir". (QS. Al-Baqarah:191).
Oleh sebab itu, persoalan Gaza-Palestina bukanlah sekedar masalah kemanusiaan. Bagi umat Islam, persoalan ini merupakan hukum syarak dan urusan keimanan. Karena, didalamnya terdapat perintah dan larangan, termasuk menyangkut pembelaan terhadap umat manusia seluruhnya.
Wallahu a'lam bisshawab.[]
*) Pegiat Literasi


Post a Comment