Header Ads


Menyoal Tentang LGBTQI


Oleh: Zuharmi Hamaku, S. Si. 
(Pemerhati Masalah Sosial kota Kendari, Sulawesi Tenggara)


Beberapa hari lalu, dunia maya dihebohkan dengan munculnya pernyataan yang dikeluarkan oleh perusahaan multinasional PT Unilever Tbk, yang menyatakan mendukung gerakan Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, Queer, Intersex (LGBTQI). 

Dukungan Unilever tersebut disampaikan kepada publik secara terbuka melalui akun Instagram resmi Unilever pada 19 Juni 2020 "Kami berkomitmen untuk membuat kolega LGBTQI, kami bangga dengan kami seperti kami. Itulah sebabnya kami mengambil tindakan bulan Pride ini, @" tulis akun instagram resmi Unilever seperti dikutip Kontan.co.id, pada hari Kamis (25/6). 

Untuk itu, Unilever juga menandatangani deklarasi Amsterdam untuk memastikan semua orang di Unilever memiliki akses ke tempat kerja yang benar-benar inklusif. Kemudian, Unilever juga bergabung dengan Open for Business untuk menunjukkan bahwa bisnis inklusi LGBTQI sebagai bagian dari koalisi global. Tak cukup hanya itu, dukungan tersebut diperkuat dengan menyertakan logo Unilever aneka pelangi yang identik sebagai simbol kalangan LGBTQ. 

Sontak saja, pernyataan tersebut mengundang reaksi negatif dari  netizen, karena dianggap tidak sesuai dengan norma yang berlaku di Indonesia. Beramai-ramai netizen menyerukan ‘boikot”  produk Unilever. Sebagaimana  dikutip oleh Kumparan.com (25/6/2020), "Unilever dukung LGBT? Fix #boikotunilever," tulis pemilik akun @dewi_beautyconsultant. Tak hanya itu kata  ‘LGBT’ juga menjadi trending Indonesia di twitter dengan hashtag boikot unilever. 

Menanggapi hal tersebut, pihak Unilever buka suara "Unilever beroperasi dilebih dari 180 negara dengan budaya yang berbeda. Secara global dan di Indonesia, Unilever percaya pada keberagaman dan lingkungan yang inklusif," kata Governance and Corporate Affairs Director Unilever Indonesia Sancoyo Antarikso dalam keterangan tertulis (detik.com. (25/6/2020). Tak lama berselang,  Instagram juga secara terang-terangan menunjukkan dukungannya terhadap kaum ini. Dukungan tersebut sebenarnya telah lama dilakukan, dengan adanya hastag berwarna pelangi '#LGBT' yang muncul saat hari Pride Day atau pawai kebebasan dan sekarang diperkuat dengan menambahkan fitur 'pride' dalam sisi awal story Instagram, sekaligus juga terlihat dalam bentuk sticker dalam story (pikiranrakyat.com 28/6/2020).

Menanggapi perihal dukungan PT. Unilever Tbk terhadap LGBTQI, Ketua Komisi Ekonomi MUI, Azrul Tanjung, menegaskan akan mengajak masyarakat untuk beralih pada produk lain. “Saya selaku ketua komisi ekonomi MUI akan mengajak masyarakat berhenti menggunakan produk Unilever dan memboikot Unilever,” kata Azrul saat dihubungi  Republika, Ahad (28/6). Menurut Azrul, kampanye pro LGBT yang tengah gencar dilakukan Unilever sudah keterlaluan dan sangat keliru. Azrul juga menyayangkan keputusan Unilever untuk mendukung kaum LGBT.  “Saya kira Unilever ini sudah keterlaluan. Kalau ini terus dilakukan, saya kira ormas-ormas Islam bersama MUI akan melakukan gerakan anti-Unilever atau menolak Unilever dan kita mengimbau masyarakat untuk beralih pada produk lain,” katanya menegaskan (republika. 29/06/2020).

