Header Ads


Maraknya Hubungan Sedarah, Runtuhnya Sistem Keluarga dalam Sistem Sekuler Kapitalisme

Oleh: Inang*)


IndonesiaNeo, OPINI - Aduh, kembali dikejutkan dengan berita mengenai fantasi sedarah, sebuah problem nyata yang sedang terjadi, khususnya di negeri kita ini. Ini menunjukkan runtuhnya peran keluarga dalam sistem sekuler.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) meminta polisi mengusut grup Facebook bernama “Fantasi Sedarah” karena konten di dalamnya mengandung unsur eksploitasi seksual dan telah meresahkan masyarakat. (Republika.co.id, Jakarta, 26/5/2025)

Sekretaris KemenPPPA, Titi Eko Rahayu, menyatakan bahwa jika ada bukti pelanggaran, proses hukum harus ditegakkan demi memberi efek jera dan melindungi masyarakat. Apalagi, grup tersebut rawan menimbulkan dampak buruk karena tergolong konten menyimpang.

“Jika ada bukti pelanggaran, proses hukum harus ditegakkan demi memberi efek jera dan melindungi masyarakat, khususnya anak-anak, dari dampak buruk konten menyimpang.”

KemenPPPA mengecam keberadaan grup Facebook yang menormalisasi tindakan incest yang membahayakan perempuan dan anak.

Apa faktor penyebab maraknya fantasi sedarah?

Padahal Allah SWT telah menegaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Isra: 32, bahwa:

"Dan janganlah kalian mendekati zina. Sungguh, zina itu adalah perbuatan keji dan seburuk-buruknya jalan."

Mendekatinya saja sudah haram, apalagi menjalani. Sesuatu yang dilarang untuk didekati berarti sangat berbahaya dan menjijikkan.

Dunia ini sudah semakin rusak, namun masih banyak yang mendakwahkan bahwa ideologi kapitalisme sekuler demokrasi ini baik-baik saja, bahkan disebut sejalan dengan ajaran Islam—hanya karena pelakunya banyak yang hafal Al-Qur’an, pandai membaca Al-Qur’an dengan makhraj huruf yang baik, memiliki suara merdu saat melantunkannya, dan aktif di majelis taklim, lalu semua itu dijadikan alat sumpah jabatan?

Padahal kita semua tahu bahwa menerapkan hukum-hukum Allah SWT jauh lebih wajib daripada sekadar membacanya, menghafalnya, atau menjadikannya alat formalitas semata.

Allah SWT telah memerintahkan hukuman rajam dan cambuk bagi pezina, sebagaimana tertuang dalam firman-Nya (QS. An-Nur: 2). Andai saja syariat Islam diterapkan, apakah masih ada yang berani terang-terangan membuat grup setan bernama fantasi sedarah itu?

Yang mencengangkan, kenapa grup tersebut bisa memiliki puluhan ribu anggota? Karena hukum yang diterapkan di negeri ini tidak memberikan efek jera bagi pelakunya sebagaimana yang diatur dalam Al-Qur’an.

Selain itu, tontonan, tayangan, film, lagu-lagu, serta konten erotis dan pornografi sangat mudah diakses, bukan hanya oleh orang dewasa tetapi juga anak-anak. Ini menjadi faktor penyebab utama sekaligus pendukung rusaknya pemikiran baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Ditambah lagi dengan minimnya edukasi dan pendidikan agama, baik dari orang tua maupun dari sekolah.

Dalam kungkungan sistem rusak ini, negara dan para pemimpinnya kehilangan kekuatan dan peran untuk mengurus serta menjaga rakyatnya. Negara dalam sistem ini memang diatur hanya berfungsi sebagai pelayan bagi para pemilik modal dan kepentingan negara-negara besar. Negara pun membatasi agama dan moral hanya sebagai ranah individu, sementara dalam urusan publik dan kemasyarakatan, agama dilarang ikut campur karena dianggap tidak sesuai dengan semangat kemajuan.

Semua itu termanifestasi dalam berbagai aturan dan kebijakan negara. Sistem politik yang sangat sekuler, penuh intrik dan kepura-puraan. Sistem ekonomi yang zalim dan eksploitatif. Sistem sosial yang permisif dan bebas. Sistem hukum yang mandul mencegah kerusakan dan sangat diskriminatif. Bahkan sistem hukum begitu lemah dan mudah diintervensi. Sementara itu, sistem pendidikan sarat kapitalisasi dan minim nilai-nilai agama serta akhlak yang mulia.

Wajar jika kehidupan bangsa ini semakin jauh dari nilai-nilai kebaikan dan norma agama. Semuanya berantakan, termasuk urusan moral. Individu dan keluarga bertakwa menjadi sesuatu yang langka dan istimewa. Berbagai perilaku rusak dan merusak menjadi hal biasa dan bahkan dibiarkan oleh negara.

Lebih dari itu, situasi penuh krisis ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Keadaan ini hampir merata di negeri-negeri Muslim lainnya. Semua itu akibat jauhnya umat dari aturan Allah Ta’ala. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:

"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thaha: 124)

Tentu saja kehidupan yang sempit seperti sekarang ini bukanlah habitat asli bagi kaum Muslim. Ketika mereka hidup dalam sistem kepemimpinan Islam (Khilafah), mereka tampil sebagai khairu ummah dengan peradaban yang mulia dan mencengangkan dunia.

Hal ini wajar karena sistem Khilafah menawarkan kesejahteraan sejati. Para khalifah benar-benar menjalankan fungsi sebagai pengurus dan pelindung rakyat. Di sisi lain, masyarakat melaksanakan amar makruf nahi mungkar yang menjaga hukum Islam tetap tegak.

Individu pun dibina dengan sistem pendidikan berbasis akidah Islam, hingga tampil sebagai pribadi bersyaksiah Islam yang siap menjawab tantangan zaman dan menjadi pelaku utama peradaban.

Negara ideal seperti ini harus segera dihadirkan kembali, sebelum individu, keluarga, dan masyarakat semakin rusak dan hancur. Caranya adalah dengan dakwah menarasikan urgensi dan kewajiban penerapan Islam secara kaffah serta memberantas keharaman sistem kufur yang jauh dari hukum-hukum Allah.

Sungguh, sistem sekuler yang memimpin umat saat ini sangat rusak dan kebobrokannya terlihat jelas. Sebagian umat bahkan sudah merasakan langsung dampaknya, yang menjauhkan mereka dari harapan memperoleh kebaikan hidup di dunia maupun akhirat. Oleh karena itu, tidak perlu lagi ada alasan untuk pasrah pada keadaan yang semakin tidak baik-baik saja.

Sudah saatnya kita mengambil peran dalam perubahan, baik sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada Sang Pencipta maupun sebagai warisan bagi generasi mendatang.

Wallahu a‘lam bish-shawab.[]

*) Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Buton

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.