Header Ads


Cukup Satu Komando dari Khalifah, Maka Al-Aqsha akan Dibebaskan

Oleh: Syahril Abu Khalid*)


IndonesiaNeo, OPINI - Ketika umat terpecah belah, ketika darah kaum muslimin tumpah tanpa perlindungan, dan ketika Al-Aqsha merintih dalam cengkeraman penjajah, kita bertanya-tanya: di manakah tameng kehormatan kaum muslimin? Di manakah payung yang memayungi darah, harta, dan kehormatan umat ini? Jawabannya bukan sekadar barisan demonstrasi, bukan sekadar pernyataan simpati, tapi dalam satu kata yang telah lama runtuh: Khilafah.

Khilafah bukanlah sekadar simbol, tapi ia adalah imāmah ‘udzmā, kepemimpinan agung yang Allah perintahkan untuk ditegakkan. Imam Al-Mawardi berkata,

"الإِمَامَةُ مَوْضُوعَةٌ لِخِلَافَةِ النُّبُوَّةِ فِي حِفْظِ الدِّينِ وَسِيَاسَةِ الدُّنْيَا"

Imamah (khilafah) itu didirikan sebagai pengganti kenabian dalam menjaga agama dan mengatur urusan dunia.” (Al-Aḥkām as-Sulāniyyah, hlm. 5)

Hari ini, umat menyaksikan saudara mereka di Gaza dan Al-Quds dibunuh dengan rakusnya. Tidak ada satu pun negeri Islam yang sanggup menggerakkan bala tentaranya untuk membela tanah suci ketiga umat ini. Mengapa? Karena umat ini telah kehilangan jantung pemersatu: Khilafah.

Dahulu, satu komando dari seorang Khalifah mampu mengguncangkan musuh-musuh Allah. Ketika wanita muslimah disingkap kerudungnya oleh seorang Romawi, dan ia berseru, "Yā Mu‘taṣimāh!", maka Khalifah Al-Mu‘taṣim pun mengirimkan pasukan besar untuk membebaskannya. Lalu bagaimana dengan ribuan wanita dan anak-anak yang teraniaya hari ini?

Syaikhul Islam Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menegaskan,

"يَجِبُ أَنْ يُعْرَفَ أَنَّ وِلَايَةَ أُمُورِ النَّاسِ مِنْ أَعْظَمِ الْوَاجِبَاتِ بَعْدَ الْإِيمَانِ، فَإِنَّهُ لَا قِيَامَ لِلدِّينِ وَلَا لِلدُّنْيَا إِلَّا بِهَا"

"Wajib diketahui bahwa kepemimpinan urusan umat manusia adalah kewajiban terbesar setelah iman, karena tidak tegak agama dan dunia kecuali dengannya.” (Majmū‘ al-Fatāwā, 28/390)

Dengan Khilafah, satu seruan bisa menjadi api yang membakar semangat jutaan mujahid. Satu perintah bisa mengguncangkan batas-batas negara yang memisah belahan tubuh umat ini. Ketika Khilafah tegak, maka Al-Aqsha bukan hanya jadi mimpi, tapi tujuan pasti. Karena darah para syuhada tidak menjerit untuk simpati, mereka menanti kepemimpinan yang bersedia menjawab panggilan langit dengan keberanian yang nyata.

Sungguh, kehinaan hari ini bukan karena musuh kita kuat, tapi karena umat ini tercerai tanpa satu imam yang memimpin jihad. Rasulullah bersabda:

"إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ"

"Sesungguhnya Imam (Khalifah) itu adalah perisai, umat berperang di belakangnya dan berlindung dengannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kita tidak sedang membicarakan utopia. Kita sedang berbicara tentang kewajiban yang ditinggalkan. Ketika khilafah tegak, maka penderitaan Gaza akan berubah menjadi medan kemenangan. Tangisan anak-anak Palestina akan berganti takbir pembebasan. Dan Al-Aqsha akan kembali dalam pangkuan umat yang bersatu di bawah panji lā ilāha illā Allāh, Muḥammadur Rasūlullāh.

Wahai kaum muslimin…

Ingatlah ucapan Syaidina Umar bin Khattab:

"لَا إِسْلَامَ إِلَّا بِجَمَاعَةٍ، وَلَا جَمَاعَةَ إِلَّا بِإِمَامٍ، وَلَا إِمَامَ إِلَّا بِطَاعَةٍ"

"Tidak ada Islam tanpa jamaah, tidak ada jamaah tanpa imam, dan tidak ada imam tanpa ketaatan." (Al-Baghawi, Syarḥ al-Sunnah, 10/33)

Maka berdoalah, bergeraklah, berdakwahlah. Bukan sekadar untuk kemerdekaan Palestina, tapi demi kembalinya martabat umat, kembalinya Khilafah yang akan membawa Al-Aqsha kembali dalam pelukan umat yang satu. Karena kita bukan hanya ingin meratap di gerbang Baitul Maqdis, tapi kita ingin masuk sebagai pembebas, sebagaimana dahulu Umar bin Khattab masuk dalam kerendahan, kekuatan, dan kemuliaan.

Wallahualam bishawab.[]


*) Muballigh & Pemerhati Kebijakan Publik

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.