Islam Solusi Alternatif, Tatanan Dunia dalam kondisi Pandemi (Part 2)
Oleh: Syahril Siddik, ST
(Pemerhati Kebijakan Publik)
Dalam laporannya, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan global sebesar 3,3 persen untuk tahun ini, karena lockdown atau penguncian telah menyebabkan kegiatan ekonomi nyaris macet total.
Laporan IMF yang baru saja dirilis ini menyatakan bahwa performa ekonomi di 19 negara anggota zona EURO diperkirakan ambruk sebesar 7,5 persen pada 2020.
Di AS tercatat 3,3 juta orang telah mengajukan tunjangan pengangguran, dan diseluruh Eropa pengangguran juga mencapai rekor tertinggi. Tetapi sementara di negara-negara kaya ada beberapa jaring pengaman, meskipun compang-camping, negara-negara miskin sama sekali tidak memiliki kapasitas untuk memastikan bahwa tidak ada yang mati kelaparan.
Para pengamat ekonomi memandang bahwa dengan putusnya rantai pasokan, ketika pabrik tutup dan pekerja dikarantina serta konsumen dicegah bepergian, berbelanja selain untuk makanan, atau terlibat dalam kegiatan sosial, maka tidak ada ruang untuk stimulus fiskal. Sementara itu kebijakan moneter terhalang karena suku bunga sudah mendekati nol.
Kegagalan Sistem Kesehatan Kapitalisme
Terlepas dari skenario Allah SWT, pengamat ekonom dunia, William Henry Gates menyatakan bahwa dunia saat ini memang tidak siap menghadapi pandemi global. Hal ini diungkapkan Gates ketika ditanya apa yang mesti dilakukan dunia untuk menghentikan pandemi Covid-19 terulang lagi di masa depan.
Ketidaksiapan dunia terhadap pandemi yang disampaikan lima tahun lalu seakan menjadi kenyataan. Saat itu, Gates memberi masukan kalau dunia perlu berinvestasi pada sistem kesehatan alih-alih investasi perang.
Dia juga menyarankan agar seluruh negara melakukan kolaborasi internasional untuk melatih staf medis agar lebih awas menghadapi keadaan di tengah virus seperti saat ini.
Namun, hal itu justru gagal dilakukan lantaran ketika Virus Corona datang, dunia justru tak memiliki kekuatan untuk menghadapinya. "Kita tidak siap untuk epidemi berikutnya" kata Gates dikutip dari Business Insider, Sabtu (21/3).
Beranjak dari faktor teknis ketidaksiapan sistem kesehatan sebuah negara, ada hal menarik yang diungkap oleh Mardigu WP seorang pengusaha muda Indonesia dalam tulisannya yang berjudul "Manufaktur data merusak dunia".
Dalam tulisan yang diupload dalam akun facebooknya, Mardigu WP menuliskan bahwa dalam interview di acara terkenal Larry King Show (berdasar data intelijen), Cina memanipulasi data tentang Covid-19 sejak hari pertama.
Karena ketidakjujuran data inilah seluruh dunia terkecoh, yang menjadikan banyak negara tidak come up dengan kebijakan yang benar dalam menangani Corona.
Lebih lanjut, Mardigu WP menuliskan Cina di bulan Januari dengan bos WHO (Tedros Adhanom Ghebreyesus) melakukan false information ke seluruh dunia dengan mengatakan Corona Virus menyebar hanya dari binatang ke manusia, tidak dari manusia ke manusia.
Inilah akhirnya yang menjadikan banyak negara jadi tidak "aware" terhadap kecepatan Corona Virus yang mematikan ini.
Apa yang ditulis oleh Mardigu WP bukanlah pendapat yang mengada-ada.
Mengutip pendapat Syaikh Atha’ Abu Rusytah dalam soal jawab terkait Covid-19 dan salat jumat, Al-Alim menyatakan bahwa, “kita paham apa yang diperbuat oleh orang-orang kapitalis dan semisal mereka berupa keburukan di dunia. Mereka tidak hanya memberi nilai kepada kepentingan dan ketamakan mereka”.
Lebih lanjut Al-Alim menyatakan bahwa Pemerintah Amerika, Cina, Rusia, Eropa dsb adalah sebab penderitaan dunia dan penderitaan rakyat mereka. Kajahatan-kejahatan mereka terhadap umat manusia sangat banyak.
Syaikh Atha’ Abu Rusytah menyatakan bahwa para kapitalis salah dalam memberikan solusi. Hal inilah yang menurut gholabatu dzon (sangkaan kuat) penulis menjadi sebab utama kewalahannya sistem kesehatan dunia dalam mengatasi pandemi ini. Apakah solusi dari para penganut ideologi kapitalis tersebut?
Bersambung.(***)
Mantap al mukarrom KH. Syahril siddik al butuni... Semoga Allah menjaga selalu.
BalasHapus