Gen Z Dalam Bayang-bayang Pinjol Judol
IndonesiaNeo, OPINI - Gen Z yang lahir dan tumbuh dalam ruang digital, hidupnya telah disetting penuh dengan kemudahan. Ketika keinginan dan kebutuhan tak sejalan dengan isi dompet, Gen Z akan sangat mudah mendapatkan solusi yang cepat tanpa mengeluarkan banyak biaya. Dari sinilah pinjaman online (pinjol) dan judi online (judol) menjadi solusi andalan. Kemudahan akses dan persyaratan yang mudah, semakin menggiurkan bagi Gen Z.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2025, lebih dari 60 persen pengguna pinjol berusia antara 19 hingga 34 tahun. Segala kebutuhan Gen Z mulai dari biaya hidup hingga biaya kuliah akan cepat terpenuhi dengan sekali klik. Algoritma platform akan mendeteksi status sosial ekonomi pengguna dari jejak digitalnya (kompas.com, 16-10-2025).
Riset Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) telah menemukan sebanyak 58 persen Gen Z memanfaatkan pinjol untuk kebutuhan gaya hidup serta hiburan. Ini menandakan bahwa gaya hidup yang ditawarkan oleh media sosial sangat berpengaruh besar dalam benak Gen Z. Hilangnya arah hidup, menjadikan Gen Z tidak punya self control (kompas.com, 28-11-2025).
OJK mencatat bahwa total outstanding pinjaman tembus Rp76,16 triliun pada April 2025. Pinjaman ini didominasi usia 19-34 tahun dengan total pinjaman mencapai Rp38,34 triliun. Kemudian usia 35-54 tahun sebesar Rp34,28 triliun. Sedangkan usia di atas 54 tahun sebesar Rp3,46 triliun, sementara usia di bawah 19 tahun berutang sebanyak Rp303,9 miliar (cnnindonesia.com, 11-9-2025).
Selain pinjol, algoritma platform akan menampilkan iklan yang sesuai dengan kerentanan para pengguna, seperti judol. Padahal judol hanya akan membuat kecanduan bagi penggunanya. Judol akan memberi kemenangan ilusi dan menumbuhkan rasa percaya bahwa keberuntungan akan selalu berpihak pada mereka.
Pinjol Senjata Utama Gen Z
Hidup dengan gaji yang tidak sebanding dengan biaya sehari-hari, PHK massal di mana-mana, dan sulitnya mencari pekerjaan, mengakibatkan Gen Z melirik pinjol dan judol sebagai jalan pintas. Kondisi yang serba sulit, menjadikan kemandirian finansial yang dirancang Gen Z akan menemui hambatan.
Sulitnya menjalani hidup tidak terlepas dari sistem yang berkuasa saat ini. Sistem Kapitalisme yang bercokol di negeri ini menjadikan para kapitalis (pemilik modal besar) sebagai pengendali kebijakan. Hal ini mengakibatkan kebijakan yang dibuat akan menguntungkan para kapitalis.
Sistem yang berasaskan sekulerisme, yaitu menjauhkan nilai-nilai agama dari kehidupan, mengakibatkan Gen Z tidak menjadikan standar halal haram sebagai pengambil keputusan. Ketika Gen Z memaknai kebahagiaan, mereka hanya mengukur sebatas materi saja. Sehingga, apapun akan dilakukan demi mendapatkan kepuasan yang bersifat materi meski hal itu membahayakan dirinya.
Di sisi lain, sistem pendidikan yang juga menjauhkan aspek ruhiyah, mengakibatkan Gen Z akan semakin kehilangan arah tujuan hidup. Lingkungan masyarakat yang individualis menjadikan Gen Z tidak ada tempat untuk berkeluh kesah.
Demikianlah kondisi yang melingkupi Gen Z. Ketika tekanan hidup semakin berat, algoritma platform seolah-olah menjadi angin segar bagi mereka. Padahal dari situlah, Gen Z akan semakin kecanduan dan berakhir pada kehancuran di masa depan.
Inilah bukti gagalnya negara sebagai pelindung generasi. Kapitalisasi ruang digital, menjadikan algoritma platform hanya berfokus pada kebiasaan pengguna, bukan keselamatan. Lantas, apakah masalah ini bisa terselesaikan?
Islam Melindungi Gen Z
Islam adalah agama yang sempurna. Diturunkan oleh Allah untuk mengatasi seluruh permasalahan hidup manusia. Islam hadir dengan menggabungkan antara nilai-nilai ruhiyah dengan urusan duniawi. Seluruh aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, ekonomi, hingga media informasi harus disandarkan pada nilai ruhiyah.
Dalam Sistem Ekonomi Islam, jaminan kesejahteraan bukan hanya milik rakyat kelas atas, melainkan setiap individu rakyat, termasuk Gen Z. Kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan akan terjamin bagi setiap individu. Pelayanan kesehatan, pendirian, dan keamanan akan diberikan oleh negara secara gratis dan berkualitas.
Negara akan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya dengan syarat mudah. Jika ada individu yang tidak memiliki modal ataupun skill, maka negara akan memberi modal dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan. Negara akan menjamin stabilisasi harga barang-barang dengan cara membagi kepemilikan kekayaan menjadi 3 bagian.
Pertama, kepemilikan individu. Kedua, kepemilikan umum meliputi fasilitas umum, barang tambang yang tidak terbatas, sumber daya alam yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki hanya oleh individu secara perorangan. Ketiga, kepemilikan negara meliputi harta fa'i, khazraj, dan jizyah.
Mekanisme seperti ini akan melarang individu menguasai kekayaan umum dan negara. Negara dilarang menyerahkan pengelolaan kekayaan umum kepada individu atau sekelompok orang. Pengaturan dari segi perekonomian seperti ini, menjadikan individu termasuk Gen Z, tidak perlu was-was akan masa depannya.
Di sisi lain, sistem pendidikan dalam Islam bertujuan membentuk generasi yang memiliki kepribadian Islam, yaitu pola pikir dan sikap yang sesuai dengan standar halal haram, bukan kemanfaatan yang bersifat materi. Kurikulum akan dirancang untuk menghasilkan output pendidikan yang memiliki keahlian dalam ilmu kehidupan. Tentu saja penerapan ilmu ini dilandasi dengan ketaatan kepada Allah, bukan untuk mencari keuntungan.
Mekanisme pendidikan seperti ini, akan melahirkan generasi yang tangguh dan bermental kuat. Mereka akan melakukan inovasi-inovasi baru untuk kepentingan rakyat.
Infrastruktur digital akan dibangun di atas paradigma Islam. Tidak boleh terdapat tayangan yang bertentangan dengan nilai ruhiyah dan moral. Segala tayangan yang merusak akal harus dihapus. Algoritma platform digunakan untuk kepentingan pendidikan, kemudahan dalam layanan publik, dakwah kemuliaan Islam, dan mengokohkan posisi Islam di dunia internasional.
Demikianlah pengaturan Islam untuk melindungi Gen Z dari bayang-bayang pinjol judol. Mekanisme seperti ini hanya bisa terwujud jika diterapkan dalam sistem yang berdasarkan akidah Islam, yaitu Sistem Khilafah. Perlu adanya sinergi di semua lapisan masyarakat, termasuk Gen Z untuk mewujudkan perubahan hakiki menuju tegaknya Islam.
Wallahu a'lam bisshawab.[]
*) Pemerhati Remaja


Post a Comment