Header Ads


Persatuan, Kunci Membebaskan Palestina

Zahwa ( Aktivis Muslimah)


Baru-baru ini, presiden Prabowo Subianto memberi pernyataan yang memicu perdebatan tajam di ruang publik. Bagaimana tidak, Presiden Subianto menyatakan akan mengirim pesawat untuk menjemput ribuan warga Gaza, Palestina yang menjadi korban kekejaman militer Israel  guna ditampung di Indonesia (Beritasatu.com, 09-04-25).


Gagasan ini sekilas terlihat seperti gerakan humanis, menolong warga sipil dari serangan brutal zionis Israel. Namun jika kita cermati rencana ini hanya akan memuluskan agenda pengusiran warga Gaza oleh pihak penjajah. Zionis akan menguasai lebih luas wilayah Palestina. Sehingga hal ini tidak boleh dibiarkan terjadi sebab langkah ini hanya akan mengancam masa depan kemerdekaan Palestina. 


Namun disisi lain, kita harus melihat bahwa pengumuman relokasi pengungsi gaza agaknya sepadan dengan apa yang diinginkan oleh Trump, yaitu pemindahan penduduk Gaza ke wilayah diluar Palestina. Apalagi pengumuman ini disampaikan di tengah suasana  ketar-ketir pemerintah akibat diberlakukannya tarif impor 32℅ untuk berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Pada faktanya Donald Trump Presiden Amerika Serikat memang tak dapat dipungkiri memberi dukungan penuh serangan Israel atas warga palestina. Jadi hal ini makin memuluskan agenda mereka untuk menguasai tanah Palestina secepatnya.


Sehingga evakuasi penduduk Gaza ke Indonesia bukanlah solusi yang menyentuh akar permasalahan. Sebab persoalannya terletak pada perampasan tanah dan penjajahan dengan menggunakan kekuatan militer. Tentu ini tidak efektif dan tak akan mengakhiri konflik Zionis-Palestina. Solusi yang tepat hanya Jihad dan seruan militer untuk bisa menyelesaikan persoalan. Perkara urgen yang dibutuhkan masyarakat Palestina satu-satunya adalah jihad melawan kekuatan militer Israel. Tanpa jihad mustahil penjajah bisa dienyahkan dari tanah bumi Syam yang suci.


Karena itu, solusi menampung tidak akan bisa menyelesaikan akar persoalan. Sebab sejatinya aksi genosida yang dilakukan penjajah Zionis Israel terhadap warga Palestina tetap saja terjadi hingga kini. Maka seruan Jihad adalah perkara urgen yang betul-betul dibutuhkan oleh Palestina saat ini bukan semata hanya mengedepankan solusi pragmatis yang tidak berefek dan memberikan penekanan. Alhasil seharusnya Indonesia lebih mengedepankan langkah untuk menghentikan penjajahan. Semisal mengirimkan militernya, tentu itu lebih relevan dibutuhkan masyarakat Palestina dibanding mengevaluasi sebagian warganya sementara sebagian warga lainnya tidak terakomodir.


Kemudian suara-suara sumbang yang melemahkan perjuangan harus disingkirkan. Tidak boleh ada pihak manapun yang diperbolehkan menyokong penjajahan, khususnya Amerika. Namun disebabkan ide nasionalisme dan rasa takut kehilangan jabatan oleh para penguasa membuat mereka membisu dan enggan membebaskan Palestina. Justru lebih cenderung berkolaborasi dengan pihak penjajah.


Tetapi kita sebagai umat yang peduli terhadap pembebasan bumi Baitul Maqdis tetap harus memberikan dukungan dan support dengan apapun yang kita miliki, tidak berputus asa terhadap diamnya para pemimpin muslim. Juga menyadari bahwa ide nasionalisme dan menghempaskannya dan membangkitkan pemikiran Islam.


Sudah saatnya kita menggalang kekuatan umat dan berhenti berharap pada dunia yang tuli. Disinilah urgensi diterapkannya kembali kepemimpinan politik Islam yakni Khilafah Islam 'ala minhaj an-nubuwwah yang akan membebaskan kaum muslimin bukan hanya dari penjajahan tetapi dari ikatan yang memicu keterpecahan kaum muslimin di seluruh dunia.


Dengan demikian, seruan dan kesadaran untuk bersatu adalah perkara mendasar untuk membentuk opini ditengah masyarakat perlu digencarkan. Agar masyarakat sadar bahwa solusi bantuan selain militer tidak akan berefek apa-apa kecuali dengan persatuan umat dan dibawah kendali perintah Khalifah. Dimana Khalifah akan memerintahkan militernya untuk membebaskan bumi Palestina dari penjajahan. Wallahu'alam.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.