Minyak Goreng Langka, Parpol Cari Simpati Rakyat Merana
Siti Nur Afiah
Permehati Masalah Publik
Fenomena minyak goreng mahal dan langka
semakin parah. Masyarakat hanya bisa berharap pada toko ritel modern agar bisa
mendapat minyak goreng sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp14.000 per liter.
Namun penjualannya juga terbatas hanya maksimal satu kemasan isi dua liter
seharga Rp28 ribu setiap konsumen.
Salah satu pedagang di Banjarbaru Kaspul Anwar mengaku
membeli minyak goreng kemasan merek Filma isi dua liter seharga Rp28 ribu yang
kemudian dijual kembali Rp40 ribu."Saya juga diwajibkan membeli beberapa produk lain jika
ingin mendapatkan minyak goreng oleh sales yang biasa langganan menawarkan
barang misalnya mie instan dan kecap. Jadi semacam paketan," kata dia.Ekonom
dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Hidayatullah Muttaqin mengatakan,
usaha pemerintah menstabilkan harga minyak goreng melalui penetapan HET minyak
goreng curah Rp11.500, kemasan sederhana Rp13.500 dan kemasa premium Rp14.000 belum
membuahkan hasil.
Rata-rata harga minyak goreng curah di tingkat nasional
berdasarkan data SP2KP Kementerian Perdagangan pada 11 Maret 2022 sebesar
Rp16.037, kemasan sederhana Rp16.401 dan kemasan premium Rp18.403. Ini lebih
tinggi dibandingkan tingkat harga pada akhir Februari. Sementara harga eceran
di masyarakat ada yang jauh lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata nasional
tersebut.
Sehingga kelangkaan minyak goreng menyeret nama dua partai politik
(parpol). Diantaranya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai
Solidaritas Indonesia (PSI). Diketahui PDIP telah melakukan pembagian
minyak goreng hingga 10 ton. Sementara PSI telah menggelar operasi
pasar murah(FAJAR.CO.ID, JAKARTA).
Tokoh Nahdatul Ulama (NU) Habib Noval Assegaf
melalui akun twitternya juga mengaku bingung atas banyaknya pembagian minyak
goreng di tengah kelangkaannya.
Tekait hal itu, bukan lagi hal aneh apabila
muncul berbagai spekulasi bahwa ada kepentingan oknum elite partai turut andil
dalam persoalan langkanya minyak goreng , apalagi ini adalah 2 tahun menjelang
pemilu 2024.
Sungguh sangat ironis sekali negeri ini, di saat
masyarakat mengalami kesusahan justru parpol sibuk melakukan pencitraan dengan
menjual minyak goreng murah demi mearaih simpati
dan suara publik. Semestinya parpol
menjadi salah satu pihak di garda terdepan yang berkontribusi mengatasi
kelangkaan minyak goreng.
Seharusnya mereka menjadi wadah untuk menampung
aspirasi, keluh kesah dari masyarakat dan mengawasi implementasi kebijakan pemerintah.
Hal ini penting agar tidak terjadi distorsi pasar, sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi dengan
stabil.
Namun hal itu akan susah untuk terjadi, karena
dalam politik demokrasi yang menjadi standar untuk mendapatkan kekuasaan adalah
manfaat, seperti menjadi ajang balap yakni yang lebih besar memberikan manfaat
atau kepentingan maka dialah yang akan berkuasa.
Sedangkan dalam islam dalam memenuhi kebutuhan
pokok agar pemenuhannya tetap stabil , maka seorang khalifah akan menjalankan
sistem ekonomi islam. Yang pertama terkait produksi, negara akan menjaga
pasokan dalam negeri, negara membuka akses lahan yang sama bagi semua rakyat
untuk memaksimalkan produksi lahan, mendukung para petani melalui modal,
edukasi, pelatihan serta dukungan sarana produksi dan infrastruktur penunjang.
Selanjutnya terkait distribusi, negara akan
menciptakan pasar yang sehat dan kondusif, mengawasi rantai tata niaga dan
menghilangakanpenyebab distorsi pasa. Negara akan mengawasi penentuan harga
mengikuti mekanisme pasar dan dengan tegas negara alan memberikan sanksi kepada
siapa pun bagi para penimbun.
Itulah sistem ekonomi islam, semuanya diberikan
untuk kemaslahatan rakyatnya bukan hanya sekedar kepentingan para pemilik
modal, semuanya itu dapat terjadi ketika islam di terapkan secara sempurna seratus
persen tanpa ada yang dikurangi maupun dilebihkan.
WallahuA’alamBissawa
Post a Comment