Tak Cukup Hanya Boikot

Seruan  boikot yang disuarakan oleh Warganet dan MUI sebenarnya sebagai ungkapan protes dan kekecawaan mereka kepada pihak Unilever. Efek aksi boikot itu akan berdampak kepada produsen, setidaknya bila ditinjau dari aspek ekonomi. Sebagian masyarakat akan beralih ke produk lain dan berpengaruh kepada pemasukan yang akan diterima oleh pihak Unilever. Akan tetapi tidak ada jaminan bahwa dukungan terhadap perilaku menyimpang  LGBTQI akan berkurang bahkan dihentikan. Faktanya, di era dominasi kapitalisme ini tidaklah cukup hanya boikot produk Unilever dan produk-produk yang pro terhadap kaum Sodom ini, perusahaan MNC Global seperti Microsoft, Google, Nike, Apple, Instagram, atau  Facebook akan dan telah melakukan seribu   cara agar produk yang mereka tawarkan diterima oleh masyarakat muslim. 

Islam Menolak Hubungan Sejenis

Perilaku menyimpang seksual LGBTQI sebenarnya bukanlah hal yang baru. Perilaku  ini telah lama menjadi bagian dari gaya hidup Barat, yang kemudian diadopsi oleh negeri-negeri Muslim termasuk di Indonesia, kemudian disosialisasikan melalui berbagai macam cara. Dahulu hanya dikenal dengan istillah LGBT, sekarang berkembang menjadi LGBTQI. Bisa dipandang sebagai suatu kemajuan bagi kalangan mereka. 

Hal ini tidaklah mengherankan, karena komunitas ini mendapat dukungan langsung dari Barat, sebagaimana dikutip dalam news.detik.com, menyebutkan bahwa sebuah badan PBB, United Nations Development Programme (UNDP) menjalin kemitraan regional dengan Kedutaan Swedia di Bangkok, Thailand dan USAID. Memberikan dana sebesar US$ 8 juta (sekitar Rp 108 miliar) pun dikucurkan dengan fokus ke empat negara: Indonesia, China, Filipina dan Thailand.  “Inisiatif ini dimaksudkan untuk memajukan kesejahteraan komunitas lesbian, gay, biseksual, transgender dan interseks (LGBTI), dan mengurangi ketimpangan dan marginalisasi atas dasar orientasi seksual dan identitas gender (SOGI)," demikian disampaikan UNDP di situs resminya, Jumat (12/2/2016). dan yang terbaru penunjukan Sophie Browne oleh bidang Kesejahteraan Gender PBB sebagai UN Women khusus LGBTQI untuk memperkuat kepentingan, hak-hak dan eksistensi LGBTQI di dunia khususnya di negeri-negeri muslim. (unwomen. 23/06/2020).

Para pengadopsi perilaku menyimpang seksual ini bisa gencar beraksi karena mendapat justifikasi dari ide liberalisme, kebebasan berekspresi yang dibangun di atas ideologi sekular yang menafikan agama dari kehidupan. Sistem kehidupan sekuler-liberalisme lah yang menjadi penyebab perilaku menyimpang ini. Sistem sekuler-kapitalisme mengajarkan manusia hidup bebas, sebebas bebasnya termasuk dalam hubungan seksual. Sedangkan Islam  menolak hubungan sejenis sebagaimana  perilaku LGBTQI dan mengkategorikannya sebagai perbuatan haram untuk dilakukan. 

 Keharamannya antara lain berdasarkan firman Allah Swt “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada kaumnya: ’Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?’ Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. (QS. Al-A’raf:80-81) Nabi Muhammad saw bersabda, “Lesbianisme (as-sihaq) di antara wanita adalah [bagaikan] zina di antara mereka” (HR. Ath-Thabrani). Juga  “Allah telah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth. Allah telah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth, Allah telah melaknat siapa saja yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Lut“ (HR. Ahmad).

Perlawanan terhadap  LGBTQI  sejatinya harus dilakukan dengan upaya yang sistematis yaitu menghapus paham sekuler- liberalisme dari individu, masyarakat serta institusi negara. Menggantinya dengan  ideologi Islam yang melahirkan individu, masyarakat  serta institusi yang taat dan menebar rahmat.

 Wallahualam bissawab.(*)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.